Serangan Saar
Serangan Saar adalah sebuah operasi bawah tanah Prancis di Saarland, Jerman, pada tahap-tahap awal Perang Dunia II, dari 7 sampai 16 September 1939. Persiapan serangan tersebut adalah untuk membantu Polandiayang kemudian berada di bawah invasi. Dengan menyerang Jerman di Fron Barat. Meskiput 30 divisi maju ke perbatasan, serangan itu tidak pernah terjadi. Ketika kemenangan cepat di Polandia memungkinkan Jerman untuk memperkuat garis pertahanannya dengan pasukan cadangan, serangan itu dapat dihentikan. Pada akhirnya Pasukan Jerman dapat memukul balik Pasukan Prancis yang akhirnya mundur pada 17 Oktober. Tujuan PenyeranganBerdasarkan pada Aliansi Prancis-Polandia (1921), Angkatan Darat Prancis memulai persiapan untuk serangan utama tiga hari setelah Mobilisasi dimulai. Pasukan Prancis secara efektif memegang kendali wilayah antara perbatasan Prancis dan Garis Siegfried dan menyelidiki pertahanan Jerman. Sektor ini dijaga oleh Angkatan Darat Jerman Pertama. Pada hari ke 15 mobilisasi (yaitu tanggal 16 September), Tentara Prancis mulai melakukan serangan besar-besaran terhadap Jerman. Usaha memobilisasi untuk menduduki terlebih dahulu pada 26 Agustus dan deklarasi mobilisasi total pada 1 September. Proses mobilisasi Prancis sudah ketinggalan zaman, hal ini mempengaruhi untuk dengan cepat mengerahkan pasukan mereka di lapangan. [4] Komando Prancis masih percaya pada taktik perang dunia I, yang sangat bergantung pada artileri yang tidak bergerak. Meskipun ini membutuhkan waktu untuk mengangkut dan menyebarkannya. Banyak bagian-bagiannya juga harus diambil dari gudang penyimpanan sebelum instalasinya.[5] Operasi PrancisHampir semua orang mengharapkan serangan Prancis besar-besaran di front barat segera setelah dimulainya perang, tetapi Inggris dan Prancis berhati-hati karena keduanya takut serangan udara besar Jerman di kota-kota mereka. Mereka tidak tahu bahwa 90% dari pesawat garis depan Jerman berada di Polandia.[6] Serangan Prancis di lembah Rhine dimulai pada 7 September, empat hari setelah Prancis menyatakan perang terhadap Jerman. Wehrmacht terlibat dalam serangan terhadap Polandia dan Prancis mendapatkan keuntungan secara jumlah di sepanjang perbatasan dengan Jerman tetapi Prancis tidak mengambil tindakan apapun untuk membantu Polandia. Sebelas divisi Prancis, bagian dari Second Army Group, maju sepanjang 32 km (20 mil) di dekat Saarbrücken, melawan pasukan Jerman yang lemah. Tentara Prancis ke pedalaman sekitar 8 km (5 mil) dan menguasai sekitar 12 kota dan desa tanpa hambatan: Gersheim, Medelsheim, Ihn, Niedergailbach, Bliesmengen, Ludweiler, Brenschelbach, Lauterbach, Niedaltdorf, Kleinblittersdorf, Auersmacher and Hitlersdorf (nantinya bernama Sitterswald). Empat tank Renault R35 dihancurkan oleh ranjau di utara Bliesbrück. Pada 9 September Prancis menduduki sebagian besar Hutan Warndt.[6] Pada 10 September, ketika serangan balasan kecil Jerman merebut kembali desa Apach, pasukan Prancis membalikkan kondisi hanya beberapa jam kemudian. Resimen Infantri ke-32 Prancis pada 12 September berhasil merebut kota Brenschelbach di Jerman dengan kehilangan satu kapten, satu sersan dan tujuh prajurit. Di dekat titik pertemuan perbatasan Prancis, Jerman dan Luxembourgeois, jembatan Schengen dihancurkan.