Puisi konfesionalPuisi konfesional atau "Konfesionalisme" adalah aliran puisi yang muncul di Amerika Serikat pada dekade 1950-an akhir dan awal dekade 1960-an.[1] Puisi konfesional dianggap sebagai basis dari Pascamodernisme.[2] Aliran ini dideskripsikan sebagai puisi personal atau sebagai "Aku", yang berpusat pada peristiwa-peristiwa ekstrem yang merupakan pengalaman suatu individu, psike, dan trauma personal, yang dianggap sebagai hal-hal yang pernah dan terkadang masih tabu di masyarakat, seperti penyakit mental, seksualitas, dan bunuh diri, yang sering kali dianggap mempunyai relasi dengan masalah sosial yang lebih besar.[3] Keikutsertaan konfesi para pujangga atas pengalaman personalnya telah dijelaskan oleh para kritikus sastra sebagai upaya untuk mengambil jarak atas diri sendiri, terhadap realitas sosial yang mengerikan pada abad ke-20. Peristiwa-peristiwa sejarah, seperti Holocaust, Perang Dingin, dan ancaman eksistensial yang diciptakan oleh proliferasi senjata nuklir, telah membuat masalah publik menjadi menakutkan bagi para pujangga konfesional dan pembaca-pembaca mereka.[4] Para pujangga konfesional juga berusaha menciptakan perlawanan terhadap idealisasi domestisitas pada dekade 1950-an, dengan mengungkapkan perasaan tidak bahagia di dalam rumah mereka.[5] Aliran "Puisi Konfesional" diasosiasikan dengan beberapa pujangga yang mendefinisikan kembali puisi Amerika pada dekade 1950-an dan 1960-an, seperti Robert Lowell, Sylvia Plath, John Berryman, Anne Sexton, Allen Ginsberg, dan W.D. Snodgrass .[1][3] Life Studies dan munculnya KonfesionalismePada tahun 1959, M. L. Rosenthal untuk pertama kalinya mengenalkan istilah "konfesional" di dalam ulasannya. Ulasan ini membahas tentang buku Robert Lowell's Life Studies berjudul " Poetry As Confession ",[6] Rosenthal membedakan pendekatan konfesi dengan mode-mode puisi-puisi lirik yang lain dari caranya menggunakan rasa percaya diri yang (Rosenthal katakan) "Melampaui batas kebiasaan atas rasa enggan atau rasa malu personal".[7] Rosenthal mencatat bahwa, pada kecenderungan awal konfesional, ada "topeng" yang menyembunyikan "wajah aktual" pujangga, dan juga dia menyatakan, bahwa "Lowell melepas topeng tersebut". Narasumber puisi secara pasti, adalah dirinya sendiri, dan sulit untuk tidak berfikir bahwa Life Studies sebagai serial kepercayaan diri personal atas hal yang agak memalukan, yang terikat dengan kehormatan sehingga merupakan hal yang tidak untuk diungkapkan ".[8] Dalam sebuah ulasan buku di The Kenyon Review tertulis, "Untuk puisi-puisi ini , pertanyaan tentang rasa pantas tidak lagi ada. Mereka telah menciptakan sebuah penaklukan: apa yang mereka telah menangkan adalah sebuah ekspansi mayor dari wilayah puisi. " [9] Walaupun begitu, terdapat langkah yang jelas dari model "konfesional" sebelum publikasi buku Life Studies terjadi. Konfesi dari puisi panjang karya Delmore Schwartz 's berjudul Genesis (Puisi) telah dipublikasi pada tahun 1943; John Berryman telah menulis sebuah sekuens soneta pada tahun 1947 tentang perselingkuhan yang dilakukannya dengan seorang wanita bernama Chris selama dia menikah dengan istri pertamanya, Eileen. (Dikarenakan publikasi soneta akan mengungkapkan perselingkuhannya kepada istrinya, Berryman tidak secara serius mempublikasikan sekuens yang berjudul Berryman's Sonnets ini hingga tahun 1967, setelah ia bercerai dengan istri pertamanya). Heart's Neddle karya Snodgrass, yang mana dia menulis tentang akibat perceraiannya, juga ditulis sebelum buku Life Studies .[10][11] Meskipun begitu, Life Studies adalah buku pertama yang tidak terbantahkan berhasil menarik atensi publik pembaca terhadap gaya konfesional, dan juga buku yang pertama kali mendapatkan label "konfesional". "Konfesional" yang paling terkenal adalah puisi di bagian akhir buku Life Studies, di mana Lowell menyinggung perjuangannya menghadapi penyakit mental yang dia rasakan dan pengalaman selama rawat inapnya di McLean's. Sebuah rumah sakit jiwa di Massachusetts. Plath berkomentar tentang pengaruh puisi-puisi pada jenis ini yang ada di dalam buku Life Studies di sebuah wawancara, dengan menyatakan, "Saya sangat bersemangat dengan apa yang saya rasakan dan merasakan ini merupakan sebuah terobosan baru yang tiba dengan, katakanlah, Life Studies karya Robert Lowell. Terobosan intens ini menjadi pengalaman yang sangat serius, sangat personal,dan sebuah pengalaman emosional yang saya rasa sebagian adalah hal tabu. Puisi Robert Lowell tentang pengalamannya di rumah sakit jiwa, misalnya, sangat menarik bagi saya. " [12] A. Alvarez menganggap bahwa beberapa puisi dalam Life Studies " Gagal terlihat lebih kompulsif terkait dengan proses psikoanalisis, dibandingkan dengan puisi tersebut";[13] sementara itu di sisi lain, Michael Hofmann melihat jasa verbal dari karya Lowell hanya berkurang oleh penekanan pada "apa yang saya akan sebut dengan kata-C, 'Konfesionalisme'.