Sesetan, Denpasar Selatan, Denpasar8°42′04″S 115°13′12″E / 8.701134°S 115.220131°E
Kelurahan Sesetan merupakan satu dari enam kelurahan di Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Provinsi Bali, Indonesia. Luas wilayahnya mencapai 7,39 km² (739 ha) dan secara geografis terletak pada ketinggian kurang dari 500 meter di atas permukaan laut yang membujur ke utara.[4][5][6] GeografisLuas wilayah desa ini terbagi menjadi; 12 hektar persawahan, 30 hektar tegal/huma, 458,01 hektar perumahan dan 238,99 hektar lainnya.[1] Batas WilayahBatas-batas wilayah Kelurahan Sesetan sebagai berikut:[7]
SejarahDari beberapa informasi dan cerita tokoh masyarakat serta didukung bukti peninggalan yang ditemukan, diceritakan bahwa pada waktu pemerintahan Dalem Waturenggong, kira-kira abad ke-15 M, Kelurahan Sesetan sekarang ini masih menjadi satu kesatuan dengan Kelurahan Pedungan. Kelurahan Pedungan awalnya bernama desa Peduwungan. Nama Peduwungan diambil dari nama sebilah keris sakti. Keris itu dimiliki oleh wakil Dalem Waturenggong di wilayah Badung yang bernama Arya Kutawaringin. Keris sakti dibuatkan tempat yang disebut pelinggih dan diberi nama Pura Peduwungan, yang sekarang terletak di Banjar Kepisah. Dari nama Peduwungan ini akhirnya menjadi Desa Pedungan. Pada masa itu, mata pencaharian utama penduduk di Desa Peduwungan adalah sebagai petani dan beberapa orang penduduk yang tinggal di Desa Peduwungan melakukan kegiatan pertanian di bagian Timur Desa Peduwungan, yang akhirnya menetap di tempat itu. Karena menurut tetua desa itu, tempat di bagian timur itu tempat yang subur dan sangat baik untuk bercocok tanam. Tempat itu diberi nama Kesetan atau Sepihan yang artinya pecahan dari desa Peduwungan, kemudian lama kelamaan seiring waktu dan proses perubahan kata, maka kata Kesetan berubah menjadi Sesetan.[8][9] DemografiPada sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk kelurahan ini sebesar 50.303 jiwa. Pada tahun 2016, penduduk Sesetan diperkirakan sebesar 49.893 jiwa yang terdiri dari 25.447 laki-laki dan 24.446 perempuan dengan sex ratio 104. Proyeksi pertumbuhan penduduk sebesar 2,80 % dari tahun 2010.[1] PemerintahanDaftar lurahPada Februari 2022, lurah Sesetan dipimpin Putu Wisnu Wardana, S.E.,M.M menggantikan Ni Ketut Sri Karyawati.[10] Pada 12 Januari 2017, kelurahan Sesetan dipimpin oleh Ni Ketut Sri Karyawati, SKM. M.Kes yang menggantikan suaminya sendiri Nyoman Agus Mahardika, yang menjabat lurah Sesetan dari tahun 2011-2017.[11] Ia menjadi lurah perempuan pertama di Sesetan. Daftar bendesa adatBerikut adalah daftar bendesa adat pekraman Sesetan:
Pembagian AdministratifPenduduk Desa Sesetan hidup dengan berkelompok dalam wadah yang disebut Banjar, yang namanya disesuaikan dengan situasi dan kondisi di Banjar tersebut. Terdapat 9 banjar adat dan 14 banjar dinas, seperti:
Sampai dengan tahun 2018, Kelurahan Sesetan memiliki 14 lingkungan definitif/banjar dinas, yakni:
PendidikanSampai dengan tahun 2018, terdapat kurang lebih 37 unit sekolah di desa ini, yakni:[1]
KesehatanPada tahun 2018, desa ini memiliki setidaknya 22 dokter umum, 6 dokter spesialis, 2 dokter gigi, 17 bidan dan 14 mantri kesehatan yang tersebar pada 16 Posyandu, 1 Poliklinik, 1 Puskesmas dan 18 tempat praktek dokter. Terdapat pula 3 Panti Asuhan, 6 Tuna Netra, 14 tuna wicara, 16 tuna grahita, 5 tuna daksa, dan 24 penderita disabilitas lainnya.[1] KesenianGamelan BungbangNama Bungbang atau Gamelan Bumbang adalah sebuah barungan (satu set) gamelan bambu yang diklasifikasikan dalam seni karawitan Bali sebagai gamelan anyar (seni tabuh baru). Hal ini dikarenakan gamelan bungbang diciptakan setelah abad ke-20 dan merupakan pengembangan dari gamelan yang sudah ada sebelumnya, terutama pada teknik permainan dan lagu-lagu yang dimainkan. Penciptanya berasal dari Banjar Tengah Desa Pakraman Sesetan, I Nyoman Rembang. Gamelan bungbang diciptakan pada tahun 1985 dan dipentaskan untuk umum pertama kali pada tanggal 16 November 1988 pada saat pawai pembukaan lomba desa di Desa Sesetan, Denpasar, Bali. Omed-omedanOmed-omedan, juga dikenal sebagai "Ritual Berciuman", adalah upacara yang diadakan oleh pemuda-pemudi Banjar Kaja, di desa Sesetan yang diadakan setiap tahun.[15] Omed-omedan diadakan setelah Hari Raya Nyepi, yakni pada hari ngembak geni untuk menyambut tahun baru saka.[15] Omed-omedan berasal dari bahasa Bali yang artinya tarik-tarikan.[16] Upacara ini dilakukan untuk menjalin silaturahmi antar sesama warga dan menjaga keharmonisan dan solidaritas masyarakat.[17][18] Upacara ini juga menjadi tempat bertemunya orang lajang. Banyak pasangan pertama kali bertemu satu sama lain melalui upacara ini.[19][20][21] Arja geguntanganArja geguntangan adalah kesenian musik tabuh barungan baru yang juga dikenal sebagai gamelan Arja atau Paarjaan. Arja ini hanya berada di Sesetan dan banjar Belaluan.[22] Gamelan ini adalah pengiring pertunjukan dramatari Arja yang diperkirakan muncul pada permulaan abad ke-20 Masehi. Karena bentuk Arja lebih mengutamakan tembang dan melodrama, maka diperlukan musik pengiring yang suaranya tidak keras, sehingga tidak mengurangi keindahan lagu vokal yang dinyanyikan para penari. Melibatkan antara 10 sampai 12 orang penabuh, gamelan ini termasuk barungan kecil. Instrumen guntang merupakan alat musik penting, disamping suling dan kendang dalam barungan ini. Geguntangan adalah satu-satunya barungan gamelan Bali yang memakai 2 macam laras Slendro dan Pelog mengikuti laras tembang yang diiringinya. Perubahan laras dilakukan oleh pemain suling, satu-satunya instrumen pembawa melodi, dengan jalan merubah sistem tutupan (tatekep). Seperti halnya tabuh-tabuh gamelan pengiring tari, drama lainnya dan jenis-jenis tabuh Paigelan.[23] TokohBerikut beberapa tokoh terkenal yang lahir dan besar di kelurahan ini;
Referensi
Pranala luar
catatan: URL dapat diubah/hilang. Jika URL sudah tidak aktif, dapat dihapus dari daftar diatas. |