Pulosari, Kalapanunggal, Sukabumi
GeografiDesa Pulosari terletak pada koordinat 6°47'10.9" Lintang Selatan 106°39'33.0" Bujur Timur dengan luas wilayah 2.632 ha/m2 yang terdiri dari pemukiman seluas 65,27 ha/m2, daerah persawahan seluas 286,4 ha/m2, tanah perkebunan seluas 430 ha/m2, tanah kuburan seluas 3 ha/m2, dan pekarangan seluas 24,1 ha/m2.[4] Perbatasan
Kondisi Desa PulosariKondisi EkonomiBerdasarkan data luas wilayah serta mata pencaharian penduduk di Desa Pulosari, penghasilan utama masyarakat didominasi oleh hasil pertanian dan perkebunan saja serta mengandalkan pekerjaan sebagai buruh lepas. Tingkat pengangguran penduduk juga cukup tinggi yakni mencapai 1.089 orang. Di Desa Pulosari belum terdapat ekonomi kreatif yang dapat memajukan potensi-potensi lain yang dimiliki oleh desa tersebut seperti pemasaran hasil kerajinan dan wisata alam.[4] Kondisi Pendidikan
Berdasarkan tabel tingkat Pendidikan, kuantitas masyarakat Pulosari didominasi oleh pendidikan sampai dengan jenjang SD. Pendidikan merupakan salah satu upaya dalam mensejahterakan serta meningkatkan perekonomian masyarakat. Minimnya pendidikan yang diterima masyarakat dapat menjadi faktor dalam adanya keterbatasan ekonomi.[4] Kondisi Lingkungan dan Sosial-kemasyarakatan
Berdasarkan dua tabel berikut, terdapat sarana dan prasarana yang memenuhi berbagai aktivitas masyarakat. Termasuk sembilan titik penempatan Posyandu di Desa Pulosari. Desa Pulosari tidak memiliki Puskesmas ataupun akses terhadap kesehatan lainnya selain Posyandu.[4] Wisata AlamDesa Pulosari menawarkan objek wisata alam seperti Curug Batu Bodas dan Bukit Cinta. Curug Batu BodasCurug Batu Bodas terletak di Kampung Cigoong. Asal nama “bodas” yang berarti “putih” atau “suci” berasal dari batu tinggi berwarna putih seperti tebing. Maka dari itu, warga lokal yang mempunyai kepercayaan dinamisme yang kental mengakui Curug tersebut sebagai tempat berziarah ke nenek moyang. Wisatawan yang ingin mengunjungi Curug, dianjurkan untuk mengikuti tata cara adab warga lokal karena ada daerah dalam Curug yang perlu dijaga “kesuciannya” sehingga tidak boleh makan atau berenang di kolam atau area tertentu selain yang telah diperbolehkan warga, yakni air Kahuripan dan Cipabeasan yang dikatakan dipakai untuk mandi jika mempunyai keinginan. Namun, beberapa warga mengekspresikan kontra dari mengundang wisatawan seperti sampah yang dibuang sembarangan atau dijadikan lokasi pacaran karena keinginan mereka untuk menjaga “kebersihan” Batu Bodas. Akses ke Curug masih sulit untuk dijangkau dan tidak diperbolehkan untuk kendaraan beroda empat.[5] Curug Batu Bodas telah resmi menjadi objek wisata alam di Juli 2020. Warga membuka wisata alam ini dengan harapan agar objek wisata ini bisa menjadi penambah pemasukan perekonomian desa dan mengurangi angka pengangguran warga desa yang lumayan tinggi. Warga juga berharap pemerintah dapat membantu mengembangkan fasilitas-fasilitas yang dapat mengakomodasi wisatawan pada waktu kedepan seperti toilet, area istirahat, dan mushola.[5] Potensi Sumber Daya AlamDesa Pulosari, terutama Kampung Cigoong, mempunyai potensi besar untuk perkebunan gula aren karena keunikannya dimana penduduk desa bersepakatan membagi pohon-pohon aren di sekitar Curug Batu Bodas kepada warganya untuk dikelola. Setiap pengelola mempunyai kebebasan untuk memanfaatkan pohon dengan membuat air nira, gula, menjual kolang-kaling, dll. Harga satu toros yaitu lima keping atau lima puluh ribu rupiah.[5] Hasil pertanian dan perkebunan yang dipasarkan dari Pulosari termasuk pisang, pepaya, pala, kelapan buncis, terong, mentimun, cabe, ubi kayu. dan padi.Sektor peternakan didominasi ayam.[4] GaleriReferensi
Pranala luar
|