Sosioekonomi
Sosioekonomi (juga dikenal sebagai ekonomi sosial) adalah ilmu sosial yang mempelajari bagaimana aktivitas ekonomi mempengaruhi dan dibentuk oleh proses sosial. Secara umum, ilmu ini menganalisis bagaimana perjuangan, stagnasi, atau kemerosotan masyarakat modern akibat ekonomi lokal, regional, atau ekonomi global. Ikhtisar"Sosioekonomi" terkadang digunakan sebagai istilah hipernimi dari berbagai macam bidang penyelidikan. Istilah "ekonomi sosial" dapat merujuk secara luas sebagai "penggunaan ekonomi dalam mempelajari masyarakat".[1] Secara lebih sempit, praktik kontemporer mempertimbangkan interaksi perilaku individu dan kelompok melalui modal sosial dan "pasar" sosial (tak terkecuali, sebagai contoh, penggolongan akibat pernikahan) serta pembentukan norma sosial[2][3][4][5][6][7] dalam hubungan ekonomi terhadap nilai sosial.[8][9] Penggunaan tambahan yang berbeda mendeskripsikan ekonomi sosial sebagai "bidang ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara ilmu ekonomi di satu sisi dan filsafat sosial, etika, serta martabat manusia di sisi lain" terhadap rekonstruksi dan perbaikan sosial[10][11] atau juga menekankan metode antardisiplin dari bidang ilmu seperti sosiologi, sejarah, dan ilmu politik.[12][13] Dalam mengkritik ekonomi arus utama atas dugaan premis filsafat yang salah (sebagai contoh, pengejaran kepentingan diri sendiri) dan mengabaikan disfungsional hubungan ekonomi, dukungan seperti itu cenderung mengelompokkan ekonomi sosial sebagai heterodoks.[14][15][16] Faktor sosioekonomi dalam perubahan lingkunganSistem sosioekonomi pada tingkat regional merujuk pada cara faktor sosial dan ekonomi mempengaruhi satu sama lain dalam rumah tangga dan masyarakat lokal. Sistem ini memiliki dampak signifikan terhadap lingkungan melalui deforestasi, polusi, bencana alam, serta produksi dan penggunaan energi. Melalui penghubungan sistem yang berjauhan, interaksi ini dapat menjadi dampak global. Ekonomi lokal, ketidaktahanan pangan, dan bahaya lingkungan adalah semua efek negatif yang merupakan dampak langsung dari sistem sosioekonomi. Deforestasi, bencana alam, polusi, dan konsumsi energi secara eksplisit menunjukkan bagaimana manusia dan sistem alam merupakan sistem yang terintegrasi. Semuanya dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah dan faktor kontekstual yang sering kali memiliki lebih banyak dampak negatif pada lingkungan.[17] Interaksi manusia dengan lingkungan menciptakan efek domino. Sistem sosioekonomi ini saling terhubung dan menghasilkan dampak mulai dari tingkatan lokal hingga ke tingkat global. DeforestasiDeforestasi merupakan penyebab utama perubahan lingkungan. Deforestasi dapat dikaitkan terhadap pertumbuhan populasi, perubahan dinamika rumah tangga, dan manajemen sumber daya. Hutan secara tradisional dimiliki oleh negara dan negara memiliki kontrol manajemen sumber daya, artinya pemerintah bertanggung jawab terhadap pengembangan lahan hutan. Antara 1970 dan 2011, lahan tertutup pohon berkurang 20,6%.[18] Penurunan ini dapat dikaitkan terhadap perkembangan masyarakat dan peningkatan penggunaan sumber daya. Masalah deforestasi berkontribusi terhadap perubahan iklim karena kayu sering kali dibakar dan digunakan sebagai bahan bakar yang mengeluarkan emisi CO2 ke atmofer. Deforestasi juga terjadi akibat pertumbuhan populasi dan perluasan lahan pertanian yang menciptakan lingkaran setan (pertumbuhan populasi meningkatkan kebutuhan untuk perluasan lahan pertanian, yang kemudian mendorong pertumbuhan populasi lebih lanjut). Ketika hutan ditebang untuk memulai praktik agrikultur, degradasi tanah sering terjadi dan menyebabkan masalah lanjutan seperti penurunan hasil panen, yang kemudian berkontribusi pada ketidaktahanan pangan dan kontraksi ekonomi. Akibat deforestasi, hewan seringkali kehilangan habitatnya dan vegetasi mengalami penurunan signifikan. Kehilangan habitat ketika deforestasi umum terjadi tidak hanya karena penebangan pepohonan, tetapi juga karena lahan tempat pepohonan tersebut sebelumnya berada menderita erosi tanah ekstrem akibat kurangnya perlindungan dari tutupan pohon. Lebih jauh, perjuangan hewan untuk sintas semakin sulit akibat temperatur tinggi di tempat kehilangan tutupan pohon.