R.F. Soedardi
Brigadir Jenderal TNI (Purn.) Raden Fransiskus Xaverius Soedardi, S.H. (lahir 1 April 1920dan wafat : 2 Oktober 2000) merupakan seorang perwira tinggi, birokrat, dan guru dari Indonesia. Ia menjabat sebagai Rektor Universitas Jenderal Soedirman dari tahun 1965 hingga 1974, Inspektur Jenderal Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dari bulan Januari hingga Mei 1973, dan Direktur Jenderal Olahraga Dan Pemuda dari tahun 1973 hingga 1974. Staf ahli menteri Sekretariat Negara/Administratur Yayasan "Dharmais" dari tahun 1974 hingga 1985. Guru Besar Luar Biasa Ilmu Negara pada Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman dari tahun 1985 hingga 2000. Masa kecilSoedardi dilahirkan di Wonosari, Yogyakarta, pada tanggal 1 April 1920. Ayahnya, R. Reksopoespito bekerja sebagai polisi kehutanan, sedangkan ibunya bernama R. Ayu Soemarni. Soedardi merupakan putra ketiga dari keluarga R. Reksopoespito. Ia memiliki empat saudara kandung laki-laki.[1] PendidikanSoedardi memasuki sekolah dasar Vervolgschool di Semanu, Wonosari, Gunungkidul, Yogyakarta pada tahun 1926. Pada tahun 1931, ia melanjutkan pendidikannya ke Normaalschool (Sekolah Guru). Ia berhasil menyelesaikan pendidikannya di Normaalschool dengan tepat waktu pada tahun 1935 dan bekerja sebagai guru setahun kemudian.[1] Semasa bekerja sebagai guru, Soedardi mendapat kesempatan untuk memasuki Sekolah Guru Olah-Raga (Tairenka Bakka) di Jakarta dari tahun 1942 hingga 1943. Ketika bertugas menjadi tentara di Yogyakarta, ia mendapat kesempatan pula untuk mengikuti pendidikan olahraga (SORA) di Sarangan bersama dengan Kadet Akademi Militer Nasional Yogyakarta. Ia meneruskan pendidikannya ke SMA Bagian A (ilmu alam) di Yogyakarta yang diselenggarakan oleh Lembaga Pendidikan Pengetahuan Umum. Ia lulus dari SMA ini pada tahun 1952 dan mengikuti Kursus B-1 Pendidikan Jasmani di Yogyakarta sampai lulus pada tahun 1953. Soedardi kemudian menempuh pendidikan hukum di Akademi Hukum Militer yang terletak di Jakarta dari tahun 1953 hingga 1957 dan di Perguruan Tinggi Hukum Militer dari tahun 1957-1963 hingga mendapatkan gelar sarjana hukum.[1] KarierKarier sebagai guruUsai menamatkan pendidikannya di Normaalschool, Soedardi mulai bekerja sebagai guru di Sekolah Dasar Canisius. Ia kemudian berpindah-pindah ke beberapa di wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah. Pada masa pendudukan Jepang, Soedardi bekerja sebagai guru sekolah pertukangan di Rembang dan Juana. Ia hanya mengajar selama satu tahun. Setelah menyelesaikan pendidikannya di Tairenka Bakka, ia mengajar olah raga di Sekolah Menengah Pertama Pati hingga akhir tahun 1945. Ia tercatat berhasil menyelesaikan ujian bahasa Jepang pada bulan Februari 1944.[2] Karier militerSetelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, Soedardi bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (kemudian menjadi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat) di Juana dan ditugaskan di Yogyakarta. Ia ditempatkan sebagai Komandan Subkomando Distrik Militer di Gunungkidul pada tahun 1947. Setelah bertugas selama tiga tahun, pada tahun 1950 ia dipindahkan ke Kota Yogyakarta sebagai perwira penerangan dengan pangkat letnan satu di Brigade O yang dipimpin oleh Soeharto (kemudian menjadi Presiden Indonesia).