Sidorejo, Godean, Sleman
SejarahPada mulanya, Desa Sidorejo merupakan wilayah yang terdiri dari tiga kelurahan, yakni: Kelurahan Kwagon, Sangonan, dan Jering. Berdasarkan maklumat Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta yang diterbitkan tahun 1946 mengenai Pemerintahan Kelurahan, maka kelurahan-kelurahan tersebut kemudian digabung menjadi satu desa otonom dengan nama Desa Sidorejo. Desa Sidorejo kemudian secara resmi ditetapkan berdasarkan Maklumat Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 5 Tahun 1948 tentang Perubahan Daerah-Daerah Kelurahan. Pembagian administratif
DemografiDesa Sidorejo secara topografi berupa tanah datar, dan merupakan desa terluas di Kecamatan Godean dengan luas 5,44 km² (sekitar 20% luas Kecamatan Godean). Desa ini sebagian besar merupakan kawasan pedesaan yang subur, dan memiliki potensi di bidang pertanian, peternakan dan industri genteng. Sebanyak 7.440 jiwa yang terbagi dalam 2.051 KK tinggal di 13 padukuhan yang ada di desa ini. Di Desa Sidorejo terdapat 259 KK miskin (Raskin 2009) yang merupakan terendah[butuh klarifikasi] di Kecamatan Godean. Industri Genteng dan Bata Merah Wilayah bekas Kelurahan KwagonWilayah bekas Kelurahan Kwagon yang meliputi :
merupakan sentra industri genteng yang telah berlangsung secara turun temurun. Dimulai dari pembuatan genteng "Asthogino ( tangan yang berguna )" lalu berkembang menjadi genteng soka yang tebal dan kuat mengikuti tuntutan zaman. Hampir semua warga padukuhan ini terlibat dalam industri genteng maupun bata merah. Untuk mensyukuri keberadaan industri genteng dan bata merah yang telah menghidupi masyarakat, khusus warga Padukuhan Kwagon, maka diadakanlah upacara Merti Bumi setiap bulan Sapar. Berbagai kegiatan diantaranya gotong royong membersihkan lingkungan, bakti sosial, pengobatan massal, kenduri massal, dan tirakatan dilakukan oleh masyarakat. Sedangkan acara puncak dilaksanakan dengan diawali doa tahlilan kemudian diadakan kirab labuhan berupa pusaka dan ubarampe serta gunungan hasil bumi sepanjang satu setengah kilometer menuju lokasi penambangan tanah di Bukit Gunung Pare. Pranala luar
|