Dukuh Plumpungan, Kelurahan Kauman Kidul, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah
Tanggal SK
Surat Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan Kota Salatiga No. 432/022/417 tanggal 30 Juli 2019
Pemilik
Pemerintah Kota Salatiga
Pengelola
Dinas Perhubungan, Komunikasi, Kebudayaan, dan Pariwisata Kota Salatiga
Prasasti Plumpungan atau Prasasti Hampran adalah objek kepurbakalaan berupa batu bertulis yang berada di Dukuh Plumpungan, Kelurahan Kauman Kidul, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah. Prasasti itu tertulis dalam batu besar berjenis andesit berukuran panjang 170 cm dan lebar 160 cm dengan garis lingkar 5 meter. Prasasti berangka tahun 750 Masehi (672 Syaka) ini dipercaya sebagai asal mula Kota Salatiga.
Isi dari Prasasti Plumpungan ditulis dalam bahasa Sanskerta, menggunakan aksara Jawa Kuna. Tulisannya ditatah dalam petak persegi empat bergaris ganda yang menjorok ke dalam dan keluar pada setiap sudutnya.
Dengan demikian, pemberian tanah perdikan (daerah bebas pajak) merupakan peristiwa yang sangat istimewa dan langka, karena hanya diberikan kepada desa-desa yang benar-benar berjasa kepada raja. Untuk mengabadikan peristiwa itu maka raja menulis dalam Prasasti Plumpungan: Çrir Astu Swasti Prajabhyah, ungkapan bahasa Sanskerta yang berarti "semoga bahagia, selamatlah rakyat sekalian". Ditulis pada hari Jumat, tanggal 24 Juli tahun 750 Masehi.
Perdikan berarti suatu daerah dalam wilayah kerajaan tertentu. Daerah ini dibebaskan dari segala kewajiban pajak atau upeti karena daerah tersebut memiliki kekhususan tertentu, daerah tersebut harus digunakan sesuai dengan kekhususan yang dimiliki. Wilayah perdikan diberikan oleh Beliau bernama Bhanu meliputi Salatiga dan sekitarnya.
Menurut analisis, prasasti Plumpungan berisi ketetapan hukum mengenai status sebidang tanah perdikan atau swantantra bagi Desa Hampra. Pada zamannya, penetapan ketentuan Prasasti Plumpungan ini merupakan peristiwa yang sangat penting, khususnya bagi masyarakat setempat. Penetapan prasasti merupakan titik tolak berdirinya daerah Hampra secara resmi sebagai daerah perdikan atau swantantra. Desa Hampra tempat prasasti itu berada kini masuk wilayah administrasi Kota Salatiga. Dengan demikian daerah Hampra yang diberi status sebagai daerah perdikan yang bebas pajak pada zaman pembuatan prasasti itu adalah daerah Salatiga sekarang ini.
