Ragil Suwarna PragolapatiRagil Suwarna Pragolapati (lahir di Pati, 22 Januari 1948 - menghilang di Parangtritis, Yogyakarta, pada 15 Oktober 1990) adalah seorang sastrawan.[1] Selain dikenal sebagai seorang sastrawan ia dikenal sebagai dokumentator sastra yang gigih, tekun, dan berdedikasi. Ragil Suwarna Pragolapati, terlahir dengan nama Warna, nama khas Jawa, namun karena sejak SD hingga SMA berprestasi, sehingga mendapakan tambahan nama-nama dari guru-gurunya. Lulus SMA 1 PATI, Ragil Suwarna Pragolapati menjadi lulusan terbaik di kabupaten, sehingga setelah lulus SMA di Pati, hijrah ke Yogyakarta karena mendapatkan fasilitas diterima di Universitas Gadjah Mada melalui jalur prestasi, kemudian dipilihlah studi di Fakultas Ekonomi (1967-1971) dan Fakultas Sastra (1972) di (Universitas Gajah Mada) namun, keduanya tidak selesai karena terjadi pergolakan mahasiswa.[1] Membangun budaya Yogya lewat jalur seni, bersama Umbu Landu Parangggi, Imam Budhi Santosa, dan Teguh Ranusastra Asmara dan yang lainnya, mendirikan Persada Studi Klub (PSK) pada tanggal 5 Maret 1969.[1] Di Persada Studi Klub bersama teman lainnya Teguh Ranusastra Asmara, Iman Budhi Santosa, juga generasi selanjutnya Linus Suryadi AG, Korrie Layun Rampan, dan Emha Ainun Najib (Cak Nun). Dalam eksistensi senin budaya, Ragil Suwarna Pragolapati juga mendorong potensi Ebit G. Ade hingga kepindahannya menuju Jakarta menjadi musisi. Membekali sebuah biola yang dibawa Ebit G Ade harapannya untuk mewarnai kolaborasi jagad sastra dan musikalisasi puisi. Selepas vakumnya Persada Studi Klub, Ragil Suwarna Pragolapat mendirikan Sanggar Yoga Sastra (SYS) yang akhirnya menjadi markas para penulis baru, mahasiswa dan dosen yang tertarik dengan budaya, sastra dan spiritual. SYS telah mendidik banyak penulis, wartawan, penyair, Selain berkegiatan dalam dunia Sastra, juga menjadi pengajar lepas di:
Karya buku yang cukup dikenal dan menjadi sumber referensi adalah Cut Nya Dien: Roman Singa Lam Nga yang akhirnya menjadi buku koleksi perpustakaan sekolah di seluruh Provinsi di Indonesia. Ia pernah ditahan (tanpa proses pengadilan) pada awal Orde Baru karena melakukan demonstrasi. Ia pernah menjadi redaktur majalah remaja Semangat dan Ketua Sindikat Pengarang Yogyakarta.[1] Ketika dia meninggalkan, ia meninggalkan ribuan puisi, sejumlah novel, kumpulan cerita pendek, esai, cerita anak-anak, dan karya dalam bahasa Jawa. Bahkan tulisannya banyak dimuat dalam surat kabar, seperti: Horison, Basis, Kedaulatan Rakyat, Eksponen, Minggu Pagi, Pelopor Yogya, Kawanku, Aktuil, Semangat, dan lain-lain.[1] Karyanya yang sudah dibukukan adalah: Antologi Alit, Tiga Bayangan, Bulaksumur Malioboro, Empat Penyair Yogya, Antologi Free, Titising Kedurakan, Keglandhang Wirang, Melawan Hantu, Kuda Garang di Bumi Gersang, Penyair Tiga Generasi, Jalan Berlumpur, Sidharta Gautama, Suaka Diri.[1] Seumur hidupnya setidaknya 60 karya telah diciptakan. Ragil Suwarna Pragolapati pernah mendapatkan penghargaan atas karyanya dari Menteri Keuangan Radius Prawiro, juga menerima penghargaan seni dari Pemerintah Daerah Provinsi Yogyakarta, melalui Gubernur Sri Sultan Hamengkuwono X. Ragil Suwarna Pragolapati meninggalkan 2 anak dan 1 istri. Istri Menik Sugiyah Kartamulya, anak pertama laki Ipan Pranashakti Khudi Iswara, anak kedua perempuan Ririen Pranabuwani Khudi Iswari, keduanya sudah berhasil melanjutkan studi di Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Referensi
|