Rabb"Rabb (bahasa Arab: رب, atau Rabbሀ, terkadang "Rabbi (-i/-u/-a)"), sering digunakan untuk merujuk pada Tuhan Semesta dalam bahasa Arab (Allah) sebagai "Tuhan" atau "Tuan".[1] Istilah ini digunakan oleh umat Islam; Demikian pula umat Kristen menggunakannya untuk Yesus, umat Hindu menggunakan ishwar atau parmeshwar, dan umat Sikh menggunakan waheguru di Timur Tengah dan anak benua India untuk merujuk pada Yang Maha Tinggi.[2][3] EtimologiArti harfiah dari kata tersebut adalah “Pemelihara“, atau Pemilik, Penguasa, Pemberi Kasih Sayang, Tuan, Pemberi Makan”, yang dalam pengertian itu laki-laki adalah rabb tuan rumahnya. Kata Arab akar mempunyai beberapa arti tergantung lagi pada konteksnya, namun dalam hal ini mengacu pada kata kerja yurabbu, yang berarti "menjadi lebih besar, bertambah, bertambah banyak, berkembang , makmur, naikkan". Ada yang menjelaskannya sebagai suatu hal yang membina sedemikian rupa sehingga mencapai kondisi demi kondisi hingga mencapai tujuan penyelesaiannya. Dengan demikian, hal ini tidak hanya menyampaikan gagasan tentang membina, membesarkan atau memelihara, tetapi juga tentang mengatur, menyelesaikan, mencapai, menghargai, menopang dan membawa ke kedewasaan melalui evolusi dari keadaan paling awal hingga kesempurnaan tertinggi. TerminologiDalam Al-Quran, Allah menyebut dirinya sebagai "Rabb" di beberapa tempat. Jika digunakan dengan kata sandang pastinya disebut Ar (Ar-Rabb), kata Arabnya berarti "Tuan (Tuhan)". Dalam kasus lain, konteksnya memperjelas siapa yang dimaksud dengan kata tersebut, dalam hal ini "Rabb" mengacu pada "Pemilik, Tuan", misalnya Rabb Ad-Dar (رَبُّ ٱلْدَّار), berarti " tuan rumah/pemilik tempat tinggal”. Rabb juga merupakan nama depan dan/atau belakang yang umum dan dapat diterima di seluruh dunia. Dalam Islam, Allah disebut sebagai "yang mempunyai banyak kualitas dan sifat" (Pluralisme dari Monisme), dalam Surah pertama al-Fatihah dari Quran, memperkenalkan gelar "Rabb" ini pada ayat pertama, "Segala puji dan syukur hanya milik Allah (Tuhan), Rabb (Pemilik dan Penguasa) seluruh alam yakni Alam Semesta”, dengan demikian menyatakan dengan jelas bahwa Allah (Tuhan) yang memelihara, yang memiliki, yang mencipta, dan membina sesuatu melalui setiap tahap keberadaan atau peringkat, dimana segala sesuatu di antara itu tetap wujud. Istilah Di Wilayah LainDi Dataran Indo-Gangga, khususnya di wilayah Punjab, istilah "Rabb" atau "Rab" digunakan oleh umat Islam, Sikh, Hindu, dan Kristen untuk menyebut Tuhan.[3] Pra-Islam Orang-orang Arab dulu percaya bahwa, meskipun ada banyak 'aalihah (آلهة, "dewa, dewa"), namun hanya "Tuhan" sahaja adalah "Rabb" yakni (Tuhan/Pemelihara) bumi dan langit. Di era Jahiliyyah di Arab Pra-Islam, pemujaan kepada Tuhan dikaitkan dengan satu dewa di antara dewa-dewa lain yang lebih rendah, mengacu pada satu dewa untuk masing-masing 365 hari dalam setahun dan oleh karena itu, "Tuhan" yang diyakini sebagai bentuk "Makhluk Tertinggi" abstrak yang tidak ada kemiripannya dan yang memerintah langit dan bumi. PengasasBaru kemudian setelah Muhammad ﷺ memperkenalkan tauhid yang berbeda yang berpusat pada gagasan tentang Tuhan Yang Maha Esa (satu Tuhan – al-Wahid,) “Keesaan atau Keunikan (Allah) – yang mana Allah adalah satu-satunya Tuhan yang tidak lahir dari apa jua atau dilahirkan dari apa jua, atau yang diasosiasikan dengan dewa lain. Salah satu tujuan Muhammad ﷺ adalah memperkenalkan kembali Tuhan sebagai "Rabbi 'l-'Ālamīn" atau "رَبِّ الْعَالَمِينَ", yang diterjemahkan sebagai "Penguasa Alam Semesta", yang tidak hanya sekedar Pencipta, tetapi juga satu-satunya Tuhan yang patut diakui oleh semua umat manusia. Lihat jugaLihat pulaReferensi
|