Sejarah sosiologi

Sosiologi sebagai disiplin ilmu baru muncul terutama sejak pemikiran pencerahan, yang tak lama hadir setelah Revolusi Prancis. Sosiologi disebut juga sebagai ilmu masyarakat yang positivistik. Asal usulnya dipengaruhi berbagai pergerakan dalam filsafat ilmu dan filsafat ilmu pengetahuan. Analisis sosial bermakna luas, namun, memiliki asal usul dari filsafat yang mendahului bidang ini. Ilmu sosiologi modern muncul sebagai reaksi terhadap modernitas, kapitalisme, urbanisasi, rasionalisasi, sekularisasi, penjajahan dan imperialisme. Akhir abad ke-19 sosiologi menaruh perhatian yang dalam pada negara kebangsaan modern; yang terdiri dari lembaga, unit-unit sosialisasi, dan sarana pengawasan. Penekanan pada konsep "modernitas", dan "Pencerahan", digunakan untuk membedakan diskursus sosiologi dari filsafat politik klasik.[1]

Berbagai teknik penelitian sosial kuantitatif telah menjadi alat yang biasa digunakan untuk mengkaji pemerintahan, bisnis, dan organisasi, dan juga penggunaannya dalam ilmu sosial lainnya. Berbeda dengan penjelasan teoretis dari dinamika sosial, teknik ini telah memberikan tingkat otonomi dari disiplin sosiologi dalam penelitian sosial. Oleh sebab itu, ilmu sosial telah disesuaikan sebagai istilah rujukan berbagai disiplin ilmu yang mempelajari manusia, interaksi, masyarakat atau budaya.[2]

Pendahuluan

Zaman kuno

Pemikiran sosiologi dapat ditelusuri hingga era Yunani Kuno (lih. komentar Xenophanes: "Jika kuda menyembah para dewa, maka para dewa pasti menyerupai kuda"). Observasi proto-sosiologis dapat ditemukan dalam teks-teks pendiri filsafat Barat (Herodotus, Thukidides, Plato, Polibios dan sebagainya), dan juga pemikiran filsuf non-Eropa seperti Konfusius.[3] Kecenderungan karakteristik dalam pemikiran sosiologi Yunani kuno dapat ditelusuri kembali pada lingkungan sosial mereka. Karena jarang ada organisasi politik yang luas atau terpusat di dalam suatu negara yang memungkinkan semangat kesukuan atas lokalisme dan permainan bebas. Semangat lokalisme dan kedaerahan merasuki sebagian besar pemikiran Yunani mengenai fenomena sosial.[4]

Asal usul teknik survei dapat ditelusuri kembali pada naskah "Domesday Book" yang diperintahkan raja William I pada tahun 1086.[5][6]

Pada abad ke-13, Ma Tuan-Lin, seorang sejarawan Cina, yang pertama kali mengenali pola dinamika sosial sebagai komponen penting perkembangan sejarah. Hal tersebut ditulisnya pada manuskrip ensiklopedis miliknya, yang berjudul Wenxian Tongkao atau "Pemeriksaan Komprehensif Literatur".[7]

Ibnu Khaldun (abad ke-14)

Sosiologi Islam sudah diketahui sejak abad ke-14. Beberapa pihak menganggap Ibnu Khaldun, seorang ilmuwan Islam Tunisia dari Afrika Utara; merupakan sosiolog pertama. Dia dinobatkan sebagai bapak sosiologi. Karyanya yang berjudul Muqaddimah merupakan karya yang menjelaskan penalaran ilmiah atas kohesi sosial dan konflik sosial.[8][9][10][11][12][13] Ibnu Khaldun (1332–1406) terkenal dengan bukunya yang berjudul Muqaddimah; yang kemudian diterjemahkan sebagai 'Prolegomena' dalam bahasa Latin. Buku tersebu merupakan pengantar bagi tujuh volume analisis sejarah universal. Karyanya berisi tentang filsafat sosial dan ilmu sosial terpadu yang pertama kali merumuskan teori kohesi sosial dan konflik sosial. Dengan demikian, dia dianggap sebagai pelopor dalam ilmu sosiologi.[8][9][10][12][13]

