Sejegi, Mempawah Timur, Mempawah
Sejegi adalah sebuah desa di kecamatan Mempawah Timur, kabupaten Mempawah, provinsi Kalimantan Barat, Indonesia. Desa Sejegi adalah salah satu desa yang terletak di Kabupaten Mempawah, Provinsi Kalimantan Barat. Desa ini memiliki sejarah yang terkait dengan perkembangan masyarakat dan budaya di wilayah pesisir dan pedalaman Kalimantan Barat, terutama yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat suku Dayak, Melayu, dan beberapa kelompok etnis lainnya.[1] Secara lebih rinci, berikut adalah gambaran umum mengenai sejarah Desa Sejegi:[1] Desa Sejegi kemungkinan didirikan oleh masyarakat lokal yang menetap di daerah tersebut sejak zaman dahulu. Nama "Sejegi" sendiri berasal dari bahasa daerah yang mungkin berkaitan dengan kondisi alam atau peristiwa sejarah tertentu yang penting bagi masyarakat desa pada waktu itu. Masyarakat di Desa Sejegi sebagian besar adalah petani dan nelayan, yang menggantungkan hidupnya pada sumber daya alam seperti hasil pertanian dan perikanan.[2] Sebagai bagian dari Kabupaten Mempawah yang memiliki keragaman etnis, Desa Sejegi dipengaruhi oleh budaya Melayu dan Dayak. Pengaruh ini dapat terlihat dalam tradisi, adat istiadat, serta bahasa yang digunakan oleh penduduk desa. Masyarakat Melayu umumnya berbicara bahasa Melayu, sedangkan sebagian warga Dayak menggunakan bahasa Dayak. Kedua kelompok ini hidup berdampingan, dengan saling menghormati budaya dan adat mereka.[1] Ekonomi Desa Sejegi pada awalnya bergantung pada pertanian, seperti padi, jagung, dan tanaman pangan lainnya. Selain itu, hasil perikanan juga menjadi bagian penting dari mata pencaharian masyarakat. Seiring dengan berkembangnya desa, sektor perdagangan dan jasa mulai berkembang, meskipun pada umumnya Desa Sejegi masih bergantung pada sektor agraris.[3] Desa Sejegi berperan dalam perkembangan Kabupaten Mempawah secara keseluruhan. Mempawah, yang merupakan salah satu kabupaten di Kalimantan Barat, memiliki sejarah panjang yang melibatkan kerajaan-kerajaan Melayu dan pengaruh penjajahan Belanda. Desa Sejegi, meskipun tidak sebesar kota-kota besar seperti Pontianak atau Mempawah Kota, tetap memiliki peran penting dalam konteks kehidupan sosial dan budaya di kawasan tersebut.[4] Dalam beberapa dekade terakhir, Desa Sejegi mengalami perubahan signifikan dalam hal infrastruktur dan aksesibilitas. Pemerintah daerah sering kali berusaha meningkatkan kualitas hidup masyarakat di desa-desa seperti Sejegi melalui pembangunan jalan, fasilitas pendidikan, dan kesehatan. Pembangunan infrastruktur ini membantu masyarakat untuk mengakses pasar dan layanan yang lebih baik, yang pada gilirannya meningkatkan ekonomi desa.[3] Seperti banyak desa lainnya di Kalimantan Barat, Desa Sejegi menghadapi tantangan terkait dengan pengelolaan sumber daya alam, perubahan iklim, dan kebutuhan untuk mengembangkan sektor ekonomi yang lebih beragam. Namun, peluang untuk berkembang melalui sektor pariwisata alam dan produk lokal masih terbuka luas.[3] Secara keseluruhan, sejarah Desa Sejegi adalah bagian dari cerita panjang Kabupaten Mempawah yang kaya akan tradisi, keragaman etnis, serta tantangan dan peluang dalam pembangunan desa. Sejegi merupakan desa yang terancam oleh kebakaran hutan dan lahan serta banjir yang berkepanjangan. Per 6 Agustus 2019, desa ini telah mengalami kebakaran hutan seluas 250 ha yang merembet pula hampir ke Desa Anjungan Dalam.[5] Sebagai akibatnya, warga, termasuk puluhan balita mengalami ISPA, dan api sudah hampir mendekati rumah warga.[5] Desa Sejegi, Kecamatan Mempawah Timur, merupakan salah satu desa di Kabupaten Mempawah yang terendam banjir. Ketinggian banjir mencapai 1,5 meter dari permukaan tanah. Banjir juga menyebabkan kurang lebih 600 rumah di desa tersebut terendam.[6] Dari pantauan petugas pada Senin (2/12), sejumlah dusun di Desa Sejegi tak luput dari rendaman banjir. Seperti, Dusun Tekam terdapat 130 rumah terendam, Lalu, di Dusun Galaherang sebanyak 310 rumah, Dusun Bemban 217 rumah.Banjir yang merendam pemukiman masyarakat di Desa Sejegi disebabkan sejumlah faktor. Diantaranya tingginya curah hujan, banjir kiriman dari daerah perhuluan Kecamatan Menjalin dan kaaranggan di Kabupaten Landak.[7] Dalam kesempatan tersebut, Sudarsono menyempatkan melihat langsung sejumlah warga yang mengungsi akibat terdampak banjir. Sudarsono juga sekaligus menyerahkan bantuan sembako kepada warga yang mengungsi di bangunan SDN 12 itu.[8] Hingga saat ini terdapat 3 Kepala Keluarga (KK) warga Dusun Tekam yang sudah mengungsi. Kedatangan Kapolres turut didampingi Pejabat Utama Polres Mempawah, Kapolsek Mempawah Timur, Kepala Puskesmas Antibar dan Kepala Desa Sejegi.[9] Terbaru, SD Negeri 19 Telayar di dusun Telayar, bagian dari desa itu, ludes terbakar sekitar pukul 14.00 siang pada 17 Agustus 2019. SD itu diketahui mengalami kesusahan pemadaman api mengingat api yang berasal dari lahan gambut.[10] Selain itu pun, pemadaman telah diupayakan, tapi karena api belum benar-benar padam, maka api kembali menyeruak dari dalam tanah.[11] tersebut, memiliki 4 ruangan untuk kantor guru dan siswa ditunjang dengan 1 ruang toilet. Adapun ruang yang dipakai untuk belajar mengajar hanya kelas 2 dan kelas 6.[10] Referensi
|