Ikan semah (Tor spp., famili Cyprinidae) adalah ikanair tawar yang berasal dari Indo-Australia dan anak benua India. Nama lain ikan ini adalah kancra bodas (Sunda), tåmbrå (Jawa), sapan (Kalimantan),[2]ihan batak atau curong (bahasa Toba),[3]mahseer, atau kelah (Malaysia). Nama "semah atau jurung " populer dipakai di Sumatra bagian tengah hingga ke selatan.
Ikan yang masih sekerabat dengan ikan mas ini populer sebagai bahan pangan kelas tinggi, dan yang biasa dijumpai dan dikonsumsi di Indonesia dan Malaysia adalah Tor douronesis (semah biasa atau kancra bodas), T. tambra (tambra), T. tambroides (tambra), dan T. soro (kancra).[4] Ikan tambra dan semah dapat mencapai panjang sekitar satu meter,[5] walaupun tangkapan yang dijual biasanya berukuran maksimum 30 cm.
Habitat dan sebaran
Ikan ini hidup di sungai-sungai beraliran deras di pegunungan dan populasi sangat terancam akibat penangkapan berlebihan. Indikasi yang terlihat adalah semakin jarang terlihat, ukuran tangkapan semakin kecil, dan distribusi menurun. Bahkan telah dilaporkan pula penangkapan di beberapa taman nasional. Pihak berwenang di Indonesia (Balai Benih Ikan lokal), seperti di Jawa Barat,[6][7]Jawa Tengah,[8]Padang Pariaman, dan beberapa kabupaten pedalaman Jambi telah mulai mengembangkan teknologi pembiakan menggunakan pemijahan buatan dan paket budidaya. Selain itu, di Padang Pariaman aturan adat setempat juga ditegakkan dengan pemberlakuan zona larangan, penyangga, dan penangkapan. Penangkapan hanya dilakukan apabila terdapat izin dari kerapatan adat.
Spesies kancra bodas (Tor douronesis) dan kancra (Tor soro) ditemukan hidup di kolam, pesawahan, dan sungai di Jawa Barat. Karena kelangkaannya, orang Sunda menganggap ikan ini suci atau ikan yang dikeramatkan sehingga juga dijuluki sebagai "ikan dewa"; hukum adat setempat melarang orang untuk membunuh atau memakan ikan ini. Ikan ini dapat ditemukan di kolam pemandian keramat di sekitar Gunung Ceremai; seperti kolam Cibulan, Cigugur, Pasawahan, Linggajati, dan Darmaloka di Kabupaten Kuningan.[9][10]
Pemanfaatan
Semah adalah jenis ikan konsumsi. Pengolahannya adalah dengan dibuat sup (direbus) atau dipepes.[11] Ikan ini tidak cocok digoreng karena dagingnya halus.
Oleh sebagian masyarakat Tionghoa Indonesia, ikan ini termasuk jenis ikan yang disajikan dalam perayaan hari raya Imlek dan dihargai dengan nilai tinggi.[11]
Spesies
Sen dan Jayaram membatasi istilah mahseer untuk anggota genus Tor. Akan tetapi, beberapa spesies dari genus Neolissochilus dan spesies tunggal genus Naziritor juga disebut mahseer karena sisiknya yang besar dan kemiripan-kemiripan yang lain.[12] Taksonomi warga-warga tersebut belum mantap; sejauh ini belum terdapat kesepakatan yang memuaskan di antara para ahli.[13][14] Daftar spesies di bawah ini terutama disusun menurut FishBase,[15][16] dengan beberapa revisi menurut Kottelat (2013). Di sini, marga Naziritor dianggap sebagai anak-marga dari Tor.[17][15]
^Gray, JE. 1834. Illustrations of Indian zoology; chiefly selected from the collection of Major-General Hardwicke. Vol. 2: Pl.96 fig.1. London: Parbury, Allen and Co. (1832–1835)
^Haryono. 2006. "Aspek biologi ikan tambra (Tor tambroides Blkr.) yang eksotik dan langka sebagai dasar domestikasi". Biodiversitas7: 195-8.
^Asdhiana, I Made, ed. (Tuesday, 28 January 2014). ""Ikan Dewa" dari Ciremai". Kompas.com (dalam bahasa Indonesian). Kompas.com. Diakses tanggal 6 February 2014.Periksa nilai tanggal di: |date= (bantuan)Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^Roberts, TR. 1999. "Fishes of the cyprinid genus Tor in the Nam Theun watershed (Mekong basin) of Laos, with description of a new species". Raffles Bulletin of Zoology, 47(1): 225–36Diarsipkan 2016-01-23 di Wayback Machine..
^ abFroese, Rainer and Pauly, Daniel, eds. (2012). Species of Tor di FishBase. Versi November 2012.
^Kottelat, M. 2013. "The fishes of the inland waters of Southeast Asia: a catalogue and core bibliography of the fishes known to occur in freshwaters, mangroves and estuaries". The Raffles Bulletin of Zoology, Supplement No. 27, 22 November 2013.