[19] Ekonomi masyarakat setempat terdampak oleh hal ini karena mereka bergantung pada sumber daya tersebut untuk menggerakan pasar lokal dan menghidupi keluarganya. Obat-obatan modern juga terdampak karena beberapa obat berasal dari tanaman yang ditemukan di wilayah tersebut. Kehilangan sumber daya ini berarti hilangnya pemasukan masyarakat setempat yang bergantung pada sumber daya alam untuk menghasilkan keuntungan. Hal ini dapat berdampak global dengan menciptakan kelangkaan obat-obatan di seluruh dunia. PolusiPencemaran laut secara masif berdampak pada masyarakat nelayan kecil di seluruh dunia. Ketika perairan laut mengalami polusi, terdapat beragam dampak pada kehidupan laut. Ikan menyerap merkuri dari pertambangan batu bara dan pembakaran bahan bakar fosil yang membuat ikan tersebut beracun untuk dikonsumsi. Ketidaktahanan pangan menjadi dampak sosioekonomi dari kehidupan laut yang beracun karena masyarakat pesisir kecil bergantung pada penangkapan ikan untuk menggerakkan pasar setempat.[20] Perusahaan besar menghasilkan polusi ini sebagai sistem limpahan, yang kemudian berdampak pada masyarakat di sekitarnya. Bencana alamBencana alam menjadi lebih parah ketika lingkungan berubah. Pada belahan bumi barat, tanah longsor menjadi lebih sering terjadi dan lebih parah. Karena masyarakat terus berkembang, lanskap teganggu oleh interaksi manusia dan wilayah lereng bukit tak stabil mulai mengalami keruntuhan akibat tekanan ini.[21] Dampak ini dapat menyebabkan kehilangan habitat bagi hewan, kehilangan tempat tinggal, dan kerusakan menyeluruh dari bangunan industri. Bencana alam ini dapat berdampak pada ekonomi lokal sebagaimana bencana alam lainnya karena dapat mengganggu keseluruhan alur masyarakat. Dampak ini dapat dibagi ke dalam sektor privat dan publik, sebagai contoh, jalan bebas hambatan yang hancur karena tanah longsor akan diperhitungkan sebagai kerugian publik. Sementara itu, pertanian setempat yang kehilangan seluruh tanamannya akibat tanah longsor akan diperhitungkan sebagai kerugian privat. Urbanisasi dan deforestasi merupakan penyebab utama dalam peningkatan jumlah kejadian tanah longsor pada masyarakat kecil.[22] Rumah tanggaFaktor sosioekonomi lainya adalah perubahan pada keluarga rumah tangga. Keluarga inti secara tradisional terdiri dari dua orang tua dan anak-anaknya yang tinggal satu atap. Dahulu, rumah tangga sering kali membatasi jumlah anggota keluarga besar seperti kakek dan nenek. Dengan pergeseran jumlah orang yang berada di bawah satu atap yang sama, terdapat peningkatan konsumsi energi langsung.[23] Lebih sedikit orang per rumah tangga berarti lebih banyak rumah tangga. Orang-orang mengalami pergeseran menuju satu orang per rumah tangga akibat perubahan norma sosial. Lebih banyak rumah tangga memiliki arti lebih banyak energi yang digunakan untuk melakukan berbagai pekerjaan seperti pemanasan rumah, penggunaan televisi, dan penggunaan lebih banyak lampu. Perubahan ini juga berarti lebih banyak ruang lahan geografis yang digunakan orang sehingga menyebabkan urbanisasi lebih lanjut dari masyarakat pedesaan. Fenomena ini telah menjadi pergeseran dalam masyarakat di seluruh dunia. Lihat pulaCatatan
Referensi
Pranala luar |