[14] Pada kelas puisi yang Lowell ajarkan di Universitas Boston pada akhir dekade 1950-an, Lowell terus menginspirasi tema-tema konfesi di dalam karya beberapa pujangga Amerika terkemuka. Pada tahun 1955, Lowell meminta sebuah pekerjaan di universitas, yang sebagian besar alasannya ialah atas saran psikiaternya, agar Lowell membangun rutinitas dalam hidupnya untuk membantunya dalam mengurangi efek gangguan bipolar yang dia alami.[15] Kelas Lowell menarik sejumlah pujangga berbakat, termasuk diantaranya W.D. Snodgrass, Anne Sexton, dan Sylvia Plath. Sexton bergabung dengan kelas tersebut pada tahun 1958. Kerja samanya dengan Lowell terbukti menjadi pivot dalam membangun suara puitisnya. Pada tahun 1959, Sylvia Plath juga akan bergabung dengan kursus Lowell.[16] Setelah terpapar dengan topik-topik personal yang ada di dalam puisi-puisi Lowell dan Sexton, Plath merasa tertarik pada tema-tema konfesional yang berasal dari dirinya dan mulai memasukkannya ke dalam karyanya sendiri.[17] Perkembangan lebih lanjutTeks-teks lain yang merupakan kunci dari perkembangan aliran puisi "konfesional" Amerika termasuk di antaranya ialah Ariel dari Plath, Berry's The Dream Songs, dan Sexton's To Bedlam dan Part Way Back, meskipun Berryman sendiri menolak label "Dengan rasa marah dan merasa terhina": "Kata itu tidak memiliki arti apapun. Saya mengerti konfesional sebagai tempat di mana anda pergi dan berbicara dengan seorang pendeta. Saya secara pribadi tidak pernah ke konfesi, sejak saya berumur dua belas tahun ".[18] Tokoh transisi yang signifikan lainnya, ialah Adrienne Rich ;[19] sementara salah satu yang terkemuka, yang secara sadar melabeli dirinya sebagai pujangga aliran "konfesional" adalah Sharon Olds, yang muncul pada tahun 1980-an . Fokus karyanya ialah subjek seksual yang tabu yang dibangun dari karya Ginsberg.. ReaksiPada dekade 1970-an dan 1980-an, beberapa penulis memberontak melawan Konfesionalisme di dalam perkembangan puisi Amerika, yang terlihat terlalu manja. Sebagai contoh, salah satu penyair terkemuka dari sekolah Deep Image, Robert Bly, sangat kritis terhadap apa yang dia anggap sebagai tendensi solipsistik dari pujangga konfesional. Dia mereferensikan ketidaksukaan estetikanya ini, ketika dia memuji pujangga Antonio Machado untuk "Penekanannya pada penderitaan orang lain daripada miliknya sendiri".[20] Namun, banyak penulis lainnya pada periode ini, seperti Sharon Olds, Marie Howe, dan Franz Wright, yang sangat terpengaruh oleh preseden yang ditetapkan oleh puisi konfesional, dengan temanya yang membahas tentang pengalaman autobiografi yang bersifat tabu, psike dan diri sendiri, serta wahyu masa kecil dan trauma masa dewasa. Pada utas sifat manja yang serupa, para penulis biografi pujangga konfesional telah menyadari ambisi bersama di antara para penulis ini untuk menjadi terkenal. Sejalan dengan proliferasi budaya populer pada dekade 1950-an, konfesionalisme menawarkan para pembaca dengan pandangan detail tentang persona penulis, membuat pujangga ini seorang "bintang" daripada kreator pribadi. Berdasarkan pertimbangan atas perhatian publik yang cukup besar yang mereka terima ,sekaligus keinginannya atas pengakuan, Puisi-puisi konfesional pun diklasifikasikan oleh beberapa orang sebagai bagian dari budaya selebritas.[21] Gerakan puisi Formalisme Baru, merupakan gerakan pengembalian rima dan meter, yang menjadi lompatan atas reaksi melawan sajak bebas yang telah populer di dalam puisi konfesional. Gerakan puisi lain yang terbentuk, yang juga menjadi bagian reaksi terhadap puisi konfesional ialah penyair bahasa . Lihat pula.
Catatan kaki
Daftar Pustaka
|