[3] Beberapa waktu kemudian, Soedardi dipindahkan ke Resimen XIII untuk menjadi kepala bagian kesenjataan.[1] Usai menamatkan pendidikannya di Akademi Hukum Militer Jakarta pada tahun R.F. Soedardi diangkat sebagai Kepala Inspeksi Kehakiman Angkatan Darat di Kodam XIV/Hasanuddin, Sulawesi Selatan. R.F. Soedardi kemudian dipindahkan ke Jakarta untuk memegang jabatan sebagai Wakil Komandan Pusat Pendidikan Kehakiman (Wadan Pusdikkeh) setelah memperoleh gelar sarjana hukum dari Perguruan Tinggi Hukum Militer. Selain bertugas di Pusdikkeh, Soedardi juga mengajar mata kuliah Pancasila di Akademi Hukum Militer dan Perguruan Tinggi Hukum Militer.[4] Karier sebagai rektor dan birokratPada tanggal 3 Juli 1965, Soedardi yang berpangkat letnan kolonel dilantik menjadi Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed).[5] Ia tetap memegang jabatan sebagai Wadan Pusdikkeh dan mengajar di Akademi Hukum Militer dan Perguruan Tinggi Hukum Militer selama beberapa waktu hingga melepaskan jabatannya tersebut.[4] Pada awal masa kepemimpinannya, Unsoed memiliki dua fakultas, yakni fakultas biologi dan fakultas ekonomi. Unsoed berhasil menambah fakultas pertanian pada bulan Desember 1965.[5][6] Setelah hampir sewindu bertugas sebagai rektor, jabatan Soedardi bertambah dengan penunjukannya sebagai Inspektur Jenderal Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada tanggal 26 Oktober 1972.[7] Ia dilantik untuk jabatan tersebut pada tanggal 29 Januari 1973.[8] Kurang dari setahun kemudian, pada tanggal 9 Mei 1973 Soedardi dipindahkan ke jabatannya yang baru, yakni sebagai Direktur Jenderal Olahraga dan Pemuda.[9][10] Pada bulan Desember 1973, Soedardi menyatakan bahwa jabatan yang dipegangnya akan dibubarkan dan digantikan dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah.[11] Hal tersebut akhirnya diwujudkan setelah Soedardi meletakkan jabatannya. Penggantinya, Washington Pandapotan Napitupulu, dilantik menjadi Direktur Jenderal Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda, dan Olahraga. Masa pensiunSoedardi pensiun dari birokrasi dan militer pada tahun 1975. Ia kemudian ditunjuk sebagai administratur Yayasan Dharma Bhakti Sosial (Dharmais) yang berkedudukan dibawah Sekretariat Negara. Selain itu, ia juga memegang jabatan dalam sejumlah lembaga sosial, yakni sebagai Wakil I Sekretaris Jenderal Badan Musyawarah Kesejahteraan Sosial dan Ketua II Yayasan Dharma Bhakti Anak Indonesia.[1] Pada tahun 1985-2000 mengandi sebagai Guru Besar Luar Biasa mata kuliah Ilmu Negara dan Hukum Pidana pada Fakultas Hukum dan Fakultas Ilmu Sosial&Politik, Universitas Jenderal Soedirman dan Fakultas Hukum Universitas Wijayakusuma, Purwokerto. Kehidupan pribadiSoedardi menikah dengan Aloysia Srie Muryani pada saat mengikuti pendidikan di Akademi Hukum Militer. Pasangan tersebut memiliki 5 orang anak laki-laki yang bernama Constantin Rudy Prihantoro, Daniel Joko Wahyono, Ferdinandus Edy Nugroho, Gregorius Hany Budi Santoso, dan Henricus Harry Susilo, serta 3 orang anak perempuan yang bernama Anastasia Elly Purwastuti, Beata Esty Sulistyawati, dan Elizabeth Sulistyowati.[1] Referensi
|