[7] Serangan itu dihentikan setelah pasukan Prancis menduduki tujuh km persegi (3 mil persegi) Hutan Warndt, yang telah ditambang oleh Jerman. Prancis berhenti dari garis Siegfried, meskipun mereka tinggal beberapa kilometer di sebelah selatannya, di sebelah timur Saarbrücken. Prancis menguasai wilayah Jerman di sepanjang bagian Rhine-Moselle, tetapi setelah jatuhnya Polandia,[6] Jenderal Maurice Gamelin pada 21 September memerintahkan unit-unit Prancis untuk kembali ke posisi awal mereka di Jalur Maginot. Beberapa Jenderal Prancis, seperti Henri Giraud, melihat penarikan itu sebagai hal yang sia-sia dan menyatakan ketidaksetujuannya. Ketika penarikan itu terjadi, pada tanggal 28 September, serangan balasan dari Resimen Infanteri ke-18 Jerman (dari Divisi 52 yang baru dibentuk) di daerah antara Bischmisheim dan Ommersheim terjadi atas pasukan Prancis. Pada 17 Oktober penarikan itu selesai. Ada sekitar 2.000 korban Prancis (terbunuh, terluka atau sakit). AkibatSerangan itu tidak mendapat perhatian pasukan Jerman. Serangan 40 divisi secara habis-habisan tidak menghasilkan apa-apa. Pada tanggal 12 September, Dewan Agung Perang Inggris Prancis berkumpul untuk pertama kalinya di Abbeville di Prancis. Diputuskan bahwa semua tindakan offensif harus segera dihentikan. Jenderal Maurice Gamelin memerintahkan pasukannya untuk berhenti "tidak lebih dari 1 kilometer" dari posisi Jerman di sepanjang Jalur Siegfried. Polandia tidak diberitahu tentang keputusan ini. Sebaliknya, Gamelin memberi tahu Marsekal Edward Rydz-Śmigły bahwa separuh dari divisinya bertempur dengan Jerman, dan bahwa kemajuan Prancis telah memaksa Wehrmacht untuk menarik setidaknya enam divisi dari Polandia. Hari berikutnya, komandan Misi Militer Prancis ke Polandia, Jenderal Louis Faury, memberi tahu kepala staf Polandia, Jenderal Wacław Stachiewicz, bahwa serangan besar yang direncanakan di front barat harus ditunda dari 17 hingga 20 September. Dari 16 hingga 17 Oktober, tentara Jerman, yang sekarang diperkuat oleh pasukan yang kembali dari pertempuran di Polandia, melakukan serangan balasan untuk merebut kembali wilayah yang hilang yang masih dipegang oleh pasukan Prancis, yang telah mundur seperti yang direncanakan. [8][9] Laporan dari pihak Jerman mengakui hilangnya 196 tentara, ditambah 114 hilang dan 356 terluka.[2] They also claim that 11 of their aircraft had been shot down as far as 17 October.[3] Mereka juga mengklaim bahwa 11 pesawat mereka telah ditembak jatuh sepanjang 17 Oktober. Prancis menderita sekitar 2.000 korban. Pada saat itu, semua divisi Prancis telah diperintahkan untuk mundur ke barak mereka di sepanjang Garis Maginot. Dan Perang Phoney telah dimulai. Pada Pengadilan Nuremberg, komandan militer Jerman Alfred Jodl mengatakan bahwa "Kita tidak tumbang pada tahun 1939 yang pada faktanya bahwa selama pertempuran Polandia, sebanyak 110 divisi Prancis dan Inggris di Barat sepenuhnya tidak aktif untuk melawan 23 divisi Jerman."[10] Jenderal Siegfried Westphal menyatakan bahwa "Jika Prancis menyerang secara paksa pada bulan September 1939, tentara Jerman hanya dapat bertahan selama satu atau dua minggu saja. "[11] Catatan kaki
Referensi
|