Seni rupa InsulerSeni rupa Insuler atau seni rupa Saksen-Hibernia adalah gaya seni rupa yang tumbuh dan berkembang di Britania Raya dan Irlandia pascapenjajahan Romawi. Istilah insuler berasal dari kata Latin insula, artinya "pulau". Pada kurun waktu pascapenjajahan Romawi, Britania dan Irlandia mengembangkan suatu gaya seni rupa bersama yang berbeda dari gaya seni rupa di seantero Eropa. Para sejarawan seni rupa biasanya menggolongkan seni rupa Insuler ke dalam gerakan seni rupa Zaman Migrasi maupun seni rupa Barat Abad Pertengahan Awal, dan perpaduan dari kedua tradisi inilah yang menjadi keistimewaan gaya seni rupa Insuler.[2] Sebagian besar karya seni rupa Insuler berasal dari biara-biara Kristen Kelt binaan rahib-rahib Irlandia, atau dari sektor kriya logam bagi kalangan elit sekuler. Kurun waktu perkembangan seni rupa Insuler bermula sekitar tahun 600 dengan berpadunya gaya seni rupa Kelt dengan gaya seni rupa Saksen-Inggris. Salah satu unsur khasnya adalah corak hias kepang-kepangan, khususnya corak hias kepang-kepangan yang ditemukan di Sutton Hoo, Anglia Timur. Corak hias ini digunakan untuk memperindah barang-barang jenis baru yang kebanyakan adalah tiruan barang-barang buatan Mediterania, teristimewa kodeks atau buku.[3] Masa jayanya berakhir ketika pusat-pusat rahbaniyat dan kehidupan ningrat porak-poranda diserbu bangsa Viking sejak penghujung abad ke-8. Diduga serbuan bangsa Viking juga yang menjadi biang keladi mangkraknya pengerjaan Kitab Kells. Tidak ada lagi Kitab Injil sesudahnya yang dihias semewah dan sehalus mahakarya-makaharya abad ke-8.[4] Di Inggris, gaya seni rupa Insuler terserap ke dalam gaya seni rupa Saksen-Inggris sekitar tahun 900, sementara di Irlandia, gaya seni rupa ini terus lestari sampai akhirnya terserap ke dalam gaya seni rupa Romanik pada abad ke-12.[5] Irlandia, Skotlandia, dan Kerajaan Northumbria di Inggris Utara adalah pusat-pusat utama perkembangannya, tetapi ada pula karya-karya seni rupa Insuler yang ditemukan di Inggris Selatan, Wales,[6] dan Eropa Daratan, teristimewa di Galia (sekarang Prancis), yakni di pusat-pusat misi Hibernia-Skotlandia dan pusat-pusat misi Saksen-Inggris. Pengaruh seni rupa Insuler menulari semua seni rupa Abad Pertengahan Eropa yang berkembang sesudahnya, terutama pada corak hias naskah-naskah Romanik dan Gotik.[7] Sebagian besar karya seni rupa Insuler yang sintas berwujud naskah beriluminasi, barang kriya logam, dan ukiran pada batu, teristimewa pada tugu-tugu salib batu. Bidang-bidang dihias mewah dengan corak-corak yang rumit, tanpa usaha untuk menciptakan kesan kedalaman, kesan timbul, maupun kesan jauh-dekat. Contoh-contoh terbaiknya adalah Kitab Kells, Kitab Injil Lindisfarne, Kitab Durrow, kerongsang-kerongsang semisal Kerongsang Tara, dan Salib Ruthwell. Halaman-halaman permadani adalah unsur khas naskah-naskah Insuler, meskipun jamak pula dijumpai inisial-inisial berwarita (rekacipta Insuler), tabel-tabel kanon, dan miniatur-miniatur figuratif, teristimewa potret-potret penginjil. PenamaanKata insuler pada nama gaya seni rupa ini dipetik dari frasa aksara Insuler yang dicuatkan untuk pertama kalinya oleh Kamus Bahasa Inggris Oxford pada tahun 1908.[8] Kata insuler juga dipakai para linguis dalam penamaan rumpun bahasa Kelt Insuler.[9] Meskipun mula-mula lebih sering dipakai untuk menyifatkan gaya hias naskah-naskah beriluminasi, yang memang merupakan jenis barang terbanyak yang menggunakan gaya hias tersebut, kata ini sekarang digunakan secara lebih luas di dalam semua bidang seni. Kata insuler berfaedah untuk mengakui kesatuan gaya seni rupa di seluruh Britania dan Irlandia sembari mengindari penggunaan istilah Kepulauan Inggris yang merupakan isu sensitif di Irlandia, sekaligus mengelak dari argumen-argumen tentang asal-muasal gaya seni rupa tersebut dan tempat penciptaan karya-karya seni tertentu, yang acap kali sengit pada abad ke-20[10] dan mungkin saja kembali mengemuka pada abad ke-21.[11] Beberapa sumber membedakan "rentang waktu yang lebih panjang mulai abad ke-5 sampai abad ke-11 yaitu sejak bangsa Romawi angkat kaki hingga awal kemunculan gaya Romanik" dari "selang waktu yang lebih khusus mulai abad ke-6 sampai abad ke-9 yaitu sejak masuknya agama Kristen hingga menetapnya bangsa Viking".