Sōmen

Seikat sōmen
Sōmen yang dihidangkan dingin

Sōmen (素麺, そうめん) adalah mi Jepang yang halus dan tipis, dan selalu dijual dalam bentuk kering. Sōmen dibuat dari tepung terigu dicampur air, garam dapur, dan minyak goreng. Sōmen biasanya dihidangkan sebagai makanan penyejuk di musim panas.

Sōmen terdiri dari dua jenis berdasarkan cara pembuatannya, somen buatan tangan dan somen buatan mesin. Adonan mi direntangkan dengan tangan helai demi helai untuk menghasilkan sōmen buatan tangan. Sementara itu, mesin pemotong digunakan untuk memotong adonan mi menjadi sōmen buatan mesin. Kota Sakurai di Prefektur Nara disebut-sebut sebagai tempat asal sōmen.

Menurut Standar Pelabelan Kualitas dan Jenis Mi Kering yang dikeluarkan Standar Pertanian Jepang (JAS), sōmen buatan tangan atau buatan mesin harus berdiameter di bawah 1,3 mm. Mi berdiameter di atas 1,7 mm disebut udon, sedangkan mi yang berukuran 1,3 mm ke atas hingga di bawah 1,7 mm disebut hiyamugi.[1]

Teknik pembuatan

Adonan sōmen dibuat dari tepung terigu yang diulen bersama air garam. Adonan dibentuk menjadi seutas mi tebal yang tidak terputus. Mi direntangkan beberapa kali untuk membentuk seutas mi yang semakin lama semakin langsing. Sebelum direntangkan, mi diberi sedikit minyak goreng seperti minyak kapas, serta dibedaki dengan tepung terigu atau tepung jenis lain. Mi direntangkan dengan cara dililitkan ke dua batang tongkat kayu dan ditarik. Begitu seterusnya hingga dihasilkan berlembar-lembar mi di antara kedua batang tongkat. Setelah selesai, mi digantung dan ditarik untuk mendapatkan diameter mi sesuai standar. Dalam keadaan tergantung dan terentangkan seperti tirai, mi "dimatangkan" (dikeringkan) di tengah udara terbuka musim dingin yang kering.

Setelah jadi, sōmen kering sangat tahan lama disimpan dan sulit berjamur dibandingkan mi jenis lain. Sebagian orang berpendapat bahwa rasa sōmen yang sudah lama disimpan menjadi semakin enak karena kadar kadar minyak yang dikandung sudah menurun. Sebaliknya, sebagian orang tidak menyukai sōmen yang telah lama disimpan karena kandungan minyak sudah teroksidasi.

Cara menghidangkan

Sōmen mengalir (nagashi sōmen)

Setelah direbus hingga empuk, sōmen didinginkan dengan cara dicuci dengan air es atau air mengalir. Proses pencucian juga menghilangkan sisa-sisa tepung pada permukaan sōmen. Air untuk tidak merebus sōmen tidak diberi garam, dan kadar garam yang dikandung sōmen menjadi berkurang setelah direbus.

Sōmen yang sudah direbus biasanya didinginkan lebih dulu sebelum dihidangkan di dalam mangkuk. Sebelum dimakan, sōmen dicelup dulu ke dalam saus encer (mentsuyu) yang rasanya asin sedikit manis. Bahan untuk saus encer tersebut adalah campuran dashi, kecap asin, dan gula pasir. Sebagai bahan penyedap biasanya ditambahkan irisan halus daun bawang atau myoga, parutan jahe, dan wijen. Di musim panas, sōmen dihidangkan bersama es batu agar tetap dingin sebelum dimakan.

Berbagai variasi hidangan sōmen:

  • Sōmen kuah (nyūmen)
Setelah direbus, sōmen tidak didinginkan, melainkan langsung disajikan panas-panas, atau dimasak bersama bahan-bahan lain seperti halnya mi rebus, misoa, atau udon. Di beberapa daerah di Jepang, sōmen kuah merupakan hidangan musim dingin. Istilah "nyūmen" kemungkinkan berasal dari kata "nimen" (煮麺, mi rebus).
  • Sōmen goreng (sōmin tashā atau sōmin chanpurū) asal Okinawa
Setelah direbus setengah empuk, sōmen dimasak seperti halnya mi goreng atau yakiudon.
  • Sōmen mengalir (nagashi sōmen)
Nagashi sōmen merupakan hidangan musim panas. Setelah direbus dan didinginkan, sōmen dihidangkan dengan cara dihanyutkan bersama aliran air. Batang bambu dibelah dua dan disambung-sambung seperti saluran air. Pangkal batang bambu diletakkan di tempat yang lebih tinggi agar air bisa mengalir. Orang yang ingin memakannya bersiap-siap di sisi aliran air dengan membawa sumpit. Sōmen yang sedang hanyut ditangkap dengan sumpit, dan dicelup ke dalam mangkuk kecil berisi saus encer sebelum dimakan.

