Sidondo
Vitex negundo atau sidondo[2] adalah perdu aromatik besar dengan cabang-cabang berbentuk segi empat, berwarna keputihan padat, dan berbentuk tomentosa. Tumbuhan ini banyak digunakan dalam pengobatan tradisional, khususnya di Asia Selatan dan Tenggara. Deskripsi FisikTumbuhan ini merupakan perdu tegak atau pohon kecil yang tumbuh setinggi 2 hingga 8 m. Kulit batangnya berwarna coklat kemerahan. Daunnya digitate, dengan lima helai daun meruncing, kadang tiga. Setiap helai daun memiliki panjang sekitar 4 hingga 10 cm, dengan helai daun bagian tengah merupakan yang terbesar dan memiliki tangkai. Tepi daun bergigi atau bergerigi dan permukaan bawahnya ditumbuhi bulu.[3] Banyaknya bunga yang tumbuh dalam malai dengan panjang 10 hingga 20 cm. Masing-masing memiliki panjang sekitar 6 hingga 7 cm dan berwarna putih hingga biru. Mahkotanya memiliki panjang yang berbeda-beda, dengan lobus tengah bawah yang paling panjang. Baik mahkota maupun kelopaknya ditutupi oleh bulu-bulu lebat.[3] Buahnya berupa buah berbiji sukulen, berdiameter 4 mm, membulat hingga berbentuk telur. Warnanya hitam atau ungu saat matang.[3] Persebaran dan HabitatSidondo berasal dari Afrika Timur dan Selatan tropis serta Asia. Tanaman ini dibudidayakan secara luas dan dinaturalisasi di tempat lain.[1] Negara-negara habitatnya termasuk Afghanistan, Bangladesh, Bhutan, Kamboja, Cina, India, Indonesia, Jepang, Korea, Kenya, Madagaskar, Malaysia, Mozambik, Myanmar, Nepal, Pakistan, Filipina, Sri Lanka, Taiwan, Tanzania, Thailand, dan Vietnam.[1] Sidondo biasa ditemukan di dekat perairan, tanah yang baru terganggu, padang rumput, dan hutan terbuka campuran.[4] KandunganKandungan utama sari daunmya adalah kastisin, isoorientin, krisofenol D, luteolin, asam p-hidroksibenzoat dan D-fruktosa.[butuh rujukan] Kandungan utama minyak atsirinya adalah sabinen, linalool, terpinen-4-ol, β-karyofilin, α-guain dan globulol yang membentuk 61,8% minyak.[butuh rujukan] KegunaanEkstrak yang dimurnikan diyakini memiliki khasiat obat.[5] Tumbuhan ini digunakan untuk mengolah bawang putih yang disimpan untuk melawan hama dan sebagai obat batuk di Filipina, dijual dengan nama dagang Ascof dan Plemex.[6] Di Malaysia digunakan dalam pengobatan herbal tradisional untuk kesehatan wanita, termasuk pengobatan untuk mengatur siklus menstruasi, penyakit payudara fibrokistik, dan pengobatan pasca melahirkan.[7] Referensi
|