Psikologi kuantitatifPsikologi kuantitatif adalah cabang ilmu psikologi yang mengkaji metode dan teknik yang digunakan untuk mengukur variabel-variabel psikologis, serta menerapkan permodelan statistik dan matematis dalam proses-proses psikologis. Bidang ini juga terlibat dalam perancangan penelitian psikologis dan analisis data yang relevan.[1] Bidang ini mencangkup alat tes dan alat ukur lain untuk mengukur kemampuan kognitif individu. Psikolog kuantitatif juga terlibat dalam pengembangan dan analisis beragam metode penelitian, termasuk dalam konteks psikometri, yang merupakan bidang ilmu yang berkaitan dengan teori dan teknik pengukuran dalam psikologi. SejarahPsikologi kuantitatif bersumber pada psikologi eksperimental awal pada abad kesembilan belas, ketika metode ilmiah pertama kali diterapkan secara sistematis untuk memahami fenomena psikologis. Kontribusi yang signifikan dalam perkembangan ini mencakup studi tentang sensitivitas sentuhan oleh E.H. Weber pada tahun 1830-an, pengembangan serta penggunaan metode psikofisik oleh Gustav Theodor Fechner pada tahun 1850-1860, dan penelitian yang dilakukan oleh Helmholtz mengenai penglihatan dan pendengaran, yang dimulai setelah tahun 1850. Wilhelm Wundt dianggap sebagai "Bapak Pendiri Psikologi Eksperimental" karena ia mengidentifikasi dirinya sebagai seorang psikolog dan mendirikan laboratorium psikologi pada tahun 1879, yang menjadi tempat banyak peneliti datang untuk mempelajari psikologi secara lebih mendalam.[2] Penelitian ini berkontribusi mematahkan pernyataan para ahli teori seperti Immanuel Kant yang menyatakan bahwa psikologi tidak bisa menjadi ilmu pengetahuan karena dianggap tidak mungkin untuk melakukan eksperimen yang akurat terhadap pikiran manusia.
Tes inteligensi memiliki peran yang signifikan dalam perkembangan psikologi kuantitatif selama beberapa waktu. Francis Galton seorang statistikawan asal Inggris yang hidup pada abad ke sembilan belas dikenal sebagai pelopor dalam bidang psikometri, karena ia adalah orang pertama yang menciptakan tes inteligensi yang telah distandarisasi. Selain itu, Francis Galton juga menjadi salah satu orang yang pertama dalam menerapkan metode statistik untuk meneliti perbedaan-perbedaan antara individu manusia dan bagaimana faktor-faktor tersebut diwariskan. Seiring berjalannya waktu, ia menjadi yakin bahwa sebagian besar kecerdasan seseorang dipengaruhi oleh faktor pewarisan genetik, dan ia juga berhipotesis bahwa aspek-aspek lain seperti kecepatan refleks, kekuatan otot, dan ukuran kepala berkolerasi dengan tingkat kecerdasan.[3][4] Galton mendirikan pusat tes kesehatan mental pertama di dunia pada tahun 1882, dan tahun berikutnya, ia menerbitkan hasil pengamatannya serta teorinya kedalam bukunya yang berjudul "Inquiries into Human Faculty and Its Development."