[12] Di lain pihak, C. R. Dodwell mengemukakan bahwa di Irlandia "gaya Insuler terus lestari nyaris tanpa diganggu gugat sampai bangsa Norman-Inggris menginvasi Irlandia pada tahun 1170; memang ada contoh karya-karya seni Insuler yang tercipta selambat-lambatnya pada abad ke-13 dan ke-14".[13] Corak hias InsulerGaya Insuler sangat terkenal dengan hiasannya yang padat, rumit, dan imajinatif, dengan memanfaatkan unsur-unsur yang diserap dari beberapa gaya seni rupa yang sudah ada sebelumnya. Seni rupa Kelt atau " seni rupa La Tène Pamungkas" yang berkembang pada akhir Zaman Besi menyumbangkan unsur kecintaan kepada sulur-suluran, triskelion, lingkaran, dan pelbagai corak geometris lainnya. Corak-corak geometris tersebut dipadukan dengan corak-corak hewani yang kemungkinan besar berinduk kepada versi Jermani dari gaya satwa Erasia umum, kendati mungkin pula diserap dari seni rupa Kelt yang jamak menghias ujung sulur-suluran dengan corak kepala satwa. Corak kepang-kepangan dipakai di dalam kedua tradisi seni rupa tersebut maupun di dalam tradisi seni rupa Romawi (contohnya pada mosaik-mosaik lantai) dan di dalam tradisi-tradisi seni rupa yang kemungkinan besar turut mempengaruhi seni rupa Insuler semisal seni rupa Kubti. Pemakaian corak kepang-kepangan mencapai taraf baru di dalam seni rupa Insuler, yang memadukannya dengan unsur-unsur lain yang sudah disebutkan di atas. Tidak ada usaha untuk merepresentasikan kedalaman pada lukisan naskah, yang dipentingkan adalah membubuhkan corak-corak hias pada permukaan bidang dengan mumpuni. Pada karya-karya awal, gambar manusia dihadirkan lewat gurat-gurat geometris yang juga digunakan pada gambar satwa, tetapi gambar-gambar yang menampakkan gaya klasik lambat-laun menyebar seiring bergulirnya waktu, kemungkinan besar dari daerah-daerah Saksen-Inggris di selatan Britania, kendati daerah-daerah di utara Britania juga berkontak langsung dengan Eropa Daratan.[14] Asal-usul keseluruhan format halaman permadani sudah sering dikait-kaitkan dengan mosaik-mosaik lantai Romawi[15] maupun dengan permadani-permadani dan lukisan-lukisan naskah Kubti,[16] meskipun belum ada pendapat yang berterima umum di kalangan sarjana. Latar belakangTidak seperti seni rupa Romawi Timur yang sezaman maupun yang tidak sezaman dengannya, seni rupa Insuler tidak lahir dari suatu masyarakat tempat pengaruh-pengaruh gaya seni umum menyebar ke banyak sekali jenis benda di ranah seni rupa, seni terapan, dan seni dekoratif. Di seluruh kepulauan Inggris, peri kehidupan masyarakatnya masih bercorak pedesaan, bangunan-bangunannya masih sangat bersahaja, dan seni arsitekturnya tidak memiliki gaya Insuler. Sekalipun benda-benda yang berkaitan dengan kebudayaan masyarakat kepulauan Inggris dalam berbagai media yang lebih tidak mampu bertahan lama dapat dipastikan pernah ada tetapi tidak sintas. Sudah jelas para patron seni rupa Insuler, baik patron religius maupun patron sekuler, mengharapkan benda-benda yang dibuat dengan tingkat kemahiran yang mengagumkan, yang menjadi kian mengagumkan lantaran ketiadaan kecanggihan visual di dunia tempat benda-benda itu dilihat orang.[17] Pada khususnya di Irlandia, para pemuka agama dan pemuka masyarakat sering kali memiliki keterkaitan yang erat satu sama lain; beberapa biara keabasan turun-temurun dikuasai oleh kelompok kekerabatan lingkup kecil.[18] Pada masa itu Irlandia terbagi-bagi menjadi banyak sekali "kerajaan" mini, sedemikian banyaknya sampai-sampai para sejarawan nyaris kelimpungan menjejakinya satu per satu, sedangkan kerajaan-kerajaan di Inggris lebih sedikit jumlahnya dan lebih besar negaranya. Baik para petinggi Kelt (Irlandia dan Pikti) maupun para petinggi Saksen-Inggris memiliki tradisi panjang dalam kepemilikan barang-barang kriya logam dengan mutu yang sangat tinggi, sebagian besar dimanfaatkan untuk menghias diri, baik oleh laki-laki maupun perempuan. Gaya Insuler terlahir dari pertemuan gaya seni dari kedua masyarakat tersebut, yaitu gaya Kelt dan gaya satwa Saksen-Inggris, di dalam konteks Kristen, dan disertai sedikit pengetahuan akan gaya Kuno Akhir. Kenyataan ini pada khususnya terlihat di dalam penerapannya pada buku, yang pada masa itu merupakan jenis benda baru bagi kedua tradisi seni tersebut, maupun di dalam penerapannya pada barang kriya logam.[19] RujukanKutipan
Sumber
Bacaan lanjutan
Pranala luar
|