Sidi Bou Said
Sidi Bou Said (bahasa Arab: سيدي بو سعيد ⓘ) merupakan kota yang terletak di utara Tunisia sekitar 20 km dari ibu kota, Tunis[1]. Dinamai berdasarkan tokoh religius yang tinggal disana, Abu Said al-Baji, yang sebelumnya dikenal sebagai Jabal el-Menar. Kota ini memiliki daya tarik wisata dan terkenal dengan penggunaan warna biru dan putih yang jamak. Kota ini dikunjungi dengan kereta TGM rute Tunis menuju La Marsa. SejarahPada abad ke-12/ke-13 sebelum masehi, Abu Said ibn Khalaf Yahya al-Tamimi al-Beji datang ke kampung Jabal el-Menar dan mendirikan tempat peristirahatan. Setelah kematiannya tahun 1231, ia dikubur disini. Pada abad ke-18 masyarakat kaya Tunis membangun tempat tinggal di Sidi Bou Said. Selama tahun 1920an, Rodolphe d'Erlanger memperkenalkan tema warna biru dan putih ke kota[2]. Rumahnya, Ennejma Ezzahra, yang saat ini menjadi museum memiliki koleksi instrumen musik serta menyelenggarakan konser musik klasik dan musik Arab[3]. Publik FigurSidi Bou Said memiliki reputasi sebagai kota seniman[4][5]. Seniman yang tinggal atau mengunjungi Sidi Bou Said diantaranya okultis terkenal Aleister Crowley, Paul Klee, Gustave-Henri Jossot, August Macke, dan Louis Moillet. Seniman Tunisia yang ada di Sidi Bou Said merupakan anggota dari École de Tunis (sekolah lukis Tunis) seperti Yahia Turki, Bharim Dhahak, dan Ammar Farhat. Filsuf Prancis Michel Foucault pernah bermukim selama beberapa tahun di kota ini ketika ia mengajar di University of Tunis[6][7]. Penulis Prancis André Gide memiliki rumah di kota. Mantan presiden Tunisia Beji Caid Essebsi lahir di Sidi Bou Said[8], sutradara film, penulis skenario, dan editor film, Moufida Tlatli juga lahir di kota ini[9]. Azzedine Alaïa memiliki rumah di Sidi Bou Said yang diubah menjadi galeri seni[10]. Penyanyi asal Prancis Patrick Bruel memiliki lagu mengenai Sidi Bou Said, secara khusus mengenai Café des Délices, dalam lagu debutnya Au Café des Délices di album Juste Avant yang keluar pada 1999. Galeri
Referensi
Pranala luar
|