Saleman, Seram Utara Barat, Maluku Tengah
Saleman adalah negeri di Kecamatan Seram Utara Barat, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. PemerintahanNegeri ini dipimpin oleh seorang raja, dengan Makuituin sebagai matarumah parentah. Sebelumnya, matarumah Makatita juga pernah menjabat sebagai raja di Saleman.[1] DemografiData BPS tahun 2010 menunjukkan Saleman memiliki populasi sebesar 1.666 jiwa.[2] Mata pencaharian utama penduduknya adalah pekebun dan nelayan. Orientasi perekonomian ekstraktif di Saleman dipengaruhi oleh kondisi geografinya yang berada di pesisir dan dikeliling perbukitan yang berhutan lebat.[3] AgamaSaleman merupakan negeri Islam (Salam) dan semua penduduknya beragama Islam.[3] Suku bangsa dan bahasaPenduduk Saleman aslinya berbicara dalam bahasa yang bernama sama. Bahasa ini juga dituturkan di negeri tetangga, Sawai. Ellen (1993) menjelaskan bahwa penduduk Saleman merupakan keturunan suku Nuaulu dan bahasanya termasuk rumpun bahasa Nuaulu, yang juga dituturkan di Wahai dan Hatue.[3] Bahasa Saleman saat ini statusnya terancam punah dan persentase penuturnya dari total penduduk Saleman terus mengalami penurunan. Bahasa ini mulai tergantikan dengan bahasa Melayu Ambon yang merupakan bahasa pemersatu di Maluku bagian tengah. Bahasa Saleman tidak digunakan dalam pengajaran di sekolah, administrasi pemerintahan, atau pelayanan kesehatan, yang semuanya dilakukan dengan menggunakan bahasa Indonesia. Hubungan sosialSaleman terikat pela keras dengan Makariki di pesisir selatan Pulau Seram.[4] Menurut salah satu sumber, negeri ini juga berhubungan pela dengan Kaibobo. Hubungan gandong diikat dengan negeri Leahari dan Soya di Pulau Ambon.[5] Hubungan yang baik tengah dijalin dengan Kailolo (Aman Sahapory) di Pulau Haruku. Kedua negeri sama-sama beragama Islam dan kemungkinan akan menjalin hubungan pela. Apabila hubungan ini diikrarkan, maka pela Saleman dengan Kailolo akan menjadi pela modern antarnegeri Salam yang pertama dewasa ini. Saleman mengundang Kailolo dalam upacara pencucian Gua Lusiala pada tahun 2022. Negeri ini memiliki hubungan yang tidak harmonis dengan negeri tetangga, Horale. Konflik antarkedua negeri diduga berasal dari persengketaan tanah ulayat dan petuanan. Klaim masyarakat Horale, warga Saleman menduduki dan menyerobot tanah mereka secara ilegal, bukan hanya tanah di perbatasan kedua negeri, melainkan tanah-tanah Horale yang berbatasan dengan Wailulu yang letaknya jauh sekali dari Saleman. Sementara itu, Saleman percaya bahwa mereka sebagai negeri tua dan Horale merupakan permukiman baru yang dibangun kemudian di atas tanah petuanan Saleman. Sebagai imbas dari persengketaan ini, Saleman beberapa kali melakukan penyerangan ke negeri induk Horale dan dusun Saka yang masih termasuk bagian dari Horale. Salah satu penyerangan terjadi pada tahun 2008.[6] Referensi
|