Sa'id bin Abdul MalikSa'id bin Abdul Malik bin Marwan (bahasa Arab: سعيد بن عبد الملك بن مروان; meninggal 750) juga dikenal sebagai Saʿīd al-Khair (سعيد الخير, Sa'id yang baik) adalah seorang pangeran dan gubernur pada masa Kekhalifahan Umayyah. Sa'id berperan dalam pembangunan Kubah Shakhrah di Yerusalem pada awal kekuasaan ayahnya, Khalifah Abdul Malik bin Marwan (berkuasa 685–705). Ia juga diangkat menjadi gubernur Mosul untuk jangka waktu yang tidak ditentukan di bawah ayahnya dan bertanggung jawab atas sejumlah pekerjaan pembangunan dan infrastruktur di sana. Sa'id kemudian diberikan properti di sekitar Mosul oleh saudaranya, Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik (berkuasa 705–715), atau sepupunya, Khalifah Umar bin Abdul Aziz (berkuasa 717–720). Properti tersebut ia kembangkan menjadi pertanian dengan kanal. Pada 724 dan 725, ia memimpin ekspedisi militer musim panas melawan Bizantium di Anatolia. Selama pemerintahan keponakannya, Al-Walid bin Yazid, antara Februari 743 hingga April 744, Sa'id menjabat sebagai gubernur Palestina akan tetapi para pemberontak di provinsi tersebut mengusirnya setelah kematian Al-Walid. Sa'id terbunuh dalam pembantaian keluarga Bani Umayyah di dekat Ramlah setelah Abbasiyah melengserkan kekuasaan Bani Umayyah pada tahun 750. Asal-usulSa'id adalah putra khalifah Umayyah Abdul Malik bin Marwan (berkuasa 685–705) dan salah satu budak-selirnya (ummu walad).[1] Ia dijuluki sebagai Sa'id al-Khair,[2] yang berarti Sa'id yang baik. Ia mendapat gelar demikian karena kepribadiannya yang saleh, sifatnya yang menyenangkan, dan amal kebajikannya.[3][4] Sejarawan abad ke-9 Ibnu Jarir ath-Thabari mencatat bahwa ia adalah "orang yang berkarakter baik",[5] sedangkan sejarawan Ahmad al-Baladzuri menyebutkan bahwa ia mempunyai sifat zuhud.[2] Antara tahun 688 dan 692, Sa'id menjadi wakil pengawas dari ayahnya untuk pembangunan Kubah Shakhrah di Yerusalem.[6] Gubernur MosulSa'id diangkat menjadi gubernur Mosul oleh ayahnya,[7] yang telah menaklukkan Irak dari lawan Bani Umayyah, Zubairiyah, pada tahun 691.[8] Orang lain yang menduduki jabatan tersebut pada masa pemerintahan ayahnya adalah pamannya Muhammad bin Marwan dan sepupu ayahnya, Yusuf putra Yahya bin al-Hakam.[7][a] Sa'id bertanggung jawab atas sejumlah pekerjaan pembangunan dan infrastruktur di sana selama masa jabatannya. Sejarawan abad ke-8 Al-Waqidi mengaitkannya dengan pembangunan tembok kota, tetapi kemudian diruntuhkan oleh khalifah Abbasiyah Harun Ar-Rasyid pada tahun 796.[9] Sumber-sumber Muslim abad pertengahan selanjutnya menyebutkan Sa'id membangun masjid, biara, pasar, dan trotoar jalan-jalan di Mosul.[10][11] Al-Baladzuri menegaskan bahwa Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik (berkuasa 705–715) atau Khalifah Umar bin Abdul Aziz (berkuasa 717–720) memberikan properti di provinsi Diyar Mudhar, di sekitar Mosul, kepada Sa'id sebagai iqta (hibah tanah).[2][3] Sa'id memiliki sebuah kanal yang digali melalui tanah miliknya, yang kemudian dinamai Nahr Sa'id menurut namanya.[3][12] Melalui pekerjaan irigasi dan infrastrukturnya, ia mengubah iqta-nya dari rawa yang dipenuhi singa menjadi daerah produktif pertanian.