Reinaldo Freitas Belo
Reinaldo Correia Freitas Belo, lebih dikenal dengan nama Kilik Wae Ga’e (Kilik Wae Gae) (meninggal 1984) adalah komandan Falintil yang berperang melawan Indonesia. Dia adalah anggota sayap Marxis-Leninis Fretilin.[1] KehidupanPada awal tahun 1976, Belo menjadi komandan Falintil di wilayah Baucau. Kemudian dia menjadi salah satu komandan di markas perlawanan di Matebian. Ketidaksepakatan antara dia dan Komandan Sera Key melemahkan pertahanan. Setelah pangkalan itu dihancurkan pada tahun 1978, ia dan Xanana Gusmão berperang melawan Indonesia di wilayah Lautém.[1] Pada tahun 1979, Belo adalah salah satu dari lima komandan militer yang tersisa yang bertemu dengan Gusmão dan empat pemimpin politik lainnya di Titilari untuk mereformasi perlawanan.[2] Dari tanggal 1 Maret sampai 8 Maret 1981 pertemuan FRETILIN berlangsung di Gunung Aitana (sub-distrik Lacluta).[3] Xanana Gusmão terpilih sebagai panglima baru FALINTIL.[4] Gusmão menjadi komandan baru FALINTIL. Belo diterima sebagai Kepala Staf dan Komite Sentral FRETILIN (CCF).[5][6] Pada tahun 1984 Belo diadili bersama wakilnya Mauk Moruk, bawahannya Oligari Asswain dan seorang komandan FALINTIL lainnya melawan Xanana Gusmão. Gusmão dituduh melakukan makar karena dia ingin secara politik mempersatukan berbagai kekuatan Timor Leste melawan Indonesia. Gusmão menuding kelompok tersebut kurang memiliki rasa tanggung jawab dan kesalahan militer karena kesewenang-wenangan. Pada pertemuan reorganisasi FALINTIL di Liaruca yang dipanggil oleh Gusmão pada bulan September 1984, komandan pemberontak tidak muncul. Sebaliknya, mereka mencoba Same untuk memenangkan komandan lainnya. Pada tanggal 4 September, restrukturisasi radikal dari struktur komando militer diputuskan di Liaruca. Belo dan Mauk Moruk, bersama dengan tiga pria lainnya, dikeluarkan dari Komite Sentral karena kerusuhan. Selain komandan, Gusmão sekarang juga menjadi kepala staf FALINTIL. Belo lolos dari penangkapan tetapi kemudian menembak dirinya sendiri, menurut Gusmão. Ia kemudian menuding Belo memiliki masalah kesehatan mental. Komandan FALINTIL lainnya menyatakan bahwa Belo terbunuh dalam bentrokan dengan Indonesia. Gusmão menggunakan tindakan keras terhadap percobaan kudeta untuk membuang ideologi Marxis FRETILIN ke dalam perlawanan.[7][8] Bermacam-macamBelo menikah dengan pejuang kemerdekaan dan kemudian politisi Ilda Maria da Conceição pada 1977.[9] Pada tahun 2006, Belo adalah anumerta yang Ordem Falintil diberikan[10] dan pada 20 Mei 2019 dari Presiden Francisco Guterres dari Ordem de Timor-Leste (Collar).[5] Referensi
|