RubrikRubrik adalah huruf, kata, kalimat, atau bagian dari teks yang menurut tradisi ditulis atau dicetak dengan menggunakan tinta merah agar tampak mencolok. Kata "rubrik"[1][2] berasal dari kata "rubrica" dalam bahasa Latin, yang berarti merah lempung atau merah kapur. Istilah ini mula-mula muncul di bidang usaha pembuatan naskah-naskah beriluminasi pada abad ke-13 maupun sebelumnya. Dalam naskah-naskah ini, warna merah digunakan untuk menuliskan huruf-huruf besar pada awal kalimat (khususnya ayat-ayat Mazmur), judul-judul bab, dan nama-nama yang dianggap penting dalam agama Kristen, dengan maksud untuk membuatnya tampak mencolok. Praktik semacam ini disebut rubrikasi, yang merupakan salah satu tahap tersendiri dalam proses pembuatan naskah. Rubrik dapat pula berarti tinta, cat, atau zat pewarna merah yang digunakan dalam rubrikasi.[3] Meskipun merah adalah warna yang paling sering digunakan, warna-warna lain juga mulai digunakan untuk menonjolkan bagian-bagian tertentu dari isi naskah semenjak penghujung Abad Pertengahan. Bagian-bagian dari isi naskah yang ditonjolkan dengan warna-warna lain ini juga disebut rubrik. Kata "rubrik" juga mengandung berbagai makna kiasan yang diturunkan dari makna aslinya. Makna-makna semacam ini lazimnya digunakan dalam frasa "menurut rubrik [...]," misalnya "menurut rubrik ini, [X benar]," atau "[X telah dilaksanakan] menurut rubrik Y." Sebagian dari makna-makna kiasan ini dijabarkan dalam definisi rubrik menurut Merriam-Webster's Collegiate[4] sebagai berikut: "aturan otoritatif"; "judul statuta"; "sesuatu yang dijadikan dasar untuk menggolongkan sesuatu: KATEGORI"; "penjelasan atau ulasan pengantar: KETERANGAN"; "aturan yang ditetapkan, tradisi, atau kelaziman"; "daftar kriteria khusus yang digunakan sebagai pedoman dalam pemberian angka atau penilaian [tugas-tugas] akademik" (selengkapnya lihat Merriam-Webster's Collegiate).[4] Rubrik sebagai petunjuk pelaksanaan liturgiPetunjuk-petunjuk mengenai apa saja yang harus dilakukan oleh seorang imam dalam liturgi juga dirubrikasi (dimerahkan) dalam buku-buku Misa dan buku-buku liturgi lainnya, sementara teks-teks yang harus dibaca dengan suara lantang tertulis atau tercetak dengan tinta hitam.[5] Rubrik buku-buku ibadat ini merupakan cikal bakal dari denotasi sekunder kata "rubrik" sebagai petunjuk dalam teks, seperti apa pun cara penulisannya. Inilah definisi tertulis yang paling tua dari kata "rubrik" dalam bahasa Inggris, ditulis pada 1375.[6] Secara tidak resmi, kata "rubrik" juga digunakan sebagai sebutan bagi tindakan dalam peribadatan yang sudah menjadi kebiasaan, baik yang sesuai maupun yang tidak sesuai dengan petunjuk tertulis. Sejarah, status, dan kewibawaan dari isi rubrik memiliki arti penting, dan adakalanya kontoversial, di kalangan pengkaji liturgi. Pada masa lampau, sejumlah teolog membedakan rubrik-rubrik yang mereka anggap sebagai petunjuk Tuhan dari rubrik-rubrik yang mereka anggap sebagai buatan manusia belaka. Kemungkinan besar rubrik-rubrik pada mulanya merupakan petunjuk-petunjuk lisan, dan kemudian dibukukan menjadi jilid-jilid tersendiri. Buku-buku liturgi tertua yang sintas sampai sekarang tidak memuat rubrik, namun dari rujukan-rujukan dalam teks-teks buatan milenium pertama tampak bahwa petunjuk-petunjuk peribadatan yang tertulis memang pernah ada kala itu.[7] Rubrik-rubrik lengkap mengenai perlengkapan ibadat, tampilan altar, penetapan waktu pelaksanaan ibadat-ibadat tertentu, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan liturgi mungkin masih dibukukan secara terpisah. Dalam buku-buku liturgi modern, misalnya Buku Misa Romawi Katolik, rubrik-rubrik umum yang panjang-panjang, kemungkinan besar dicetak dengan tinta hitam, menampung aturan-aturan semacam itu dan ditempatkan mendahului urut-urutan pelaksanaan liturgi yang berisi rubrik-rubrik khusus yang pendek-pendek dan yang lazimnya masih tetap dirubrikasi. Warna merah juga kerap digunakan untuk membedakan kata-kata yang harus diucapkan oleh pemimpin ibadat dari kata-kata yang harus diucapkan oleh peserta ibadat atau pihak-pihak tertentu yang terlibat dalam ibadat, misalnya kedua mempelai dalam upacara pernikahan. Rubrik sesudah penemuan mesin cetakSetelah penemuan mesin cetak, efek-efek tipografi lain seperti cetak miring, cetak tebal, dan cetak beda ukuran, digunakan untuk menonjolkan suatu bagian dari teks, dan karena karya cetak dalam dua warna memakan biaya dan waktu yang lebih besar, maka rubrikasi cenderung dikhususkan bagi Kitab Suci, buku-buku peribadatan, atau edisi mewah dari buku-buku jenis lain. Tipografi bergaya Abad Pertengahan yang dibuat William Morris untuk Kelmscott Press pada penghujung abad ke-19 meliputi judul-judul bab dan bagian-bagian menonjol lainnya yang dicetak dengan tinta merah, atau sesekali dengan tinta biru. Tipografi ala William Morris ini berpengaruh besar terhadap karya-karya seni tipografi dari penerbit-penerbit kecil yang dikait-kaitkan dengan gerakan seni dan kriya, baik di Inggris maupun di Amerika Serikat, khususnya yang dihasilkan oleh Ashendene Press, Doves Press, dan penerbit Roycroft.[8][9] Pada ca. 1900, rubrikasi digunakan dalam cetakan Alkitab versi Raja James untuk menonjolkan "Sabda Tuhan," yakni ucapan-ucapan Yesus Kristus semasa hidupnya di dunia, karena terjemahan Alkitab versi Raja James tidak menggunakan tanda kutip. Semenjak saat itu, versi-versi Alkitab lainnya juga mulai menggunakan teknik yang sama. Lihat pulaRujukan
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Rubrik.
|