Proyek Pembangunan dan Konservasi Terpadu Sulawesi Tengah
Proyek Pembangunan dan Konservasi Terpadu Sulawesi Tengah (bahasa Inggris: Central Sulawesi Integrated Area Development and Conservation Project) atau disingkat CSIADSP, adalah sebuah program yang diluncurkan Pemerintah Indonesia. Pada tanggal 27 Januari 1998, Bank Pembangunan Asia (ADB) menyetujui pinjaman sebesar $32 juta dari sumber modal biasa untuk mendukung Proyek Pembangunan dan Konservasi Terpadu Sulawesi Tengah di Indonesia. Sejalan dengan pinjaman ADB, United States Agency for International Development (USAID) dan The Nature Conservancy (TNC) menyediakan $1,37 juta sebagai hibah untuk mendukung salah satu komponen proyek. Tujuan proyek adalah untuk memperbaiki kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat pedesaan di sekitar Taman Nasional Lore Lindu, dan melindungi sumber daya keanekaragaman hayati di Taman Nasional.[1] SejarahRencana induk 25 tahun yang dirancang pada tahun 1995 disetujui secara formal oleh Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (DGFPNC) Kementerian Kehutanan pada bulan Juni 2004. Sampai saat itu, DGFPNC mempersiapkan dan melaksanakan rencana kerja tahunan dalam kerangka draf rencana utama. Rencana lima tahun 2005 hingga 2009 disetujui pada bulan November 2004 dan sedang dalam pelaksanaannya. Serangkaian pelatihan telah dilakukan untuk melatih penjaga hutan dan masyarakat lokal dalam pemeliharaan batas hutan, sistem patroli, dan kesadaran konservasi dan kelangsungan hidup hutan. Inventarisasi sumber daya dan pemetaan Taman Nasional dengan menggunakan fasilitas sistem informasi geografis telah dilakukan, dan rencana sedang diselesaikan untuk melakukan penilaian yang lebih komprehensif dengan partisipasi masyarakat lokal yang dimulai pada tahun 2009. Sebuah kantor lapangan dan rumah staf dibangun di Taman Nasional, namun fasilitas tersebut dibakar oleh para perusuh pada tahun 2002.[2] Wilayah proyekWilayah proyek terdiri dari lima kecamatan administratif (sekarang telah terbagi menjadi 13 kecamatan), meliputi 220.000 hektar (ha) kawasan taman dan sekitar 117 desa di Kabupaten Poso dan Kabupaten Donggala (sekarang menjadi wilayah Kabupaten Sigi) di provinsi Sulawesi Tengah.[3] Sebanyak 122.000 orang yang ditargetkan (sekitar 24.000 rumah tangga) di wilayah proyek ini memiliki beragam budaya, dengan sekitar 68% berasal dari komunitas budaya asli. Sekitar 60% dari mereka berada di zona penyangga taman nasional, yaitu di sepanjang atau di dekat batas Taman Nasional dengan akses mudah ke sumber daya Taman Nasional. Wilayah proyek juga menarik perhatian karena masalah kesehatan masyarakat. Ini adalah satu-satunya wilayah di Indonesia tempat schistosomiasis (penyakit parasit yang ditularkan melalui air) bersifat endemik. Penyakit ini ditularkan melalui populasi siput yang ditemukan di dua daerah berawa yang bersebelahan dengan Taman Danau Lindu dan Lembah Napu. Populasi manusia yang rentan di kedua wilayah ini berjumlah sekitar 10.000 orang.[4] Total biaya proyek diperkirakan setara dengan $54,7 juta, dengan $17,3 juta merupakan biaya devisa. ADB menyediakan pinjaman sebesar $33 juta dengan jangka waktu amortisasi 25 tahun termasuk tenggang waktu 7 tahun (setara dengan periode pelaksanaan proyek).[5] Referensi
Daftar pustaka
|