Radang telinga tengah

Radang telinga tengah
Informasi umum
SpesialisasiOtolaringologi, audiologi Sunting ini di Wikidata

Radang telinga tengah (bahasa Latin: otitis media) adalah peradangan telinga bagian tengah yang biasanya disebabkan oleh penjalaran infeksi dari tenggorok (faringitis) dan sering terjadi pada anak-anak. Pada semua jenis otitis media juga dikeluhkan adanya gangguan dengar (tuli) konduktif.

Dari perjalanan klinisnya, radang telinga tengah dibedakan atas akut (mendadak) dan kronis (berproses dalam jangka panjang/lama).

Tindakan yang mengurangi terjadinya otitis media adalah pemberian vaksin pneumococcus dan vaksin influenza, pemberian ASI ekslusif selama 12 bulan pertama setelah kelahiran, dan menghindari merokok. Pemberian antibiotik secara efusi pada umumnya tidak mempercepat pemulihan otitis media.[1][2] Penggunaan obat pereda sakit (analgesic) sangat penting untuk penanganan otitis media akut (OMA). Obat tersebut adalah paracetamol (acetaminophen), ibuprofen, obat tetes telinga benzocaine, atau golongan opiat (jika sakit sekali). antibiotik untuk OMA dapat mempercepat penyembuhan, tetapi dapat terjadi adanya efek samping (side effects).[3] Antibiotik sering kali direkomendasikan pada penderita yang parah dan anak-anak di bawah usia 2 tahun. Pada penderita yang lebih ringan, maka pemberian antibiotik dilakukan setelah 2 atau 3 hari tanpa adanya perbaikan kondisi penderita.[1] Antibiotik awal yang dipilih adalah amoxicillin. Pada penderita yang sering terinfeksi, maka penggunaan tympanostomy tubes dapat mengurangi frekuensi kekambuhan.

Penyebab

Otitis media adalah infeksi atau inflamasi / peradangan di telinga tengah.

Telinga sendiri terbagi menjadi tiga bagian: telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Telinga tengah adalah daerah yang dibatasi dengan dunia luar oleh gendang telinga. Daerah ini menghubungkan suara dengan alat pendengaran di telinga dalam. Selain itu di daerah ini terdapat saluran Eustachius yang menghubungkan telinga tengah dengan rongga hidung belakang dan tenggorokan bagian atas. Guna saluran ini adalah:

  • Menjaga keseimbangan tekanan udara di dalam telinga dan menyesuaikannya dengan tekanan udara di dunia luar.
  • Mengalirkan sedikit lendir yang dihasilkan sel-sel yang melapisi telinga tengah ke bagian belakang hidung.
  • Sebagai sawar kuman yang mungkin akan masuk ke dalam telinga tengah

Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius. Saat bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah dalam telinga tengah. Selain itu pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah terkumpul di belakang gendang telinga.

Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di telinga dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang dialami umumnya sekitar 24 desibel (bisikan halus). Namun cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan gangguan pendengaran hingga 45 desibel (kisaran pembicaraan normal). Selain itu telinga juga akan terasa nyeri. Dan yang paling berat, cairan yang terlalu banyak tersebut akhirnya dapat merobek gendang telinga karena tekanannya.

Otitis media akut

Penyebab otitis media akut (OMA) dapat merupakan virus maupun bakteri. Pada 25% pasien, tidak ditemukan mikroorganisme penyebabnya. Virus ditemukan pada 25% kasus dan kadang menginfeksi telinga tengah bersama bakteri. Bakteri penyebab otitis media tersering adalah Streptococcus pneumoniae, diikuti oleh Haemophilus influenzae dan Moraxella cattarhalis, juga Turicella otitidis. Yang perlu diingat pada OMA, walaupun sebagian besar kasus disebabkan oleh bakteri, hanya sedikit kasus yang membutuhkan antibiotik. Hal ini dimungkinkan karena tanpa antibiotik pun saluran Eustachius akan terbuka kembali sehingga bakteri akan tersingkir bersama aliran lendir.

Otitis media kronik

Otitis media kronik ditandai dengan adanya supuratif (bernanah) yang merupakan lanjutan dari OMA yang mengalami pecah gendang telinga dan tidak menutup setelah 6 minggu atau non supuratif (serosa/gendang telinga utuh).

Pencegahan

Penggunaan antibiotik jangka panjang, telah diketahui tidak menyebabkan kehilangan pendengaran.[4] Penggunaan antibiotik jangka panjang untuk pencegahan justru tidak direkomendasikan, karena berhubungan dengan resistensi bakteri radang telinga tengah.[5]

Vaksinasi pneumococcus yang diberikan pada saat anak-anak mengurangi tingkat keakutan radang telinga bagian tengah dengan 6–7% dan jika diimplementasikan secara meluas akan memberikan keuntungan kesehatan publik yang mencolok.[5][6] Vaksinasi influenza direkomendasikan dilakukan setahun sekali.[5]

