Prenjak (film)
Prenjak adalah film pendek Indonesia tahun 2016 yang ditulis dan disutradarai oleh Wregas Bhanuteja. Pada 2016, film ini menjadi film Indonesia yang memenangkan penghargaan di Festival Film Cannes. Alur ceritaFilm ini dibuat berdasarkan praktek kearifan lokal yang populer pada tahun 1980 hingga 1990an di Yogyakarta tentang kegiatan seorang wanita penjual wedang rondhe yang membolehkan seorang pria melihat organ intimnya dengan menyalakan korek di tempat gelap demi uang.[1][3] Namun dalam film diceritakan bahwa tokoh wanitanya, Diah (Rosa Winenggar) adalah seorang karyawan restoran. Ia mengizinkan Jarwo (Yohanes Budyambara) untuk melihat organ intimnya dengan menggunakan media korek demi imbalan uang yang besar, mengikuti konteks modern.[1] Pemeran
ProduksiPrenjak adalah nama spesies burung di Yogyakarta yang diambil dari bahasa Jawa.[3] Proses pengambilan adegan dilakukan selama dua hari di Yogyakarta pada Februari 2016 dengan melibatkan teman-teman Wregas sebagai anggota kru dan para pemerannya.[4] Dengan anggaran sebesar Rp3 juta dari Studi Batu, sebuah komunitas film di Yogyakarta.[1][2] PenerimaanPrenjak didaftarkan di Festival Film Cannes 2016 tiga hari sebelum penutupan. Film ini kemudian memenangkan Leica Cine Discovery Prize.[4] Atas kemenangan tersebut, prenjak menjadi film Indonesia pertama yang menang di kategori apapun di Festival Film Cannes.[5] Menurut Femina, Charles Tesson memuji Prenjak sebagai "film yang memiliki puisi yang mendalam."[6] Sementara dikutip dari Rappler, Charles menambahkan bahwa film ini "gelap dan kasar, tentang bagaimana menyambung hidu sama dengan permainan korek api.". Rappler juga mengutip Marie-Paulline Molaret, salah satu juri festival yang mengatakan bahwa "Wregas menghilangkan kesan buruk dari menginti dan membuatnya sebagai sesatu yang puisi yang lembut dan menghibur."[7] Setelah kemenangan di festival internasional, Prenjak kemudian ditayangkan oleh Kinosaurus, sebuah bioskop mini di Jakarta.[3] Film ini juga sempat diputar di Institut Francais Indonesia Jakarta pada 2 Juni 2016.[8] Pangerang yang menulis untuk Kompas menyamakan Prenjak sebagai komedi gelap yang menampilkan kisah sedih dari seorang wanita dengan komedi yang sederhana.[9] Sementara Ratnaning yang menulis untukLiputan6.com mengklaim bahwa kesederhaan dari "plot, latar dan teknik pengambilan adegan film" membuat filmnya menjadi natural dan dekat dengan penonton.[10] PenghargaanPrenjak memenangkan Leica Cine Discovery Prize di Festival Film Cannes 2016.[4] Pada tahun yang sama, film ini juga meraih penghargaan untuk kategori film pendek terbaik di Festival Film Indonesia 2016.[11] Referensi
Pranala luar |