Stella Christie
Stella Christie (lahir 11 Januari 1979)[1][2] adalah seorang Akademisi, Ilmuwan Kognitif asal Medan, Sumatera Utara, Indonesia yang saat ini menjabat sebagai Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi. Ia memperoleh gelar Sarjana dari Harvard University dan gelar Ph.D. dari Northwestern University dalam bidang psikologi kognitif. Ia merupakan guru besar di Tsinghua University, Beijing, Tiongkok, di mana ia juga memegang posisi sebagai Research Chair di Tsinghua Laboratory of Brain and Intelligence[3] dan Direktur Child Cognition Center[4]. Selain itu, ia juga merupakan anggota Governing Board untuk Cognitive Science Society[5] dan berperan aktif sebagai Penasihat sains dan Pendidikan bagi Pemerintah Indonesia. BiografiStella Christie lahir di Medan, 11 Januari 1979 dan dibesarkan di Jakarta. Ia menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah di SD, SMP, dan SMA Santa Ursula, Jakarta. Selama pendidikannya, ia menerima beberapa beasiswa prestisius, termasuk beasiswa ASEAN dari Pemerintah Singapura dan beasiswa dari United World College untuk melanjutkan pendidikan di Red Cross Nordic United World College, Norwegia. Pada tahun 1999, ia menerima beasiswa penuh dari Harvard University dan lulus dengan predikat magna cum laude with Highest Honors pada tahun 2004. Ia kemudian melanjutkan pendidikan S3 di Northwestern University dan meraih gelar Ph.D. di tahun 2010. Setelah menyelesaikan penelitian postdoktoral di University of British Columbia, Kanada, pada 2012, Prof. Stella memulai karier akademiknya sebagai tenure track Assistant Professor di Swarthmore College, Amerika Serikat.[6] Pada tahun 2018, ia diangkat sebagai Tenured Associate Professor. Di tahun yang sama, dengan tawaran dari berbagai universitas di Amerika Serikat, Singapura, dan Tiongkok, ia pindah ke Tsinghua University, di mana pada tahun 2022, ia diangkat sebagai Guru Besar (Full Professor). KiprahSebagai pakar dalam Cognitive Science dan Learning Science, penelitian Prof. Stella berfokus pada bagaimana manusia belajar dan berpikir. Ia menggunakan pendekatan interdisipliner yang menggabungkan studi manusia, hewan, dan kecerdasan buatan (AI) untuk menjawab pertanyaan mendasar: “Mengapa Kita Pintar?”. Karya-karyanya telah dipublikasikan di berbagai jurnal ilmiah terkemuka seperti Current Biology, Cognitive Science, dan Scientific Reports[7]. Pada tahun 2010, ia menerima penghargaan untuk publikasi paling berpengaruh di bidang Cognitive Development (perkembangan kognisi). Pada tahun 2016, Prof. Stella juga masuk nominasi untuk James McDonnell Understanding Human Cognition Award, salah satu penghargaan paling bergengsi dalam bidang Cognitive Science. Temuan penelitian beliau telah diimplementasikan dalam sistem pendidikan di Indonesia, Amerika Serikat, dan Tiongkok, baik di lingkungan sekolah—misalnya, pengajaran matematika melalui metode analogi dan perbandingan—maupun di luar sekolah, seperti program Child Friendly City yang bertujuan membangun kota yang mendukung perkembangan otak anak. Dalam beberapa tahun terakhir, Prof. Stella telah menerima dana penelitian sebesar 4,7 juta USD dari berbagai institusi, termasuk Lego Foundation. Prof. Stella juga aktif dalam menyebarluaskan sains dan ilmu pengetahuan di kehidupan sehari-hari. Dalam kolum sains yang ditujukan untuk masyarakat luas, Prof. Stella mengulas pertanyaan sehari-hari mengenai kehidupan keluarga dan pendidikan, serta menawarkan bukti-bukti ilmiah yang relevan untuk awam[8]. Prof. Stella juga aktif berperan dalam menerapkan ilmu kognitif, termasuk kecerdasan buatan, di bidang pendidikan dan pemerintahan di Indonesia. Ia telah menjadi narasumber untuk berbagai institusi, seperti H Himpunan Pendidikan Anak Usia Dini Indonesia (2023)[9], Dinas Pendidikan Jakarta (Pendidikan di Era AI), Kementerian Kesehatan (medical AI), dan Bank Indonesia (revolusi digital). Untuk mewujudkan misinya menyebarkan ilmu pengetahuan ke masyarakat luas, Prof. Stella sering tampil di media bertema sains dan pendidikan, menjangkau lebih dari 500.000 pemirsa. Salah satu karya terkenalnya adalah film dokumenter “Rahasia Otak,” yang diproduksi oleh CCTV 9. Pada Januari 2024, UNICEF merilis film pendek bertajuk "Championing Her Future" yang menyoroti perjalanan Prof. Stella sebagai ilmuwan, bertujuan menginspirasi perempuan, khususnya generasi muda, untuk berkarier di bidang sains[10]. Prof. Stella menguasai berbagai bahasa, di antaranya Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Mandarin, Bahasa Polandia, dan Bahasa Spanyol.[11] Kehidupan pribadiIa menikah dengan Bartlomiej Czech, seorang ilmuwan Polandia yang pernah menempuh pendidikan di Universitas Harvard dan Universitas Pennsylvania dengan gelar doktor. Keduanya disebut sudah memiliki seorang anak laki-laki bernama Bayu Czech.[12] Referensi
|