Faktor-faktor risiko seperti musim, alergi dan kehadiran saudara kandung yang lebih tua diketahui menjadi penyebab kekambuhan berulang radang telinga bagian tengah dan keluarnya kopok/cairan kental terus menerus (persistent middle-ear effusions (MEE)).[7] Sejarah kekambuhan berulang, berkenaan dengan paparan asap rokok, ikut komunitas daycare, dan kurangnya pemberian ASI semuanya berhubungan dengan meningkatnya risiko perkembangan, kekambuhan berulang, dan kopok terus menerus.[8][9] Jadi, berhenti merokok di rumah harus digalakkan, mengikuti daycare harus dihindarkan atau pilihlah daycare dengan sedikit peserta saja, pemberian ASI juga harus digalakkan.[8][9]

Terdapat sejumlah bukti menyusui pada 12 bulan pertama setelah kelahiran berhubungan dengan berkurangnya jumlah dan lamanya radang telinga bagian tengah.[10][11] Menggunakan 'empeng' akan meningkatkan frekuensi terkena radang telinga bagian tengah.[12]

Bukti tidak mendukung suplemen seng berguna untuk mengurangi radang telinga bagian tengah, kecuali pada kasus malagizi seperti marasmus.[13]

Referensi

  1. ^ a b "Otitis Media: Physician Information Sheet (Pediatrics)". cdc.gov. November 4, 2013. Diakses tanggal 14 February 2015. 
  2. ^ van Zon, A; van der Heijden, GJ; van Dongen, TM; Burton, MJ; Schilder, AG (12 September 2012). "Antibiotics for otitis media with effusion in children". The Cochrane database of systematic reviews. 9: CD009163. PMID 22972136. 
  3. ^ Venekamp, RP; Sanders, S; Glasziou, PP; Del Mar, CB; Rovers, MM (31 January 2013). "Antibiotics for acute otitis media in children". The Cochrane database of systematic reviews. 1: CD000219. PMID 23440776. 
  4. ^ Leach AJ, Morris PS; Morris (2006). Leach, Amanda J, ed. "Antibiotics for the prevention of acute and chronic suppurative otitis media in children". Cochrane Database Syst Rev (4): CD004401. doi:10.1002/14651858.CD004401.pub2. PMID 17054203. 
  5. ^ a b c Lieberthal, AS; Carroll, AE; Chonmaitree, T; Ganiats, TG; Hoberman, A; Jackson, MA; Joffe, MD; Miller, DT; Rosenfeld, RM; Sevilla, XD; Schwartz, RH; Thomas, PA; Tunkel, DE (Feb 25, 2013). "The Diagnosis and Management of Acute Otitis Media". Pediatrics. 131 (3): e964–99. doi:10.1542/peds.2012-3488. PMID 23439909. 
  6. ^ Jansen AG, Hak E, Veenhoven RH, Damoiseaux RA, Schilder AG, Sanders EA; Hak; Veenhoven; Damoiseaux; Schilder; Sanders (2009). Jansen, Angelique GSC, ed. "Pneumococcal conjugate vaccines for preventing otitis media". Cochrane Database Syst Rev (2): CD001480. doi:10.1002/14651858.CD001480.pub3. PMID 19370566. 
  7. ^ Rovers MM, Schilder AG, Zielhuis GA, Rosenfeld RM; Schilder; Zielhuis; Rosenfeld (2004). "Otitis media". Lancet. 363 (9407): 564–573. doi:10.1016/S0140-6736(04)15546-3. PMID 14962529. 
  8. ^ a b Pukander J, Luotonem J, Timonen M, Karma P; Luotonen; Timonen; Karma (1985). "Risk factors affecting the occurrence of acute otitis media among 2-3 year old urban children". Acta Otolaryngol. 100 (3–4): 260–265. doi:10.3109/00016488509104788. PMID 4061076. 
  9. ^ a b Etzel RA (1987). "Smoke and ear effusions". Pediatrics. 79 (2): 309–311. PMID 3808812. 
  10. ^ Dewey KG, Heinig MJ, Nommsen-Rivers LA; Heinig; Nommsen-Rivers (1995). "Differences in morbidity between breast-fed and formula-fed infants". J Pediatr. 126 (5 Pt 1): 696–702. doi:10.1016/S0022-3476(95)70395-0. PMID 7751991. 
  11. ^ Saarinen UM (1982). "Prolonged breast feeding as prophylaxis for recurrent otitis media". Acta Pediatr Scan. 71 (4): 567–571. doi:10.1111/j.1651-2227.1982.tb09476.x. PMID 7136672. 
  12. ^ Rovers MM, Numans ME, Langenbach E, Grobbee DE, Verheij TJ, Schilder AG; Numans; Langenbach; Grobbee; Verheij; Schilder (August 2008). "Is pacifier use a risk factor for acute otitis media? A dynamic cohort study". Fam Pract. 25 (4): 233–6. doi:10.1093/fampra/cmn030. PMID 18562333. 
  13. ^ Gulani, A; Sachdev, HS (Jun 29, 2014). "Zinc supplements for preventing otitis media". The Cochrane database of systematic reviews. 6: CD006639. doi:10.1002/14651858.CD006639.pub4. PMID 24974096. 
Kembali kehalaman sebelumnya