Selopuro, Lasem, Rembang
Sejarah Desa SelopuroPada zaman dahulu, tanah Jawa masih berupa hutan belantara dengan hanya sedikit perkampungan. Pada tahun 1745 Masehi, di Lasem sudah berdiri sebuah Kerajaan yang dipimpin oleh Ratu Dewi Indu. Sementara itu, Suroadimenggolo III, seorang bangsawan dari Semarang, menjadi Bupati Lasem. Ia berkedudukan di dukuh Tulis, yang juga dikenal sebagai "Loji" dan berfungsi sebagai kantor Bupati Lasem. Suroadimenggolo III mendirikan tangsi militer di puncak bukit Gebang. Sebelum terbentuknya Desa Selopuro, wilayah tersebut terbagi menjadi empat pedukuhan, yaitu: Dukuh Gapuro, Dukuh Topar, Dukuh Klindon, dan Dukuh Tulis. Menurut cerita para sesepuh desa terdahulu, pedukuhan yang paling tua adalah Dukuh Gapuro, yang sekarang disebut Dukuh Gepuro. Pedukuhan berikutnya adalah Dukuh Topar, kemudian Dukuh Klindon, dan yang terakhir adalah Dukuh Tulis. Dukuh Gepuro disebut dukuh tertua,karena Dukuh Gepuro sebagai pintu masuk kewilayah selopuro.
Dukuh Tulis merupakan wilayah pemerintahan desa yang awalnya dipimpin oleh Petinggi Wardini Suryoningrat. Kemudian, pemerintahan Selopuro yang terdiri dari beberapa wilayah dukuhan digabung menjadi satu desa, yaitu Desa Selopuro. Nama "Selopuro" berasal dari kata "Selo" yang berarti batu dan "Puro" yang berarti gapuro atau pintu, sehingga "Selopuro" berarti gapuro yang terbuat dari batu. Wardini Suryoningrat menjabat sebagai Petinggi hingga tahun 1945. Setelah Wardini Suryoningrat meninggal, Desa Selopuro mengadakan pemilihan Kepala Desa dengan cara unik, yaitu menggunakan biting (tusuk gigi) yang dimasukkan ke dalam bumbung (tabung bambu). Kandidat yang mendapatkan biting terbanyak menjadi Kepala Desa. Hasil pemilihan menunjukkan Bapak Supangi sebagai pemenang, dan ia menjabat sebagai Kepala Desa dari tahun 1945 hingga 1983. Pada tahun 1985, diadakan pemilihan kepala desa (pilkades) dan yang terpilih adalah Warman yang menjabat hingga tahun 1998. Pada akhir tahun 1998, tepatnya tanggal 18 Desember, diadakan pilkades lagi dan yang terpilih menjadi Kepala Desa adalah Fuat Fathoni yang menjabat hingga tahun 2006. Setelah itu, pemilihan kepala desa berikutnya menghasilkan Sunarno sebagai Kepala Desa yang menjabat dari tahun 2007 hingga 2019, menjabat selama dua periode. Demikianlah sejarah asal-usul wilayah-wilayah dukuhan menjadi Desa Selopuro. Kondisi Demografis SelopuroDesa Selopuro terdiri dari 5 dukuh (RW), yang masing-masing terdiri dari sejumlah RT.
Desa Selopuro menjadi jalur yang dilewati oleh desa-desa lain seperti Desa Kajar, Desa Gowak, Desa Sendangcoyo, dan lainnya. Biasanya desa-desa tersebut akan melewati Desa Selopuro untuk pergi ke daerah kecamatan ataupun kota. Orbitasi ke kecamatan dari Desa Selopuro berjarak sekitar 2 km, dan ke kabupaten sekitar 15 km. Kondisi Geografis Desa SelopuroDesa Selopuro adalah desa yang cenderung datar, meskipun terletak di dekat gunung. Walaupun sudah banyak pemukiman, lahan untuk pertanian pun masih cukup luas. Desa Selopuro dikelilingi oleh desa-desa lainnya yang secara langsung berbatasan.
Organisasi dan Kelembagaan Desa SelopuroLembaga Pemerintahan Desa Selopuro
Selain Kepala Desa, Sekretaris, Kepala Urusan dan Kepala Seksi, ada juga Kepala Dusun atau Kepala Dukuh yang merupakan bagian dari perangkat Desa.
Desa Selopuro juga memiliki Badan Permusyawaratan Desa.
Lembaga MasyarakatSelain perangkat desa, Desa Selopuro juga memiliki kelembagaan masyarakat
Pranala luar
|