Stasiun luar angkasaStasiun luar angkasa atau stasiun orbit adalah struktur buatan didesain buat manusia untuk hidup di luar angkasa. Sebuah Stasiun Luar Angkasa dibedakan dari wahana antariksa berawak lainnya karena ketiadaan propulsi utama atau fasilitas pendaratan; tetapi, kendaraan lain digunakan sebagai kendaraan ke dan dari stasiun ini. Stasiun luar angkasa didesain untuk hidup di orbit jangka-menengah, untuk periode mingguan, bulanan, atau bahkan tahunan. Stasiun luar angkasa juga digunakan untuk mempelajari efek jangka panjang penerbangan luar angkasa terhadap tubuh manusia dan juga untuk menyediakan platform untuk jumlah yang lebih banyak dan panjang untuk penelitian saintifik dari yang telah tersedia di kendaraan luar angkasa lainnya. Sejak penerbangan nasib-buruk Soyuz 11 sampai Salyut 1, semua durasi penerbangan luar angkasa berawak telah dicetak di atas stasiun luar angkasa. Rekor durasi 437,7 hari dipegang oleh Valeri Polyakov di atas Mir dari 1994 sampai 1995. Pada 2003, 3 astronaut telah menyelesaikan satu misi dengan lebih dari setahun, semua di atas Mir. Pada tahun 2021, hanya satu stasiun ruang angkasa yang beroperasi secara penuh dan dapat dihuni secara permanen. Disebut dengan nama Stasiun Luar Angkasa Internasional atau ISS, stasiun ruang angkasa ini dipakai untuk penelitian bagaimana penerbangan antariksa berefek ke tubuh manusia, dan juga penelitian lainnya. SejarahStasiun monolitik awal (1971–1986)Stasiun luar angkasa pertama di dunia adalah Salyut 1, yang diluncurkan oleh Uni Soviet pada 19 April 1971. Stasiun-stasiun Soviet sebelumnya semuanya diberi nama "Salyut", tetapi di antaranya ada dua jenis yang berbeda: sipil dan militer. Stasiun militer seperti Salyut 2, Salyut 3, dan Salyut 5 juga dikenal sebagai stasiun Almaz.[1] Stasiun sipil Salyut 6 dan Salyut 7 dibangun dengan dua dok berlabuh (docking port), yang memungkinkan kru kedua untuk berkunjung, dengan membawa pesawat ruang angkasa baru; feri Soyuz bisa menghabiskan 90 hari di luar angkasa, dan pada saat itu perlu diganti dengan pesawat ruang angkasa Soyuz yang baru.[2] Ini memungkinkan kru untuk bisa mengawaki stasiun terus menerus. Skylab milik Amerika (1973-1979) juga dilengkapi dengan dua dok berlabuh, seperti stasiun generasi kedua, tetapi port tambahan tidak pernah digunakan. Kehadiran pelabuhan kedua di stasiun baru memungkinkan kendaraan pasokan Progress untuk berlabuh ke stasiun, yang berarti bahwa pasokan baru dapat dibawa untuk membantu misi jangka panjang. Konsep ini diperluas pada Salyut 7, yang "berlabuh dengan keras" dengan TKS sesaat sebelum ditinggalkan; ini berfungsi sebagai bukti konsep untuk penggunaan stasiun ruang angkasa modular. Salyut kemudian dapat dilihat sebagai transisi antara dua kelompok.[1] Mir (1986–2001)Tidak seperti stasiun sebelumnya, stasiun luar angkasa Soviet Mir memiliki desain modular; unit inti diluncurkan, dan modul tambahan, umumnya dengan peran tertentu yang kemudian ditambahkan ke dalamnya. Metode ini memungkinkan fleksibilitas yang lebih besar dalam pengoperasian, serta menghilangkan kebutuhan akan satu kendaraan peluncuran yang sangat kuat. Stasiun modular juga dirancang sejak awal agar pasokannya disediakan oleh kapal pendukung logistik, yang memungkinkan masa pakai lebih lama dengan biaya peluncuran dukungan reguler.[3] Stasiun Luar Angkasa Internasional (1998-sekarang)ISS dibagi menjadi dua bagian utama, Segmen Orbit Rusia (ROS) dan Segmen Orbit AS (USOS). Modul pertama Stasiun Luar Angkasa Internasional, Zarya, diluncurkan pada tahun 1998.[4] Modul "generasi kedua" Segmen Orbit Rusia diluncurkan dengan roket Proton, terbang ke orbit yang benar, dan dapat berlabuh sendiri tanpa campur tangan manusia.[5] Koneksi dibuat secara otomatis untuk daya, data, gas, dan propelan. Pendekatan otonom Rusia memungkinkan perakitan stasiun ruang angkasa dapat terlaksana sebelum peluncuran kru. Sebaliknya, modul utama AS diluncurkan di Pesawat Ulang Alik (Space Shuttle) dan dilabuhkan ke ISS oleh kru selama EVA. Koneksi untuk daya listrik, data, propulsi, dan cairan pendingin juga dibuat saat ini, menghasilkan blok modul terintegrasi yang tidak dirancang untuk dibongkar dan harus dideorbit sebagai satu massa.[6] Tiangong 1 dan Tiangong 2 (2011-2019)Laboratorium luar angkasa pertama Tiongkok, Tiangong-1 diluncurkan pada September 2011.[7] Laboratorium luar angkasa kedua, Tiangong-2 diluncurkan pada September 2016, sementara rencana untuk Tiangong-3 digabungkan dengan Tiangong-2.[8] Pada Mei 2017, Tiongkok memberi tahu Kantor PBB untuk Urusan Luar Angkasa bahwa ketinggian Tiangong-1 sedang menurun dan akan segera memasuki kembali atmosfer dan pecah.[8] Proses reentry Tiangong-1 diproyeksikan terjadi pada akhir Maret atau awal April 2018.[9] Tiangong-1 akhirnya reentry di atas Samudra Pasifik Selatan, barat laut Tahiti, pada 2 April 2018 pukul 00:15 UTC.[10] Hal yang sama juga akan dilakukan pada stasiun kembarannya, Tiangong-2. Tiangong-2 kemudian reentry secara terkendali pada 19 Juli 2019 dan terbakar di atas Samudra Pasifik Selatan.[11] Stasiun Ruang Angkasa Tiangong (2021-sekarang)Stasiun Ruang Angkasa Tiangong (Hanzi: 天宫; Pinyin: Tiāngōng; harfiah: 'Istana Surgawi'), modul pertama yang diluncurkan pada 29 April 2021,[12] sedang berada di orbit Bumi rendah, 340 hingga 450 kilometer di atas Bumi pada kemiringan orbit 42° hingga 43°. Pembangunan yang direncanakan melalui 11 peluncuran total pada 2021-22 dimaksudkan untuk memperluas modul inti dengan dua modul laboratorium, yang mampu menampung hingga enam awak.[13] Daftar stasiun luar angkasa
Referensi
|