Pulau Lampahen
Pulau Lampahen adalah pulau yang terletak di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. Pulau ini menjadi tempat tumbuhnya primata seperti Bekantan, Orang utan dan monyet lainnya.[1] Pulai Lampahen termasuk ke dalam wilayah administratif desa Pulau Kaladan, Kecamatan Mentangai, Kapuas. Pulau lampahen memiliki sebuah fenomena yang terkenal di kalangan masyarakat yang tinggal disekitarnya. Fenomena ini berupa menghilangnya monyet-monyet yang menghuni pulau ini di setiap hari Jumat.[2] Belum ada penjelasan ilmiah terkait femonena ini dan hanya tersisa mitos yang berkembang di sekitar masyarakat. AksesPulau ini bisa ditempuh dengan melalui Sungai Hampalam [1] atau bisa dengan speedboat selama 1,5 jam melewati sungai Kapuas dari kota Kuala Kapuas.[3] SejarahPulau Lampahen berkaitan dengan desa Pulau Kaladan yang terletak di dekatnya. Awalnya ada seorang Datuk yang tinggal di sebuah daerah yang banyak terdapat pohon Kaladan. Datuk tersebut menemukan bawah tanah disekitar cocok untuk bertanam dan mulai membuka lahan serta menebangi pohonnya. Ia pun mulai tinggal dan menetap di daerah tersebut dan menamakannya dengan Kaladan.[4] Seiring waktu, ditemukanlah sebuah pulau kecil yang memiliki keunikan. Pulau ini mampu menahan rasa air asin di sungai Kapuas pada musim kemarau. Atas keunikannya, pulau ini menjadi keramat bagi warga sekitar perkampungan Kaladan. Pulau ini kemudian diberi nama Lampahen yang berarti pulau tempat melampah atau mencari keberuntungan. Pada zaman dahulu, terdapat seorang penyiar agama Islam yang melintasi sungai Kapuas dan bersandar di pulau ini. Tujuan beliau adalah untuk bernazar dan mencari keberuntungan atau meminta berkat dari penunggu keramat pulau Lampahen. Setelah beliau melakukan nazarnya, penyiar tersebut tidak pernah lagi keluar dari dalam pulau. Masyarakan meyakini bahwa beliau sudah menyatu dengan pulau tersebut dan masuk ke dimensi lain. Selanjutnya, terdapat rombongan monyet yang mendatangi pulau ini dan seolah mengikuti penyiar tersebut. Hal ini membuat banyak orang mendatangi pulau ini untuk meminta berkat dan melampah nazar. Pengunjung yang datang berkunjung juga membawakan makanan berupa pisang, telur atau kacang untuk monyet jinak tersebut. Referensi
|