Seman Mulia
Ia mendalami Islam dari salah seorang gurunya yang juga adalah ulama besar Kalimantan saat itu, yakni Guru Kasyful Anwar. la mengambil sanad dalail khairat kepada gurunya imam masjid nabawi madinah Sayyid Ahmad bin Sayyid Abbas Ridwan. Silsilah : 1. Nabi Muhammad Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam 2. Fatimah Az-Zahra 3. Hasan Al-Mujtaba 4. Hasan Al-Mutsanna 5. Abdullah Al-Mahdi 6. Musa Al-Jun 7. Abdullah Ar-Ridha 8. Musa Ats-Tsani 9. Dawud Al-Makki 10. Muhammad Al-Madani 11. Yahya Az-Zahid 12. Abdullah Al-Jili 13. Musa Janki Dausat 14. Sultanul Aulia Asy-Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani 15. Abdurrazzaq 16. Syarafuddin 17. Ahmad 18. Syihabuddin 19. Ali Al-Hasyimi 20. Ahmad 21. Syarafuddin 22. Abdurrazzaq 23. Muhammad 24. Yusuf Al-Madani Asy-Syafi'i 25. Abdul Fattah 26. Abdurrazzaq 27. Abdussami 28. Abdul Fattah 29. Abdurrauf 30. Muhammad Asy-Syannawi 31. Abdul Wahid 32. Basuni 33. Ali Abadah 34. Abdul Fattah 35. Ridwan 36. Ahmad 37. Muhammad Amin 38. Abbas Ridwan 39. Ahmad Al-Madani Dengan Guru SekumpulSyaikh Seman adalah paman sekaligus guru dari ulama kharismatik Martapura Guru Sekumpul, KH. Muhammad Zaini bin Abdul Ghani al-Banjari. Syaikh Seman secara intensif mendidik dia baik ketika berada di sekolah maupun di luar sekolah. Dan ketika mendidik Guru Sekumpul, Syaikh Seman hampir tidak pernah mengajarkan langsung bidang-bidang keilmuan itu kepada dia kecuali di sekolah. Tapi ia langsung mengajak dan mengantarkan dia mendatangi tokoh-tokoh yang terkenal dengan sepesialisasinya masing-masing baik di daerah Kalimantan maupun di Jawa untuk belajar. Seperti misalnya ketika ingin mendalami Hadits dan Tafsir, Syaikh Seman mengajak (mengantarkan) dia kepada al-Alim al-Allamah Syaikh Anang Sya’rani Arif yang terkenal sebagai muhaddits dan ahli tafsir.[1] Menurut Guru Sekumpul sendiri, di kemudian hari ternyata Syaikh Seman Mulia adalah pakar di semua bidang keilmuan Islam itu. Tapi karena kerendahan hati dan tawadhu tidak menampakkannya ke depan khalayak. Kedekatan paman dan kemenakan ini terlihat hingga di akhir hayat, di mana kubur mereka berduapun berdampingan,[1][2][3] yakni di Komplek Ar-Raudhah, Martapura Beberapa RiwayatPencuri Ayam .Satu malam ada beberapa orang mengendap-endap di luar rumah dia dan berniat untuk mencuri ayam. Namun tiba-tiba terbukalah pintu rumah dan merekapun hendak lari. Syaikh Seman justru berkata, "Jangan mengambil yang masih hidup, di dalam rumah sudah kusediakan ayam yang sudah masak. Masuklah kalian semua!" Ternyata di rumah Syaikh Seman memang sudah tersedia makanan ayam yang sudah masak. Semua pencuri tadi disuruh makan sampai kenyang dan ketika hendak pulang, semua pencuri tadi masing-masing diberi uang dan dia berkata, "Pakailah uang ini untuk membuka usaha dan bertobatlah!" Akhirnya semua pencuri tadi bertobat dan masing-masing membuka usaha, dan usaha tersebut semuanya laris, yang membuat para pencuri tadi hidup berkecukupan.[4] Nasihat Untuk Guru AyanKH. Muhammad Aini bin H. Ali[5] (Guru Ayan), juga seorang ulama, pernah mendapat siraman rohani dari dia. Salah satunya adalah:
Lihat pulaReferensi
|