Sejarah

Sōmen adalah hidangan mi musim panas yang menyegarkan di Jepang

Menurut cerita yang diketahui secara luas di Jepang, asal usul sōmen adalah salah satu jenis kue dari Dinasti Tang mulai dikenal sejak zaman Nara. Kue tersebut ditulis dalam aksara hanzi 索餅, dan dibaca orang Jepang sebagai sakubei. Kue yang sama juga dikenal sebagai muginawa (麦縄, tambang terigu) karena bentuknya seperti tambang yang dipilin.[2] Catatan mengenai sakubei ditemukan pada mokkan (papan kayu bertulis) dari situs penggalian bekas kediaman politisi zaman Nara bernama Nagaya.[2] Adonan dibuat dari campuran tepung ketan dan tepung terigu. Setelah digoreng dengan minyak goreng, kue tersebut mirip dengan cakwe.

Dalam literatur klasik Engishiki dari pertengahan zaman Heian ditulis bahan, takaran, dan alat untuk membuat sakubei. Dalam resep tersebut digunakan campuran tepung terigu, tepung beras, dan garam. Bentuknya tidak dijelaskan, tapi diperkirakan lebih besar dari somen dan udon yang ada sekarang.[2] Orang memakan sakubei dengan cara disobek-sobek dengan tangan.

Pada zaman Heian terdapat kepercayaan di kalangan penghuni istana kaisar bahwa memakan sakubei sakubei pada hari Tanabata bisa menghindarikan diri dari malaria. Kepercayaan tersebut konon berasal dari Tiongkok. Istilah "sōmen" pertama kali muncul dalam kitab Gion Shikkō Nikki (Catatan Harian Kegiatan Kuil Gion) dari zaman Istana Utara-Istana Selatan. Dalam catatan peristiwa tanggal 7 bulan 7 tahun 1343 disebut tentang tiga jenis mi, yakni sakubei, sakumen, dan sōmen.[3] Istilah "sakubei", "sakumen", dan "sōmen" digunakan orang zaman Muromachi untuk menyebut mi yang sama. Di antara ketiganya, sōmen menjadi istilah yang paling populer dan digunakan hingga sekarang.

Produsen

Sebagian besar produsen yang menghasilkan sōmen merek terkenal berada di Jepang sebelah barat. Merek sōmen tertua di Jepang adalah Miwa Sōmen asal kota Sakurai, Prefektur Nara. Produsen sōmen merek Ibonoito berada di kota Tatsuno, Prefektur Hyogo. Bahan baku yang digunakan adalah tepung terigu asal kawasan Harima, dan garam dari Akō.

Shōdoshima di Prefektur Kagawa terkenal dengan somen memakai minyak wijen sebagai bahan campuran sōmen. Shima no Hikari dan Setō no Kaze adalah dua merek terkenal asal Shōdoshima. Prefektur Saga dikenal dengan merek Kanzaki Sōmen, sedangkan Prefektur Nagasaki dikenal dengan sōmen merek Shimabara Sōmen.

Referensi

  1. ^ "Kanmenrui hinshitsu hyōji kijun" (PDF). Kementerian Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Jepang. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2010-10-08. Diakses tanggal 2008-01-12. 
  2. ^ a b c "Menrui zatsugaku jiten: dai 4-kai, sōmen (bagian 1)". Nihon Menruigyū Dantai Rengo-kai. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-09-29. Diakses tanggal 2008-01-12. 
  3. ^ "Menrui zatsugaku jiten: dai 4-kai, sōmen (bagian 2)". Nihon Menruigyū Dantai Rengo-kai. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-04. Diakses tanggal 2008-01-12. 

Lihat pula

Pranala luar

Kembali kehalaman sebelumnya