Skisma AcaciusSkisma Acacius antara Gereja Kristen Barat dan Timur berlangsung selama tiga puluh lima tahun, dari tahun 484-519. Hasilnya adalah perubahan kepemimpinan Kekristenan Timur terhadap Monofisitisme, dan gagalnya usaha Kaisar Zeno untuk berdamai dengan Henotikon.[1][2][3] KronologiDalam peristiwa-peristiwa yang mengarah pada Skisma, Paus Felix III menulis dua pucuk surat, yang satu pada Zeno dan yang staunya lagi pada Acacius, Patriark Konstantinopel. Paus mengingatkan mereka mengenai perlunya mempertahankan keyakinan tanpa kompromi, seperti yang telah mereka lakukan sebelumnya. Ketika Yohanes Talaia, yang diusir dari Aleksandria, tiba di Roma dan melaporkan mengenai apa yang sedang terjadi di Timur, Paus Felix menulis dua surat lagi, yang isinya memanggil Acacius untuk datang ke Roma dan menjelaskan tindakannya. Utusan yang membawa surat tersebut ke Konstantinopel langsung dipenjara begitu mereka tiba dan dipaks untuk menerima Komuni dari Acacius sebagai bagian dari liturgi berdasarkan yang Petrus Peter Mongus dan kaum Monofisitis lainnya namai dalam diptikha. Paus Felix, begitu mendengar berita ini dari para biarawan Acoemeti di Konstantinopel, langsung menggelar sinode pada tahun 484. Paus lalu mengumumkan bahwa dia mengekskomunikasi Acacius. Acacius menjawab tindakan tersebut dengan menyarang nama Paus Felix dari diptikhanya. Hanya para biarawan Acoemeti di Konstantinopel yang masih setia pada Roma, dan Acacius pun mengurung kepala biara mereka, Cyril, di penjara. Acacius sendiri meninggal pada 489, dan penerusnya, Flavitas (atau Fravitas, 489-90), mencoba berdamai dengan Roma, namun menolak menyerahkan komuni dengan kaum Monofisitis dan megnhilangkan nama Acacius dalam diptikhanya. Zeno meninggal pada 491; penerusnya, Anastasius I (491-518), mulai menjaga kebijakan Henotikon, namun secara berangsur-angsur mengadopsi Monofistisme. Setelah kematian Anastasius, penerusnya, Yustinus I, dengan segera berusaha mengakhiri skisma dengan Roma, sebuah tujuan yang dibagi dengan patriark baru Konstantinopel, Yohanes II. Persatuan tersebut terjadi secara formal pada Paskah, 24 Maret 519. Bacaan lanjutan
Catatan kaki
Pranala luar
|