Pucok Lueng, Samatiga, Aceh Barat
Sejarah Gampong
Berdasarkan fakta dan riwayat bertepatan dengan masuknya Belanda ke Aceh sekitar tahun 1885 (60 tahun sebelum merdeka). Orang-orang pertama yang merintis pembangunan gampong dari hutan berantara yaitu Nek Kuata Mulia, Tgk. Him, Utoh Raoh, Teuku Pakeh, dan Teuku Ahmad Leupie. Tokoh-tokoh tersebut berasal dari Aceh (Pasee), yang pindah dan menetap hingga membentuk sebuah dusun, yaitu Dusun Lueng Baro. Gampong Teungoh dan Kuala Bubon saat itu dipimpin oleh Keuchik Mak Ila asal Gampong Teungoh (Keuchik pertama) dan di Lueng Baro diberi wewenang kepada Waki Rani. Waki Rani memimpin selama dua periode. Seiring dengan pergantian waktu, bergantilah Keuchik (Kepala Desa) yaitu Keuchik Ma'k Amin asal Kuala Bubon (Keuchik Kedua), dengan Waki, masih dijabat oleh Waki Rani. Selanjutnya diangkatlah Keuchik Rasui (Keuchik Ketiga) asal Kuala Bubon dan di Desa Lueng Baro (Dusun Lueng Baro) diangkat waki yang baru yaitu Waki Ali Umar (Waki Kleng). Seiring waktu dan perkembangan penduduk, di Desa Lueng Baro dilakukan suatu musyawarah untuk melakukan pemisahan dari dari Desa Kuala Bubon dan Gampong Teungoh. Setelah itu, terjadilah pemekaran Desa Lueng Baro berdiri sendiri dibawah kepemimpinan seorang Keuchik yaitu Keuchik Basyah Tgk. Musa (Keuchik Pertama) di Desa Lueng Baro dan Waki masih belum terjadi pergantian. Ia kemudian digantikan oleh Keuchik Makam (Keuchik Kedua) dan diangkat pula seorang waki yaitu Usman Ahmad. Setelah beberapa tahun, ia diganti dengan Keuchik Usman Ahmad (Keuchik Ketiga), yang merupakan waki dari Kechik Makam. Seiring dengan perkembangan politik di Indonesia di masa itu yang mana pada saat itu Keuchik harus mendukung salah satu partai politik yang berkuasa saat itu, dan Keuchik Usman Ahmad tidak mau mendukung Partai tersebut, sehingga ia duberhentikan dari Keuchik dan jabatan Keuchik dialihkan kepada Sulaiman Ibrahim yang merupakan Kechik ke tiga di Desa Lueng Baro. Menurut sejarah dan penuturan para sesepuh, Lueng Baro adalah nama Gampong yang sebenarnya, sedangkan nama Pucok Lueng hanya perubahan ketika Sulaiman Ibrahim menjadi Kechik. Pucok Lueng merupakan sebuah pelosok di Desa Lung Baro. Selain itu, ada beberapa daerah pelosok lain di Desa Lueng Baro yaitu Lueng Reudeup, Lueng Intan dan Ujong Padang. Pelosok tersebut yang dulunya hanya sebuah dusun di masa Kechik Sulaiman Ibrihim Desa Lueng Baro berubah menjadi Desa Pucok Lueng atau saat ini dikenal dengan Gampong Pucok Lueng karena ia tinggal disalah satu pelosok desa yaitu Pucok Lueng. Sesuai dengan tempat tinggal Kechik Sulaiman Ibrahim ketika itu, maka berubahlah Desa Lueng Baro menjadi Desa Pucok Lueng mulai saat menjabat Kechik kira-kira tahun 1972. Pada tahun 1975-1988, Gampong Pucok Lueng dipimpin oleh Kechik Basyariah dan pada tahun 1988-2006 Desa Pucok Lueng dipimpin oleh Kechik Amri Yusuf dan Tahun 2006 -2011 oleh Kechik Abdul Manaf, Tahun 2011-2016 Gampong Pucok Lueng dipimpin oleh Kechik Nasruddin dan setelah masa jabatannya habis maka pemerintahan Gampong saat ini dipimpin oleh seorang PJ. Kechik sampai pemilihan Kechik Definitif. Tulisan sejarah asal usul Gampong Pucok Lueng bersumber dari data primer dan data sekunder yang dihimpun oleh Kelompok Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata dari salah satu Universitas di Aceh Barat.[3] PendudukPenduduk Pucok Lueng sampai dengan tahun 2016 terdiri dari 273 Laki-laki dan 262 Perempuan dengan sex ratio 104. Pertumbuhan penduduk sebesar 2 % dari tahun 2015.[4] Referensi
Pranala luar |