Sedekah bumiSedekah bumi (bahasa Sunda: Babarit; bahasa Betawi: Sedekah barit) adalah suatu upacara adat yang melambangkan rasa syukur kepada Tuhan yang telah memberikan rezeki melalui bumi berupa segala bentuk hasil bumi.[1][2][3][4][5] Upacara ini sebenarnya sangat populer di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa.[5][6] PelaksanaanTradisi ini dilaksanakan pada hari "nahas tahun" atau pada awal bulan Muharam/Sura. Tempat pelaksanaan acara ini awalnya dilakukan di perempatan jalan, namun sekarang biasanya dilaksanakan di halaman masjid, balai desa, atau tempat terbuka seperti lapangan.[7] Bubur sura dan hasil bumiSesajen yang penting dalam tradisi ini adalah bubur sura dan Hasil bumi untuk dimakan dan dikuburkan. Bubur sura dibuat dari berbagai biji-bijian, yang hanya boleh dimasak dalam kendi kuali dari tanah. Berbagai jenis hasil bumi, mulai dari biji-bijian, umbi-umbian dan sayuran dan buah, akan dikeluarkan pada acara tersebut dan dimakan bersama-sama.[7][8] Kepala binatang ternak yang dikurbankan, biasanya akan dikubur.
Awal mula adanya tradisi Sedekah Bumi yaitu ketika masyarakat mengalami gagal panen yang di sebabkan tanaman di serang hama, kemarau panjang dan hujan deras yang terjadi selama sehari semalam dan penyebab lainnya. Sehingga masyarakat merasa harus melaksanakan tasyakuran dan doa supaya dilancarkan segala proses tanam, dan juga sebagai bentuk rasa syukur atas hasil panen yang di peroleh. Ada juga masyarakat merasa tidak logis terjadinya gagal panen di desa mereka sehingga mereka harus melakukan kegiatan spiritual dengan membuat sesajen dan membakar kemenyan Referensi
|