Protokol Para Tetua SionProtokol Para Tua-tua (yang Terpelajar) Sion, juga dikenal sebagai Protokol para Sesepuh Sion atau Protokol para Bijak Sion atau Protokol Sion (bahasa Rusia: "Протоколы Сионских мудрецов" atau "Сионские Протоколы"), adalah sebuah teks yang konon menggambarkan sebuah rancangan oleh orang-orang Yahudi untuk mencapai dominasi global. Berbagai investigasi yang independen [1] telah berulang-ulang kali membuktikan dokumen ini sebagai sebuah hoax atau berita bohong; yang paling menonjol adalah serangkaian artikel yang diterbitkan dalam The Times, London pada 1921 mengungkapkan bahwa banyak dari bahan-bahan yang digunakan dalam Protokol itu merupakan jiplakan dari sebuah sindiran politik yang telah beredar sebelumnya yang tidak mengandung tema Anti-Semit. Karena Protokol ini muncul pada permulaan abad ke-20, penerbit-penerbit awalnya memberikan kesaksian yang kabur dan sering kali kontradiktif tentang bagaimana cara mereka memperoleh salinan dari naskah asli yang didesas-desuskan itu.[2] Namun, sebagian orang tetap menganggap bahwa Protokol ini adalah bukti tentang suatu persekongkolan, khususnya di belahan dunia di mana anti-Semitisme berkembang luas. Teks ini juga sering kali dikutip dan diterbitkan ulang oleh orang-orang anti-Semitis, dan kadang-kadang digunakan sebagai bukti tentang persekongkolan Yahudi, khususnya di Timur Tengah.[3] Protokol ini secara luas dianggap sebagai permulaan dari literatur teori persekongkolan masa kini,[4] dan mengambil bentuk sebuah pedoman instruksi kepada seorang anggota baru dari para "Tua-tua," yang menggambarkan bagaimana mereka akan mengelola dunia melalui pengendalian terhadap media dan keuangan, dan menggantikan tatanan tradisional yang ada dengan tatanan yang baru yang didasarkan pada manipulasi massa. Karya ini dipopulerkan oleh mereka yang menentang gerakan revolusioner, dan disebarkan lebih jauh setelah Revolusi Rusia 1905, dan menjadi terkenal di seluruh dunia setelah Revolusi Oktober Bolshevik 1917, ketika gagasan bahwa Bolshevisme merupakan suatu persekongkolan untuk dominasi dunia memicu minat yang meluas terhadap Protokol. Selain itu, Depresi Besar merupakan perkembangan penting dalam sejarah Protokol, dan meningkatkan perhatian orang kepadanya meskipun tidak pernah ada verifikasi mengenai keabsahannya. Teks ini diedarkan luas di Barat pada 1920-an dan 1930-an, dan sementara Protokol ini makin jarang dipergunakan sebagai alat propaganda setelah kalahnya Nazi dalam Perang Dunia II, dokumen ini masih sering digunakan sebagai senjata dari anti-Semitisme masa kini. Asal usul dan isiIronisnya, keseluruhan temanya tidak jauh dari surat yang sangat sarkastik yang berjudul Tanggapan Orang-orang Yahudi Konstantinopel, yang telah muncul lebih dari 400 tahun sebelum Protokol.[5] Namun, banyak dari teks di dalam Protokol tampaknya dijiplak langsung dari sebuah pamflet tahun 1864, Dialogue aux enfers entre Machiavel et Montesquieu ( Dialog di Neraka antara Machiavelli dan Montesquieu), yang ditulis oleh satiris Prancis Maurice Joly. Tulisan Joly menyerang ambisi-ambisi politik Napoleon III dengan menggunakan para perancang iblis di neraka yang mewakili pandangan-pandangan Napoleon. Joly sendiri tampaknya telah meminjam bahannya dari sebuah novel populer oleh Eugène Sue, The Mysteries of the People ("Misteri Orang-orang"), sementara para perancangnya adalah kaum Yesuit. Orang-orang Yahudi tidak muncul di kedua karya tersebut. Karena saat itu orang dilarang mengkritik monarki, Joly mencetak pamfletnya di Belgia, dan kemudian berusaha menyelundupkannya kembali ke Prancis. Polisi menyita semua salinan yang dapat mereka temukan, dan kemudian melarang peredarannya. Setelah terbukti pamflet-pamflet itu berasal dari Joly, ia diadili pada 25 April 1865, dan dijatuhi hukuman 15 bulan penjara. Novel fiktif Hermann Goedsche pada 1868, Biarritz, dengan tema anti-Semitisnya yang kuat, menyumbangkan gagasan lain yang mungkin telah mengilhami penulisan Protokol. Dalam pasal, "Di kuburan Yahudi di Praha", Goedsche menulis tentang sebuah pertemuan di malam hari antara anggota-anggota sebuah kabal rabinik misterius, dan melukiskan bagaimana di tengah malam, Iblis muncul di hadapan orang-orang yang berkumpul atas nama Keduabelas suku Israel untuk merancang suatu "persekongkolan Yahudi". Gambarannya serupa dengan adegan dalam buku Alexandre Dumas, Joseph Balsamo, di mana Cagliostro dan kelompoknya merancang masalah kalung permata. Dengan Biarritz yang muncul pada saat yang lebih kurang bersamaan dengan Dialog di Neraka antara Machiavelli dan Montesquieu, ada kemungkinan bahwa Goedsche diilhami oleh gagasan-gagasan dalam pamflet Joly, khususnya dalam menggambarkan secara rinci hasil dari pertemuan rahasia kabal tersebut.[6] Goedsche, seorang reaksioner kepada kejadian-kejadian 1848, kehilangan pekerjaannya di dinas pos Prusia setelah ia memalsukan bukti-bukti untuk menuduh keterlibatan pemimpin demokratis Benedict Waldeck dalam bersekongkol melawan raja. Setelah dipecat, Goedsche memulai kariernya sebagai seorang kolumnis konservatif, sementara pada saat yang sama juga memproduksi karya sastra dengan menggunakan nama pena Sir John Retcliffe.[7] Lihat pula
Pranala luar
Referensi
|