Ibnu Khaldun menyusun teori dinamika sejarah yang melibatkan konseptualisasi konflik sosial dan perubahan sosial. Dia mengembangkan dikotomi antara kehidupan yang menetap dengan kehidupan yang berpindah-pindah, serta konsep "generasi", dan hilangnya kekuasaan yang tak terelakkan yang terjadi saat para pejuang gurun menaklukkan kota. Sarjana Arab kontemporer bernama Sati 'al-Husri menerjemahkan buku Muqaddimah sehingga karya klasik tersebut dapat dibaca sebagai karya sosiologis, yang dipecah menjadi enam buku sosiologi umum. Topik yang dibahas dalam karya ini meliputi politik, kehidupan perkotaan, ekonomi, dan pengetahuan. Karya ini didasarkan pada konsep sentral Ibn Khaldun tentang 'asabiyyah', yang diterjemahkan sebagai "kohesi sosial", "solidaritas kelompok", atau "kesukuan". Konsep 'kohesi sosial' ini muncul secara spontan dalam suku-suku dan kelompok kekerabatan kecil lainnya; Hal tersebut diperkuat dan diperbesar oleh ideologi agama. Ibnu Khaldun melihat bagaimana kohesi ini membuat suatu kelompok dapat berkuasa di satu sisi, namun mengandung sesuatu yang dapat menjatuhkan dirinya sendiri pada sisi lainnya; seperti aspek-aspek psikologi, sosiologi, ekonomi, dan politik, yang dapat membentuk suatu kelompok, dinasti atau kerajaan baru dengan keterikatan kohesi yang lebih kuat (atau sesuatu yang lebih muda dan lain sebagainya).

Landasan disiplin akademis

Pelembagaan formal sosiologi sebagai sebuah disiplin ilmu dimulai oleh Emile Durkheim yang pertama kali mendirikan departemen sosiologi Prancis di Universitas Bordeaux tahun 1895. Dia juga mendirikan jurnal L'Année Sociologique pada tahun 1896.

Program studi sosiologi mulai diajarkan pertama kali di Amerika Serikat pada tahun 1875 oleh William Graham Sumner. Dia menggunakan pemikiran Comte dan Herbert Spencer daripada karya Durkheim.[14] Pada tahun 1890, program studi sosiologi tertua di Amerika Serikat dimulai di Universitas Kansas, yang diajarkan oleh Frank Blackmar. Departemen Sejarah dan Sosiologi di Universitas Kansas didirikan pada tahun 1891,[15] dan departemen sosiologi di universitas pertama kali didirikan pada tahun 1892 di Universitas Chicago oleh Albion W. Small (1854-1926), yang pada tahun 1895 mendirikan jurnal American Journal of Sociology.[16] Perkembangan sosiologi di Amerika muncul dalam lintasan yang luas dan independen dibandingkan di Eropa. George Herbert Mead dan Charles H. Cooley berpengaruh dalam pengembangan teori interaksionisme simbolis dan psikologi sosial di Universitas Chicago, sementara Lester Ward menekankan pentingnya metode ilmiah dengan menerbitkan buku Dynamic Sociology pada tahun 1883.

Kanon: Durkheim, Marx, dan Weber

Vilfredo Pareto

Durkheim, Marx, dan Weber biasanya disebut sebagai tiga arsitek utama ilmu sosial modern. "Kanon klasik" sosiologi Durkheim dan Weber sebagian besar dipengaruhi oleh Talcott Parsons, yang diapresiasi dalam mengenalkan masyarakat Amerika.[17] Buku Parsons yang berjudul Structure of Social Action (1937) mengkonsolidasikan tradisi sosiologi Amerika dan menetapkan agenda sosiologi Amerika pada titik pertumbuhan tercepat pada disiplin tersebut. Namun, dalam kanon Parsons, Vilfredo Pareto memiliki signifikasi lebih besar daripada Marx atau Simmel. Kanonnya dipandu atas minatnya dalam menyatukan tradisi teoretis yang berbeda dalam bidang sosiologi; di balik satu skema teoretis, yang sebenarnya dapat dijustifikasi oleh perkembangan ilmiah, pada disiplin tersebut selama setengah abad sebelumnya.[18] Sementara peran sekunder yang dimainkan Marx dalam sosiologi Amerika awal dapat dikaitkan dengan Parsons,[18] sesuai kecenderungan politik yang lebih luas,[19] dominasi Marxisme dalam pemikiran sosiologi Eropa telah lama menjamin Marx sebagai satu dari tiga deretan sosiolog klasik.[20]

