Skadron Udara 7
Skadron Udara 7 disingkat (Skadud 7) adalah Skadron Udara Helikopter dibawah Komando Lanud Suryadarma, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Sebelumnya Skadron Udara 7 berada dibawah kendali Lanud Atang Senjaya dan Sesuai Surat Keputusan KASAU Nomor: SKEP / 19 / XI / 1990 tertanggal 20 November 1990 tentang kedudukan Skadron Udara 7, maka secara resmi terhitung mulai tanggal 1 Januari 1991, Skadron Udara 7 berada di dalam jajaran Pangkalan TNI AU Kalijati (sekarang Lanud Suryadarma), dengan kekuatan Bell 204 Iroquis, Bell 47G Sioux, Bell 47G Soloy (modifikasi Bell 47G Sioux) dan EC 120B Colibri.[1] Setelah Wing Ops 004 dibubarkan, Skadud 7 mendapat tugas tambahan untuk menyelenggarakan pendidikan sekolah penerbang helikopter biasa dikenal dengan sebutan Kursus Pengenalan Terbang Helikopter (KPTH) sampai sekarang dan pesawat yang digunakan adalah Bell 47-G Soloy yang merupakan modifikasi dari pesawat jenis Bell 47 3B1 Sioux. Selain itu untuk menunjang tugas pokoknya Skadron juga memiliki helikopter EC-120 B Colibri.[2] Skadron Udara 7 juga memiliki "Tim Aerobatic" sama halnya dengan Skadron Pendidikan 102 yang juga memiliki "Tim Aerobatic" yang bernama ”Jupiter Aerobatic Team (JAT)” yang mengoperasikan pesawat latih type KT-1B Woong Bee buatan Korea Selatan. Bahkan Skadron Udara 7 memiliki "Tim Aerobatic" pertama dan satu-satunya di Asia Tenggara yang menggunakan pesawat Rotary Wing atau Helikopter dan diberi nama ”DYNAMIC PEGASUS” dengan mengoperasikan helikopter type EC-120 B Colibri. SejarahSkadron Udara 7 lahir seiring dengan lahirnya Wing Operasi 004 Helikopter pada tanggal 25 Mei 1965,[3] sebagai wadah bagi pesawat-pesawat Mi-4 dan SM-1 serta semua jenis helikopter Bell sebagai pesawat angkut khusus. Ketika didirikan yang dipercaya untuk memimpin Skadron Udara 7 adalah Letnan Udara Satu Achmad Aulia Suratno dengan perwira tekniknya Letnan Udara Satu Suhardjito. Secara historis terbentuknya Skadron Udara 7 dan Wing Operasi 004 memiliki ikatan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan, sebab keduanya dilahirkan pada waktu yang bersamaan sebagai pengembangan dari Skadron Udara 6 Helikopter. Pada saat itu AURI menginginkan agar memiliki wadah yang lebih memadai bagi pesawat-pesawat helikopter yang terus bertambah banyak, sekaligus mampu mengkoordinir berbagai bentuk kegiatan operasi yang semakin kompleks.[4] Berdasarkan radiogram Panglima Komando Operasi TNI AU I Jakarta Nomor: TK/616/89/TKT, tanggal 4 April 1989 tentang rencana pemindahan markas Skadron Udara 7 dari Lanud Atang Sendjaja ke Lanud Kalijati. Dalam perintahnya disebutkan bahwa proses pemindahan Skadron Udara 7 terbagi dalam tiga gelombang, sebagai upaya untuk menyesuaikan kesiapan fasilitas perumahan dan perkantoran di Lanud Kalijati. Untuk menjaga keamanan baik personil mapun materiil dilaksanakan aflos setiap dua minggu sekali. Tepat tanggal 17 April 1989 gelombang pertama boyongan dilaksanakan, dengan menggunakan jalan darat dan udara meliputi satu flight pesawat Huges 500 C sebanyak tiga pesawat, delapan penerbang dan tujuh teknisi sebagai pendukung. Tahap kedua tanggal 11 Juni 1990 diberangkatkan dengan jumlah satu buah pesawat Hughes 500 C dengan 40 personil dan 16 truk untuk mengangkut peralatan perkantoran, pengawal dan pengawas. Sedangkan gelombang ketiga pada tanggal 13 Juni 1990 diberangkatkan seluruh unsur pesawat Bell-47 G Soloy dan Bell-204 B Iroquois dengan kekuatan 47 personil beserta keluarga dan peralatan rumah tangga lainnya. Dengan demikian resmilah kegiatan “Operasi Boyong 7” yang menandai berakhirnya pengabdian Skadron Udara 7 di Lanud Atang Sendjaja menempati home base-nya yang baru di Lanud Kalijati (sekarang Lanud Suryadarma). Daftar Nama Pejabat Komandan Skadron Udara 7
Referensi
|