Rencana aneksasi Rusia terhadap Transnistria

Kelompok separatis Transnistria meminta pertolongan dan perlindungan secara terbuka kepada Presiden Rusia Vladimir Putin. Dalam rapat khusus Kongres Transnistria, para politikus meminta Moskow melindungi wilayah itu dari "tekanan pemerintah Moldova yang terus meningkat". Rusia pun menyambut permintaan Transnistria dengan baik. Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menuturkan "melindungi rekan senegara" adalah prioritas Moskow.

Latar belakang

Transnistria merupakan wilayah Moldova yang terletak di antara Sungai Dniester dan perbatasan Ukraina. Transnistria secara sepihak mendeklarasikan untuk memisahkan diri dari Moldova saat Uni Soviet pecah pada 1990. Saat Uni Soviet masih berjaya, Transnistria sempat menjadi bagian otonom Ukraina, dan wilayah tetangga Bessarabia. Sehingga sebagian besar penduduk di wilayah ini menggunakan bahasa Rusia.

Pada 1992, Transnistria sempat berperang dengan Moldova yang menewaskan 1.500 jiwa. Perang berakhir dengan kesepakatan gencatan senjata. Meski begitu, pemisahan Transnistria tidak diakui oleh komunitas internasional sehingga saat ini masih berstatus bagian dari wilayah Moldova. Wilayah ini pun kerap disebut sebagai "negara yang tak diakui oleh dunia".

Transnistria dikuasai oleh kelompok separatis pro-Rusia dan telah lama menerima bantuan dan dukungan ekonomi, politik, hingga militer dari Rusia. Rusia juga menempatkan sekitar 1.500 tentaranya di Transnistria.

Usulan

Transnistria pernah mendeklarasikan referendum kemerdekaan pada September 2006, namun tetap tidak diakui Moldova dan komunitas internasional. Meski begitu, Transnistria tetap tidak menyerah untuk memisahkan diri dari Moldova hingga beberapa kali menggaungkan keinginan untuk bergabung dengan Rusia. Dalam referendum 2006 tersebut, wilayah dengan total populasi 465 ribu penduduk ini menuntut hak kemerdekaan dari Moldova dan mendukung persatuan dengan Rusia.

Presiden Transnistria Vadim Kranoselsky yang telah berkuasa sejak 2016 juga terus menggaungkan prioritasnya mendukung wilayah tersebut bergabung dengan Rusia. Kranoselsky sering kali menyerukan keinginan Transnistria bergabung dengan Rusia dalam beberapa forum resmi.

Meski tidak diakui sebagai sebuah negara oleh dunia, Transnistria secara de facto merupakan republik presidensial yang memiliki pemerintah, parlemen, militer, polisi, hingga mata uang sendiri. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga masih menganggap Transnistria sebagai bagian dari Moldova. Hanya tiga negara, yakni Abkhazia, Republik Artsakh dan Ossetia Selatan, yang mengakui Transnistria sebagai negara merdeka. Namun, ketiga negara tersebut juga masih diakui secara terbatas oleh dunia.[1]

Referensi

Kembali kehalaman sebelumnya