ShinsengumiShinsengumi (新選組 ) adalah korps kepolisian negara yang dibentuk untuk menjaga keamanan ibu kota Kyoto pada era Bakumatsu di Jepang. Semasa Perang Boshin, Shinsengumi berperang di pihak Keshogunan Tokugawa. Kepala korps dijabat Kondō Isami. Sebagai penjaga keamanan Kyoto, Shinsengumi berada di bawah administrasi Kyoto Shugoshoku (pelindung Kyoto) pimpinan Matsudaira Katamori (daimyo Domain Aizu). Korps ini beranggotakan sekitar 60 orang samurai. Selain menjadi tugas Shinsengumi, tugas menjaga keamanan Kyoto juga dibebankan kepada Kyoto Mimawari-gumi. Berbeda dari Kyoto Mimawari-gumi yang beranggotakan gokenin dan hatamoto, anggota Shinsengumi diambil dari para ronin (termasuk petani, tahanan dan penduduk kota) dari Aizu. Berdasarkan kedudukannya sebagai korps nonreguler, Shinsengumi sering dijuluki sebagai "kelompok pembunuh dari faksi sabaku (pendukung keshogunan)". Mereka dituduh bertanggung jawab atas Peristiwa Ikedaya, dan berbagai pembunuhan, termasuk terhadap kelompok radikal pendukung slogan Sonnō jōi ("dukung kaisar, usir orang barbar") yang menggunakan Kyoto sebagai tempat persembunyian, dan ronin pelaku kriminal. Pimpinan korps termasuk Kondō Isami sendiri terlibat perebutan kekuasaan di dalam korps Shinsengumi, dan akhirnya tewas dibunuh oleh musuh. Anggota Shinsengumi banyak yang dipecat karena melawan peraturan, tewas setelah duel pedang dengan anggota organisasi shishi, atau dieksekusi setelah dipecat. Shinsengumi sering didramatisasi dalam novel-novel sebagai kelompok pembunuh gelap yang sering membunuh orang tanpa alasan. Kisah Shinsengumi telah diangkat sebagai novel oleh Kan Shimozawa dan Ryōtarō Shiba. Setelah dipengaruhi novel, drama serial, dan film tentang Shinsengumi, generasi muda Jepang sering mengidolakan Shinsengumi dan Sakamoto Ryōma. SejarahPada 1862, berdasarkan saran samurai daerah Domain Shōnai bernama Kiyokawa Hachirō dibuka lowongan untuk para ronin yang ingin bekerja sebagai pengawal Shogun Tokugawa Iemochi sewaktu berada di Kyoto. Setelah para ronin terkumpul, pada tahun berikutnya (1863), kelompok yang terdiri dari sekitar 200 ronin dikirim ke Kyoto untuk mempersiapkan kedatangan shogun. Matsudaira Tadatoshi, Udono Kyūō, Kubota Shigekatsu, Yamaoka Tesshū, Chūjō Kinnosuke, Sasaki Tadasaburō ditunjuk sebagai pemimpin kelompok ronin. Setibanya mereka di Kyoto, kelompok ronin mengetahui rencana Kiyokawa yang ingin menjadikan mereka berada di pihak loyalis sebagai tentara kekaisaran. Menurut hasil rapat pemimpin ronin, mereka tidak mau berada di pihak Kiyokawa dan memilih untuk pulang ke Edo. Namun kelompok Shieikan yang berintikan Kondō Isami dan Hijikata Toshizō bersama kelompok Mito yang berintikan Serizawa Kamo menentang keputusan tersebut. Mereka memilih untuk tetap mau tinggal di Kyoto sebagai pengawal shogun. Udono Kyūō lalu meminta Tonouchi Yoshio dan Iesato Tsuguo untuk mengumpulkan kawan-kawan yang masih ingin tinggal di Kyoto. Kelompok Shieikan, kelompok Mito yang dipimpin Tonouchi, dan kelompok Negishi Yūzan sepakat untuk menetap di Mibu, Kyoto. Kelompok Negishi tidak lama kemudian mengundurkan diri, sementara Tonouchi dan Iesato diusir dari kelompok. Organisasi ronin yang mereka dirikan diberi nama Miburōshi-gumi (nama lain: Seichūrōshi-gumi). Dari markas mereka di Desa Mibu, mereka membuka lowongan gelombang pertama untuk para ronin yang ingin bekerja. Dari calon yang mengikuti seleksi gelombang pertama didapat lebih dari 36 ronin yang menamakan diri Mibu Rōshi-gumi (kelompok ronin dari Mibu). Menurut Matsudaira Katamori yang menjabat Kyoto Shugoshoku, kelompok ronin ditugaskannya untuk menjaga keamanan dalam kota Kyoto dari tindakan melanggar hukum yang dilakukan faksi pendukung kaisar penentang keshogunan. Prestasi kelompok ronin diakui setelah ikut memadamkan pemberontakan Peristiwa Bulan 8 Tanggal 8 (30 September 1863), dan mereka secara resmi disebut Shinsengumi (Korps Elit Baru). Referensi
Pranala luar
|