Pulau Mansinam
Pulau Mansinam adalah pulau yang menjadi pariwisata religi umat Kristen Protestan di Papua.[1][2] Pulau ini merupakan bagian dari wilayah Papua Barat.[3] Letaknya sekitar 6 Kilometer dari Kota Manokwari.[3] Untuk mencapai pulau ini hanya membutuhkan waktu 10 sampai 15 menit menggunakan kapal mesin.[3] SejarahSetiap tahun pada tanggal 5 Februari, ribuan orang dari penjuru Papua datang ke tempat ini untuk mengadakan perayaan memperingati kedatangan Ottow dan Geissler.[3] Dua orang berkebangsaan Jerman ini tiba di Pulau Mansinam dengan membawa misi penyebaran injil.[3] Namun saat itu, suku yang mendiami Pulau Mansinam bersikap tertutup terhadap orang asing yang datang.[3] Ottow dan Geissler tidak menyerah.[3] Mereka terus berjuang untuk menyebarkan agama Kristen kepada suku Biak, yakni suku yang saat itu mendiami Pulau Mansinam.[3] Suatu ketika, Geissler sakit hingga membuatnya harus meninggalkan Pulau Mansinam[3] Geissler memilih ke Ternate untuk memulihkan keadaannya. Sementara, Ottow tetap tinggal di Pulau Mansinam.[3] Ottow mulai melakukan pendekatan dengan masyarakat melalui hubungan dagang.[3] Ia membeli hasil-hasil alam Pulau Mansinam dari penduduk, seperti kerang, teripang ikan, ataupun burung cenderawasih.[3] Kemudian ia menjualnya kepada saudagar dari kapal Van Duivenbode.[3] Keuntungan dari penjualan tersebut digunakan untuk membiayai kebutuhan hidup.[3] Pada tanggal 12 Januari 1856, Geissler kembali ke Tanah Papua, tepatnya ke Pulau Mansinam.[3] Mereka berdua bahu-membahu untuk meneruskan misi menyebarkan ajaran Kekristenan.[3] Geissler yang memiliki keterampilan sebagai tukang kayu mengajarkan Suku Biak cara membuat rumah.[3] Sedangkan Ottow memiliki kemampuan menenun yang baik.[3] Kemampuan menenunnya ia sebarkan di Mansinam hingga Suku Biak mengenal pakaian lalu mulai meninggalkan cawat maupun koteka.[3] Keterampilan yang diajarkan Ottow dan Geissler pun menyebar ke Biak, Nabire, Wasior, dan daerah Papua lainnya.[3] Tidak hanya itu, mereka juga mempelajari bahasa lokal suku setempat kemudian menerjemahkan doa-doa ke dalam bahasa lokal tersebut.[3] Dua rasul bagi orang Papua ini juga mengajarkan Suku Biak di Pulau Mansinam membaca dan menulis.[3] Awalnya masyarakat suku Biak sangat sulit untuk sekadar memegang pensil.[3] Namun, kegigihan suku Biak yang didampingi dengan kesabaran Ottow dan Geissler untuk bisa keluar dari kegelapan membuat mereka bisa membaca dan menulis.[3] Kemudian untuk mempermudah sosialisasi ajaran Kristen, Ottow dan Geissler melakukan penerjemahan injil ke dalam bahasa Melayu yang berfungsi sebagai basantara.[3] Hal ini pun akhirnya menyebar ke daerah Papua lainnya.[3] Inilah yang menjadi cikal bakal masyarakat Papua lainnya mengenal ilmu pengetahuan.[3] Sekitar beberapa kilometer sebelum berlabuh di Pulau Mansinam, dapat terlihat semacam tugu berbentuk salib.[2][4] Itu lah sebuah prasasti yang diperuntukan bagi jasa Ottow dan Geissler.[2][5] Pada bagian bawah prasasti tertulis, Soli deo Gloria De Eerste Zendelingen van Nederlandsch Nieuw Guinee C.W. Ottow En J.G. Geissler Zyn Hier Geland op 5-2-1855 (zending pertama untuk Papua Ottow-Geissler tiba di sini 5 Februari 1855).[4] Rujukan
|