Abad ke 19: dari positivisme ke anti-positivisme

Sosiologi oleh para teoretisi awal dilakukan pendekatan yang sama seperti halnya dalam pendekatan ilmu pengetahuan alam. Penekanan pada empirisme dan metode ilmiah memberikan dasar tak terbantahkan mengenai klaim atas temuan sosiologis, yang memisahkan sosiologi dari bidang yang kurang empiris seperti filsafat. Perspektif ini disebut positivisme; merupakan istilah yang petama kali digunakan oleh Auguste Comte. Positivisme didirikan berdasarkan pandangan bahwa satu-satunya pengetahuan faktual yang benar adalah pengetahuan ilmiah. Comte memiliki pedoman ketat dalam menjelaskan teori yang dapat dinilai sebagai positivistik. Menurutnya, pengetahuan autentik ini hanya dapat diturunkan dari konfirmasi teori positif melalui metode pengujian ketat yang terus menerus, yang tidak hanya berbasis ilmiah tapi juga berbasis kuantitatif.[2] Émile Durkheim adalah pendukung utama penelitian empiris yang didasarkan penelitian ilmiah.[21] Dia mencari korelasi dalam mengungkapkan hukum struktural, atau "fakta sosial". Durkheim membuktikan bahwa konsep yang telah dikaitkan dengan individu sebenarnya ditentukan secara sosial. Misalnya pada kasus-kasus seperti bunuh diri, kasus kriminal, pelampiasan amarah, kepribadian seseorang, waktu, ruang, dan Tuhan. Dia menegaskan bahwa masyarakat memiliki pengaruh signifikan di semua aspek individu; yang jauh lebih berpengaruh dan tidak diketahui sebelumnya.[2] Baginya, sosiologi dapat digambarkan sebagai "institusi ilmu, yang dapat menelusuri asal usul dan fungsi".[22] Durkheim berusaha menerapkan temuan sosiologi dalam upaya reformasi politik dan solidaritas sosial. Kini, catatan ilmiah tentang positivisme Durkheim sangat rentan dilebih-lebihkan dan serba disederhanakan dengan berlebihan. Comte adalah satu-satunya pelopor pemikiran sosiologi yang menyatakan bahwa wilayah sosial dapat dianalisis seperti halnya sains, sedangkan Durkheim mengakui secara rinci keterbatasan pendasaran epistemologisnya.[21][23]

Reaksi terhadap positivisme dimulai oleh filsuf Jerman Georg Wilhelm Friedrich Hegel (1770–1831). Dia menyuarakan perlawanannya terhadap empirisme, sebagai tidak kritis, deterministik, dan terlalu mekanistik.[21] Metodologi Karl Marx meminjam konsep dialektika Hegel; menolak positivisme yang mendukung analisis kritis, dan pencarian kelengkapan ketika pemerolehan fakta empiris dilakukan dengan pengurangan ilusi.[21] Menurutnya kenampakan harus dikritisi dan bukan didokumentasikan. Marx tetap berusaha menghasilkan sebuah ilmu tentang masyarakat yang didasarkan pada determinisme ekonomi dari sejarah materialisme.[21] Filsuf lainnya, termasuk Wilhelm Dilthey (1833-1911) dan Heinrich Rickert (1863-1936) mengemukakan bahwa dunia alamiah berbeda dengan dunia sosial, karena masyarakat memiliki aspek-aspek unik lainnya seperti makna, tanda, dan sebagainya; yang juga menginformasikan tentang budaya manusia.

