Rahmat Shigeru Ono
Mayor (Purn) H. Rahmat Shigeru Ono (26 September 1918 – 25 Agustus 2014) adalah seorang tentara Jepang yang membelot dan memihak Indonesia. Saat Jepang kalah oleh Sekutu, Rahmat Shigeru Ono menjadi salah satu orang dari sepasukan yang menolak pulang ke Jepang dan memilih bergabung dengan rakyat Indonesia untuk merebut kemerdekaan, mereka dikenal sebagai komando elit Pasukan Gerilya Istimewa (PGI) yang berada di bawah Pasukan Untung Surapati. Sebelum tangan kirinya putus akibat letusan pelontar granat, Ono dikenal ahli menggunakan Katana. Pernah hanya dengan menggunakan Katana, Ono dan seorang prajurit lainnya mampu membantai 20-an pasukan Belanda yang akan menyergap mereka. Pasukan ini menyerang pos Belanda di Pajaran, Malang dan melatih pasukan TNI di kaki Gunung Semeru.[1] Setelah pengakuan kedaulatan, Juli 1950, Ono menikah dengan Darkasih. Anak pertama mereka lahir pada 24 Juni 1951 dan diberi nama Tutik. Namun, saat 1952 ketika Ono dipanggil Konjen Jepang di Surabaya, ia berhasil tersambung kembali dengan ibunya. Padahal sebelumnya, setelah memutuskan bergabung dengan Indonesia, Ono sempat mengirim surat mengatakan ia telah tewas. Oleh sang ibu, ia diminta mengganti nama anaknya menjadi Atsuko. Pada tahun yang sama, Ono mendapatkan warga negara Indonesia. Sayangnya, sang istri meninggal karena kanker pada 1982. Kisah hidupnya dikisahkan dalam sebuah buku berjudul Mereka yang Terlupakan: Memoar Rahmat Shigeru Ono, Bekas Tentara Jepang yang Memihak Republik karya Eiichi Hayashi. Ia memiliki 4 anak, 10 cucu, 6 cicit.[2] Referensi |