Razali Ismail
Tan Sri Razali Ismail (lahir 14 April 1939) adalah seorang diplomat Malaysia. Ia pernah menjabat sebagai Ketua Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB), serta Presiden Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (MU PBB) dari tahun 1996 sampai 1997.[1] RiwayatKehidupanRazali Ismail lahir di Alor Setar, Kedah, Malaysia pada 14 April 1939. Dalam pernikahannya, ia telah dikaruniai tiga orang anak. Seperti Yusof Ishak dan Aziz Ishak, Razali juga merupakan keturunan dari Datuk Jannaton, seorang bangsawan Pagaruyung yang membuka (meneroka) pemukiman awal masyarakat perantau Minang di Pulau Pinang, Semenanjung Malaya pada abad ke-17.[2] PendidikanRazali Ismail meraih gelar Bachelor of Arts dalam sastra dan humaniora dari Universitas Malaya dan Doktor Kehormatan (Honoris Causa) dari Universitas Kebangsaan Malaysia. KarierRazali Ismail pertama kali bergabung dengan Kementerian Luar Negeri Malaysia pada tahun 1962, lalu kemudian menjabat sebagai Asisten Komisaris Tinggi Malaysia di Madras, India, dari tahun 1963-1964. Kemudian kariernya berlanjut dengan menjadi Sekretaris Kedua Kedutaan Besar Malaysia di Paris, Prancis, pada tahun 1966-1968, selanjutnya menjadi Counsellor di Komisi Tinggi Malaysia di London, Inggris, dari tahun 1970 sampai tahun 1972 dan Chargé d'affaires di Vientiane, Laos, sejak tahun 1974 sampai 1976. Ia kemudian dipercaya sebagai Duta Besar Malaysia di Polandia dari tahun 1978-1982 dan di India antara tahun 1982-1985. Setelah itu ia menjabat sebagai Wakil Sekretaris Jenderal Menteri Luar Negeri sejak tahun 1985 Setelah masa jabatannya sebagai Deputi Sekretaris Jenderal Menteri Luar Negeri Malaysia, ia menjadi semakin terlibat dengan PBB. Pada tahun 1989 dan 1990 ia memimpin delegasi Malaysia untuk PBB. Pada saat yang sama, dia adalah ketua Dewan Keamanan PBB. Dari tahun 1996 sampai 1997, ia pun dipercaya menjabat sebagai Presiden Majelis Umum PBB. Hingga tahun 2005, ia ditugaskan sebagai utusan khusus Sekretaris Jenderal PBB ke Myanmar dan memainkan peran penting dalam membebaskan Aung San Suu Kyi dari tahanan rumah pada bulan Mei 2002. Namun, imparsialitas sebagai Utusan Khusus PBB dipertanyakan oleh para pejabat Amerika Serikat di kabel kedutaan yang dirilis melalui Wikileaks, yang menyatakan adanya hubungan bisnis dengan rezim militer Myanmar. Namun kemudian, junta militer Myanmar berulang kali membantahnya. Kejadian tersebut berakibat pada keputusannya untuk berhenti sebagai utusan khusus pada bulan Desember 2005.[3][4] Di luar dunia diplomasi, Razali juga aktif sebagai Adjunct Professor of International Studies di Michigan State University dari tahun 1993-1995. Ia juga adalah anggota dari Dewan Penasehat Internasional Trust, Malaysia, aktif di Institut Lingkungan dan Pembangunan, Universitas Nasional Malaysia, dan anggota Dewan Penasihat dari Wetlands International Asia-Pasifik, Malaysia. Penghargaan
Referensi
Pranala luar
|