Konon, para pakar telah memastikan bahwa penulisan Prasasti Plumpungan dilakukan oleh seorang citralekha (penulis) disertai para pendeta (resi). Beliau bernama Bhanu yang disebut-sebut dalam prasasti tersebut adalah seorang pemimpin wilayah pada zamannya yang banyak memperhatikan nasib rakyatnya.[1][2][3][4][5][6][7][8][9][10][11][12]
Semoga bahagia ! Selamatlah rakyat sekalian ! Tahun Saka telah berjalan 672/4/31 (24 Juli 750 M) pada hari Jumat;
Tengah hari;
Dari Beliau, demi agama untuk kebaktian kepada yang Maha Tinggi ( Isya) telah menganugerahkan sebidang tanah atau taman, agar memberikan kebahagiaan kepada mereka;
yaitu Desa Hampra yang terletak di wilayah Trigramyama (Salatiga) dengan persetujuan dari Siddhdewi (Sang Dewi yang Sempurna atau Mendiang) berupa daerah bebas pajak atau perdikan;
ditetapkan dengan tulisan aksara atau prasasti yang ditulis menggunakan ujung mempelam;
dari Beliau yang bernama Bhanu. (Dan mereka) dengan bangunan suci atau candi ini. Selalu menemukan hidup abadi.[13]
Degroot, Véronique (2009). Candi, Space, and Landscape: A Study on the Distribution, Orientation, and Spatial Organization of Central Javanese Temple Remains. Leiden: Sidestone Press. ISBN978-908-8900-39-6.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Kridalaksana, Harimurti (2008). Kamus Linguistik (Edisi Keempat). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. ISBN978-979-2235-70-8.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Masyarakat Pernaskahan Nusantara (1997). Tradisi Tulis Nusantara. Depok: Masyarakat Pernaskahan Nusantara. ISBN978-979-9525-10-9.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Phalgunadi, I Gusti Putu (1991). Evolution of Hindu Culture in Bali: From the Earliest Period to the Present Time. New Delhi: Sundeep Prakashan. ISBN978-818-5067-65-0.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Poesponegoro, Marwati Djoened; Notosusanto, Nugroho (2008). Sejarah Nasional Indonesia: Zaman Kuno. Jakarta: Balai Pustaka. ISBN978-979-4074-08-4.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Prakosa, Abel Jatayu (2017). Diskriminasi Rasial di Kota Kolonial: Salatiga 1917–1942. Semarang: Sinar Hidoep. ISBN978-602-6196-60-6.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Sindunegara, Karyana (1998). Pengaruh Matra Sansekerta di Indonesia. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. ISBN978-979-8949-93-7.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Soekmono, R. (1995). The Javanese Candi: Function and Meaning. Leiden: E.J. Brill. ISBN978-900-4102-15-6.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Sukatno, Otto; Mulyono, Untung (2018). Kitab Para Raja Pararaton: Menguak Jejak Genealogi Sejarah Wangsa Jawa dari Tarumanegara Hingga Majapahit. Bandung: Nusa Media. ISBN978-602-6913-43-2.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Supangkat, Eddy (2012). Salatiga: Sketsa Kota Lama. Salatiga: Griya Media. ISBN978-979-7290-68-9.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Supangkat, Eddy (2020). Ensiklopedia Salatiga. Salatiga: Griya Media. ISBN978-623-7528-43-2.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Wulandari, Ari (2011). Batik Nusantara: Makna Filosofis, Cara Pembuatan, dan Industri Batik. Yogyakarta: Penerbit Andi. ISBN978-979-2925-42-5.
Buku lama
Budiman, Amen (1980). Penggunaan Metodologi Metafisis dalam Penelitian Sejarah dan Tawarikh Wali Songo. Semarang: Tanjung Sari.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Handjojo, M.S. (1978). Riwayat Kota Salatiga. Salatiga: Sechan Press.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Harnoko, Darto, dkk (2008). Salatiga dalam Lintasan Sejarah. Salatiga: Dinas Pariwisata, Seni, Budaya, dan Olah Raga Kota Salatiga.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Hartono, Yudi, dkk (2002). Agama dan Relasi Sosial: Menggali Kearifan Dialog. Yogyakarta: LKIS.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Hatmadji, Tri, dkk (2009). "Cagar Budaya Salatiga". Klaten: Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah.
Kartoatmadja, dkk (1995). Hari Jadi Kota Salatiga 24 Juli 750. Salatiga: Pemerintah Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Oemar, Mohammad, dkk (1978). Sedjarah Daerah Jawa Tengah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Proyek Penelitian Purbakala (1992). 50 Tahun Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional 1913–1963. Jakarta: Proyek Penelitian Purbakala Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Purnomo, Daru, dkk (2015). Kajian Pemekaran Kota Salatiga. Salatiga: Pusat Kajian Kependudukan dan Pemukiman Fakultas Ilmu Sosial dan Komunikasi Universitas Kristen Satya Wacana.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Rahardjo, Slamet, dkk (2013). Sejarah Bangunan Cagar Budaya Kota Salatiga. Salatiga: Pemerintah Daerah Kota Salatiga.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)