Stadion Dasarath Rangasala
Dasharath Rangasala (bahasa Nepali: दशरथ रंगशाला; terj. Dasharath Stadium)[1] adalah stadion serbaguna yang terletak di Tripureshwar, Kathmandu, stadion ini dinamai Dasharath Chand yang merupakan salah satu dari empat martir besar Nepal. Stadion ini sebagian besar digunakan untuk pertandingan sepakbola dan program budaya. Stadion ini memiliki lampu sorot di stadion untuk memfasilitasi pertandingan dan acara di malam hari. Sebagian besar turnamen nasional dan internasional Nepal diadakan di stadion ini. Divisi sepak bola utama Nepal, Martyr's Memorial League, juga diadakan di tempat ini setiap tahun.[2] Stadion ini juga menjadi satu-satunya tuan rumah musim perdana Liga Super Nepal 2021.[3] SejarahStadion Dashrath Rangasala dibangun pada tahun 1956. Direnovasi pada tahun 1998 untuk menjadi tuan rumah Pesta Olahraga Asia Selatan 1999. Pada tahun 2011 direnovasi kembali untuk menjadi tuan rumah Piala Challenge AFC 2012. Sebagai stadion terbesar di Nepal, Stadion Dasharath telah menyelenggarakan banyak acara penting. Piala Challenge AFC 2012 dan SAFF 2013 diadakan di sini, dengan Stadion Halchowk menjadi tuan rumah beberapa pertandingan juga. Selain olahraga, banyak festival budaya dan acara musik berlangsung di sini. Konser Bryan Adams 2011 diadakan di stadion ini dan merupakan konser rock pertamanya di Nepal. Stadion ini mengalami kerusakan akibat gempa bumi pada bulan April 2015 yang melanda Nepal. Stadion ini telah direnovasi kembali setelah hancur akibat gempa besar dan pembukaan kembali dilakukan pada 1 Desember 2019 dalam rangka South Asian Games (SAG) ke-13. Stadion ini akan menjadi tuan rumah acara Kualifikasi Piala Dunia FIFA 2022, setelah Gorkhalis memainkan lima pertandingan tandang.[4] Bencana besarRibuan penggemar sepak bola hadir di stadion pada 13 Maret 1988. Sekitar 30.000 penggemar hadir dalam pertandingan antara klub tim Nepal dan Bangladesh. Menurut laporan, sekitar 93 orang tewas termasuk dua petugas polisi dan seorang anak berusia 12 tahun akibat terinjak-injak. Orang-orang terinjak-injak dan tercekik ketika mencoba melarikan diri dari badai es. Lebih dari 100 orang dirawat di rumah sakit karena cedera. Kecepatan angin sekitar 80 km/h (50 mph) yang mengakibatkan hujan es, menumbangkan pepohonan di lembah Kathmandu. Itu dianggap sebagai salah satu peristiwa bencana terburuk dalam sejarah olahraga.[5] Acara Olahraga Besar
Acara Musik dan Budaya
Referensi
|