Dalam ilmu psikologi, metode-metode statistik adalah instrumen kuantitatif yang paling sering digunakan. Salah satu inovator utama dalam bidang ini adalah Karl Pearson, yang memperkenalkan konsep koefisien korelasi dan uji chi-kuadrat. Pada periode antara tahun 1900 hingga 1920, berbagai uji statistik seperti uji-t (oleh Siswa pada tahun 1908), ANOVA (dikembangkan oleh Fisher pada tahun 1925), dan koefisien korelasi yang tidak parametrik (diciptakan oleh Charles Spearman pada tahun 1904) menjadi menonjol. Seiring berjalannya waktu, sejumlah besar uji statistik baru dikembangkan pada paruh kedua abad ke-20, termasuk berbagai uji multivariat. Selain itu, teknik-teknik populer seperti Hierarchical Linear Model (dikembangkan oleh Arnold pada tahun 1992), Structural Equation Modeling (oleh Byrne pada tahun 1996), serta Independent Component Analysis (diperkenalkan oleh Hyvarinën, Karhunen, dan Oja pada tahun 2001) merupakan kontribusi relatif baru dalam perkembangan statistik dalam konteks psikologi.[5] Pada tahun 1946, psikolog Stanley Smith Stevens membagi tingkat skala pengukuran ke dalam empat skala, yaitu Nominal, Ordinal, Rasio, dan Interval, dalam penelitiannya yang hingga kini masih sering dikutip.[6] Pendidikan dan pengajaranPendidikan Sarjana Pendidikan dalam bidang psikologi kuantitatif dapat dimulai secara informal pada tingkat sarjana. Banyak sekolah pascasarjana merekomendasikan mahasiswanya agar memiliki beberapa mata kuliah dalam bidang psikologi dan menyelesaikan seluruh rangkaian kuliah kalkulus di perguruan tinggi (termasuk kalkulus multivariat) dan satu mata kuliah dalam aljabar linear. Kursus kuantitatif dalam bidang lain seperti ekonomi dan kursus statistik dan metodologi penelitian untuk jurusan psikologi juga sangat membantu. Namun, secara historis, mahasiswa yang belum menyelesaikan semua kursus ini masih dapat diterima jika aspek lain dari aplikasi mereka menunjukkan potensi yang kuat. Beberapa sekolah juga menawarkan minor formal dalam bidang terkait dengan psikologi kuantitatif. Misalnya, Universitas Kansas menawarkan minor dalam "Metodologi Ilmu Sosial dan Perilaku" yang memberikan pelatihan lanjutan dalam metodologi penelitian, analisis data terapan, dan pengalaman penelitian praktis yang relevan dengan psikologi kuantitatif. Pendidikan PascasarjanaPsikolog kuantitatif memiliki jenjang pendidikan studi doktor dan studi pascasarjana. Hal ini dipengaruhi oleh sifat interdisipliner dan orientasi penelitian universitas, sehingga program-program tersebut dapat diakomodasi baik di fakultas pendidikan maupun di departemen psikologi. Program-program yang secara khusus menitikberatkan pada penelitian pendidikan dan psikometri seringkali menjadi bagian integral dari departemen pendidikan atau psikologi pendidikan. Dengan demikian, program-program ini dapat diidentifikasi dengan sebutan yang beragam, seperti "metode penelitian" atau "metode kuantitatif", yang tercermin dalam gelar doktor atau Ph.D. "Metodologi Penelitian dan Evaluasi" dari University of Florida atau gelar "Metode Kuantitatif" di University of Pennsylvania. Meski demikian, beberapa universitas dapat memiliki program terpisah di dalam dua fakultas yang berbeda. Sebagai contoh, University of Washington menawarkan gelar "Psikologi Kuantitatif" di departemen psikologi dan gelar Ph.D. "Pengukuran & Statistik" secara terpisah di fakultas pendidikan mereka. Sementara itu, beberapa program, seperti Ph.D. dalam Ilmu Psikologi di Vanderbilt University, diakomodasi secara bersama-sama di dua departemen psikologi.[7] Bidang penelitianPsikolog kuantitatif pada umumnya memiliki fokus utama dalam bidang tertentu.[8] Beberapa area penelitian yang signifikan dalam psikometri mencakup teori respons item dan uji adaptif komputer, yang terfokus pada pengujian pendidikan dan kecerdasan. Bidang penelitian lain mencakup pemodelan proses psikologis melalui analisis deret waktu, seperti pada pengumpulan data Imaging Resonansi Magnetik Fungsional (IMRF), serta pemodelan persamaan struktural, analisis jaringan sosial, ilmu pengambilan keputusan manusia, dan genetika statistik. Dua jenis tes dari tes psikometrik mencakup tes bakat, yang bertujuan mengukur kesesuaian kecerdasan intelektual, dan tes kepribadian yang ditujukan untuk menilai karakter, temperamen, dan bagaimana subyek menangani permasalahan. Teori respons item merujuk pada penerapan model matematika terkait pada data pengujian. Karena dianggap lebih unggul dibandingkan dengan teori teori tes klasik, metode ini menjadi pilihan utama untuk mengembangkan skala di Amerika Serikat, terutama dalam konteks ujian berstandar tinggi seperti Ujian Rekam Kelulusan (GRE) dan Ujian Penerimaan Manajemen Pascasarjana (GMAT). Organisasi ProfesionalPsikologi kuantitatif memiliki organisasi profesi psikologi di Indonesia yaitu Asosiasi Psikometrika Indonesia (APSIMETRI-HIMPSI) yang secara resmi berdiri pada tanggal 14 Agustus 2018 di Universitas Hang Tuah, Surabaya.
Referensi
|