[12] Umar memanggil kembali Sa'id ke Suriah dan menggantinya dengan Yahya bin Yahya al-Ghassani.[13] Ekspedisi melawan BizantiumPada masa kekhalifahan Yazid bin Abdul Malik (berkuasa 720–724) dan Hisyam bin Abdul Malik (berkuasa 724–743), Sa'id memimpin sejumlah ekspedisi militer musim panas melawan Bizantium di Anatolia.[3] Ia memimpin sayap kiri pasukan Umayyah selama ekspedisi musim panas tahun 724, tetapi pasukannya mengalami kerugian besar.[14] Yazid disebutkan telah menganggap Sa'id sebagai penerus terpilihnya yang cocok sebagai khalifah dan tampaknya Yazid mendorong Sa'id untuk menerima keinginannya.[3] Pada tahun 725, Sa'id kembali memimpin ekspedisi musim panas melawan Bizantium.[13] Gubernur PalestinaSelama kekhalifahan Al-Walid bin Yazid yang relatif singkat (berkuasa 743–744), Sa'id diangkat menjadi gubernur Palestina.[3] Selama menjabat, dia telah mengatur provinsi dengan baik.[15] Menurut ath-Thabari, ketika Al-Walid terbunuh pada tahun 744, suku-suku Arab di Palestina yang dipimpin oleh Sa'id bin Rauh, seorang kepala suku Bani Judzam dan putra Rauh bin Zinba', memilih pemimpin lokal mereka yang juga berasal dari Bani Umayyah, Yazid bin Sulaiman bin Abdul Malik, menjadi gubernur mereka.[5] Oleh karena itu, mereka menuntut agar Sa'id mengosongkan jabatan gubernur yang saat itu sedang berkemah di Bersyeba atau di sekitar Bayt Jibrin.[5][13] Sa'id pada akhirnya memilih untuk mencari keselamatan di Damaskus dengan keponakannya yang merupakan penerus Al-Walid, Yazid bin Al-Walid, putra Al-Walid bin Abdul Malik. Yazid kemudian mengirim pasukan melawan pemberontak di Palestina.[5] Masa jabatan Sa'id berlangsung selama empat belas bulan, antara Februari 743 dan April 744.[16] Sebuah penggalian yang dilakukan oleh tim arkeologi Israel di Beit She'an (Baysan) pada tahun 1990, ditemukan pecahan perunggu yang dibuat atas perintah Sa'id.[17] Bobotnya kemungkinan besar diproduksi di Ramlah atau Yerusalem.[16] Selain bertuliskan syahadat, bagian berat langka yang tersisa memiliki tulisan dalam bahasa Arab Kufi yang berbunyi: "Diperintahkan oleh Amir Sa'id bin Abdul Malik di tangan ...".[4] KematianBersama pangeran lain keturunan Abdul Malik, termasuk saudara laki-laki Sa'id, Bakkar dan Muhammad, Sa'id berbaiat kepada Khalifah Marwan bin Muhammad (berkuasa 744–750), keponakan Abdul Malik, di Dayr Ayyub pada tahun 744.[18] Sa'id terbunuh bersama puluhan anggota keluarga Bani Umayyah lainnya dalam pembantaian oleh Abbasiyah di Sungai Abu Futrus (Nahr Abi Futrus) dekat Ramlah setelah Abbasiyah melengserkan kekuasaan Bani Umayyah pada tahun 750.[3] KeturunanSa'id disebutkan memiliki dua istri dan mereka bernama:
Anak-anak Sa'id:
Setelah Abbasiyah menguasai Suriah, cucu Sa'id, Al-Ashbagh, Hisyam, dan Al-Walid putra Muhammad bin Sa'id, mempertahankan diri mereka dengan Bani Umayyah lainnya di Al-Andalus, dengan pangeran Umayyah Abdurrahman ad-Dakhil mendirikan Keamiran Kordoba. Al-Ashbagh menikah dengan saudara perempuan Abdurrahman dan keturunan mereka menduduki jabatan tinggi sebagai qadi (hakim) dan komandan. Keluarga Hisyam tinggal di Sevilla. Keluarga Al-Walid, Bani Aisyah, juga memegang jabatan tinggi di Keamiran Kordoba.[22] Catatan
Referensi
Daftar pustaka
|