Srengseng
Srengseng, sĕrèngsèng, atau seringsing (Benstonea kurzii) adalah tumbuhan sejenis pandan yang menyebar terbatas di Jawa. Kebanyakan tumbuh di wilayah pegunungan, ia juga dikenal dalam nama-nama lokal seperti harashas, h. lembut, h. leutik, pandan pari, p. sarèngsèng, solènat (Sd.), dan pandan sili (Jw).[4] PengenalanSrengseng merupakan tumbuhan semak setinggi 0,7-1,2 m, tidak berbatang atau dengan batang pendek, yang sebagian besar atau seluruhnya rebah di tanah atau pada batang tumbuhan lain; garis tengah batang lk. 1,7-1,9 cm di ujungnya; batang berwarna kecokelatan, tanpa duri dan tanpa akar tunjang.[4][5] Daun-daun memanjang sempit, (48-)92—154,5(-360,5) cm × (1,8-)2,5—4,0(-5,5) cm, seperti kertas (chartaceous), dengan dua tekukan atau lipatan sepanjang helaiannya (penampang melintang bentuk huruf M), dan ibu tulang daun yang menonjol di sisi bawah; duri-duri di tepi daun dan di sisi bawah sepanjang ibu tulang daun berukuran 0,5-3 mm dan berjarak 2–5 mm satu dengan lainnya. Buah majemuk (syncarp) hampir bulat hingga bulat telur melebar, (4-)5,5—8(-9,3) cm × (2,8-)3,5—4,3(-5,5) cm, tersusun dari (106-)168—308(-544) keping drupa (buah batu); buah majemuk kecokelatan, tunggal, tegak di ujung batang.[5] Ekologi dan agihanHabitat srengseng terbentang luas pada ketinggian antara 20 hingga 1.100 m dpl. Tumbuhan ini ditemukan hidup liar di hutan hujan tropika, mulai dari hutan dataran rendah hingga hutan pegunungan bawah; akan tetapi koleksi terbanyak diperoleh dari hutan wilayah perbukitan.[5] Srengseng menyebar terbatas (endemik) di Pulau Jawa,[1] dan didapati mulai dari Jawa Barat hingga ke Jawa Timur.[5] Berbunga dan berbuah antara bulan Januari hingga Desember.[5] ManfaatDaun-daun srengseng secara tradisional dianyam untuk membuat semacam tikar (kajang), tudung penutup kepala, atau pembungkus gula merah.[4][6] Referensi
Pranala luar
|