Sianotoksin adalah racun yang diproduksi oleh sianobakteri (juga dikenal sebagai ganggang biru-hijau atau (toska). Sianobakteri ditemukan hampir di seluruh dunia, namun populasi yang paling banyak dapat ditemukan di daerah berarair seperti danau dan lautan. Di tempat yang memiliki konsentrasi fosfor yang tinggi sianobakteri dapatbereproduksi secara eksponensial, dalam beberapa kasus ledakan Sianobakteri menimbulkan ledakan populasi alga. Dalam konsentrasi yang tinggi sianotoksin dapat meracuni dan bahkan membunuh hewan dan juga manusia yang. Sianotoksin juga dapat terakumulasi pada hewan lain yang bersentuhan langsung dengan koloni sianobakteria, terutama jenis hewan penyaring seperti beberapa jenis ikan, kerang, udang dan kepiting yang mana akan meyebabkan keracunan bila dikonsumsi.
Sianotoksin merupakan salah satu dari racun alami yang sangat kuat. Sianotoksin secara angresif menyerang sistem saraf (neurotoksin), menghancurkan hati (hepatoksin) , menyerang sel tubuh (sitotoksin) bekerja seperti halnya sel darah putih), dan juga bersifat endotoksin. Meskipun memiliki kesamaan dalam nama, sianotoksin tidak terkait dengan sianida. Paparan dari racun ini dapat menyebabkan gejala gangguan sistem pencernaan dan juga rinitis alergi atau ruam kulit pruritus .[1] Paparan asam amino BMAA dari racun ini dapat menyebabkan penyakit neurodegeneratif seperti Sklerosis Lateral Amiotrofik (ALS), penyakit Parkinson, dan penyakit Alzheimer .[2]
Struktur kimia
Sianotoksin biasanya menargetkan sistem saraf ( neurotoksin ), hati ( hepatotoxins ) atau kulit ( dermatoksin ). Struktur kimia sianotoksin jatuh ke dalam tiga kelompok besar: peptida siklik, alkaloid dan lipopolisakarida.[3]