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Harriss, John (2000), "The Second Great Transformation? Capitalism at the End of the 20th Century", dalam Allen, T.; Alan, Thomas, Poverty and Development in the 21st Century, Oxford: Oxford University Press, hlm. 325 
  2. ^ a b c Collins, Randall (2010). The Discovery of Society. United States: McGraw-Hill. hlm. 343. ISBN 9780070118836. 
  3. ^ J., Macionis, John (2005). Sociology : a global introduction (edisi ke-3rd ed). Harlow: Pearson Prentice Hall. hlm. 12. ISBN 013128746X. OCLC 60511819. 
  4. ^ Barnes, Harry E. (1948). An Introduction to the History of Sociology. Chicago, Illinois: University of Chicago Press. hlm. 5. 
  5. ^ A. H., Halsey (2004). A history of sociology in Britain: science, literature, and society. Oxford, New York: Oxford University Press. hlm. 34. ISBN 0191532886. 
  6. ^ Mitchell, Geoffrey Duncan (1970). A new dictionary of social scciences. Abingdon: Routledge. hlm. 201. ISBN 135153484X. 
  7. ^ "OpenStax CNX". cnx.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-11-15. 
  8. ^ a b S. W., Dr Akhtar (1997). "The Islamic Concept of Knowledge". Al-Tawhid: A Quarterly Journal of Islamic Thought & Culture. 12: 3. 
  9. ^ a b Haque, Amber (2004). "Psychology from Islamic Perspective: Contributions of Early Muslim Scholars and Challenges to Contemporary Muslim Psychologists". Journal of Religion and Health. 43 (4): 357–377 [375]. doi:10.1007/s10943-004-4302-z. 
  10. ^ a b Enan, Muhammed Abdullah (2007). Ibn Khaldun: His Life and Works. The Other Press. hlm. v. ISBN 983-9541-53-6. 
  11. ^ Alatas, S. H. (2006). "The Autonomous, the Universal and the Future of Sociology". Current Sociology. 54: 7–23 [15]. doi:10.1177/0011392106058831. 
  12. ^ a b Gates, Warren E. (1967). "The Spread of Ibn Khaldûn's Ideas on Climate and Culture". Journal of the History of Ideas. 28 (3): 415–422. doi:10.2307/2708627. 
  13. ^ a b H., Mowlana (2001). "Information in the Arab World". Cooperation South Journal: 1. 
  14. ^ "sociology facts, information, pictures | Encyclopedia.com articles about sociology". www.encyclopedia.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-11-15. 
  15. ^ "KU News - KU sociology department honors 30 students at spring awards banquet". www.news.ku.edu (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-12-04. Diakses tanggal 2017-11-15. 
  16. ^ "American Journal of Sociology: Home". www.journals.uchicago.edu (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-11-15. 
  17. ^ Camic, Charles (Aug., 1992). "Reputation and Predecessor Selection: Parsons and the Institutionalists". American Sociological Review. 57 (4): 421–445. 
  18. ^ a b Levine, Donald. (Mar., 1991). "Simmel and Parsons Reconsidered". The American Journal of Sociology. 96 (5): 1097–1116. doi:10.1086/229650. 
  19. ^ Burawoy, Michael (1982). "Introduction: The Resurgence of Marxism in American Sociology". American Journal of Sociology. University of Chicago Press. 88 (Supplement: Marxist Inquiries: Studies of Labor, Class, and States): S1–S30. doi:10.1086/649250. ISSN 1537-5390. JSTOR 3083237. (Perlu mendaftar (help)). 
  20. ^ Morrison, Ken (2006). Marx, Durkheim, Weber. London: Sage. hlm. 1-7. ISBN 0761970568. 
  21. ^ a b c d e Ashley, David.; Orenstein, David Michael. (2005). Sociological theory: Classical statements (6th ed.). Boston, MA, US: Pearson Education. hlm. 94; 94–98, 100–104; 169; 202-203. 
  22. ^ Durkheim [1895], Émile (1964), Catlin, George E. G., ed., The Rules of Sociological Method, 8th edition, trans., diterjemahkan oleh Solovay, Sarah A.; Mueller, John M., Oxford: Oxford University Press, hlm. 45 
  23. ^ Fish, Jonathan S (2005). Defending the Durkheimian Tradition. Religion, Emotion and Morality. Aldershot: Ashgate Publishing. ISBN 1351945769. 

Bacaan lanjut

  • A. H. Halsey, A History of Sociology in Britain: Science, Literature, and Society, Oxford University Press 2004
  • Barbara Laslett (editor), Barrie Thorne (editor), Feminist Sociology: Life Histories of a Movement, Rutgers University Press 1997
  • Craig Calhoun, ed. Sociology in America. The ASA Centennial History. Chicago: University of Chicago Press, 2007.
  • Deegan, Mary Jo, ed. Women in Sociology: A Bio-Bibliographical Sourcebook, New York: Greenwood Press, 1991.
  • Gerhard Lensky. 1982. Human societies: An introduction to macrosociology, McGraw Hill Company.
  • H. Campbell Creighton, M.A. (translator) (1989). Kon, Igor, ed. A History of Classical Sociology. Moscow: Progress Publishers. ISBN 5-01-001102-6. 
  • Levine, Donald N. (1995). Visions of the Sociological Tradition. University Of Chicago Press. ISBN 0-226-47547-6. 
  • Nash, Kate. 2010. Contemporary Political Sociology: Globalization, Politics, and Power. Wiley-Blackwell Publishers.
  • Raymond Boudon A Critical Dictionary of Sociology. Chicago: University of Chicago Press, 1989
  • Samuel William Bloom, The Word as Scalpel: A History of Medical Sociology, Oxford University Press 2002
  • Sorokin, Pitirim. Contemporary Sociological Theories (1928) daring Diarsipkan 2017-03-12 di Wayback Machine. guide to major scholars
  • Sorokin, Pitirim and Carle C Zimmerman. Principles of Rural-Urban Sociology (3 vol 1927) daring
  • Steinmetz, George. 'Neo-Bourdieusian Theory and the Question of Scientific Autonomy: German Sociologists and Empire, 1890s-1940s', Political Power and Social Theory Volume 20 (2009): 71-131.
  • T.N. Madan, Pathways: approaches to the study of society in India. New Delhi: Oxford University Press, 1994
  • Wiggershaus, Rolf (1994). The Frankfurt School : its history, theories and political significance. Polity Press. ISBN 0-7456-0534-6. 
Kembali kehalaman sebelumnya