Port Royal
Port Royal adalah sebuah kota yang pernah menjadi kota terbesar, pusat perkapalan dan perdagangan di Laut Karibia, Jamaika pada abad ke-17. Didirikan pada tahun 1494 oleh Spanyol.[1] Pada saat itu, kota ini menjadi kota "paling kaya sekaligus paling terkutuk" di seluruh dunia. Disebut terkutuk karena moral penduduk di kota ini sudah sebegitu hancur dan menjadi sarang bajak laut yang ingin menyimpan dan menghabiskan harta mereka. Pada abad ini pula, kerajaan Inggris Raya secara aktif mendorong bahkan membayar para buccaneer yang tinggal di Port Royal untuk menyerang kapal Spanyol dan Prancis yang sedang berlayar. Sebuah gempa bumi berkekuatan besar menghancurkan kota ini pada tanggal 7 Juni 1692 yang menyebabkan 2/3 bagian dari kota tenggelam ke Laut Karibia hingga 25 kaki (sekitar 8 meter) di bawah permukaan laut. Setelah peristiwa tersebut, para arkeologis menyebut kota ini sebagai kota yang tenggelam (City that sank). Berbagai artefak dan harta yang terkandung di dalamnya, menjadikan kota ini sebagai salah satu situs arkeologi bawah laut paling penting di dunia barat (Western hemisphere). Gempa hebat lainnya juga pernah terjadi pada tahun 1907. Port Royal pernah menjadi rumah bagi privateer yang didorong untuk menyerang kapal Spanyol, pada saat negara-negara Eropa yang lebih kecil enggan menyerang Spanyol secara langsung. Sebagai kota pelabuhan, kota ini terkenal karena pamer kekayaan dan moralnya yang mencolok. Itu adalah homeport yang populer untuk privateer yang disponsori Inggris dan Belanda untuk menghabiskan harta mereka selama abad ke-17. Ketika pemerintah tersebut meninggalkan praktik mengeluarkan surat merek kepada privateers terhadap armada harta dan harta benda Spanyol di akhir abad ke-16, banyak dari kru beralih menjadi bajak laut. Mereka terus menggunakan kota sebagai basis utama mereka selama abad ke-17. Bajak laut dari seluruh dunia berkumpul di Port Royal, datang dari perairan sejauh Madagaskar. Setelah bencana 1692, peran komersial Port Royal diambil alih oleh kota terdekat, kota Kingston. Sebuah rencana dikembangkan pada tahun 1999 untuk membangun kembali kota nelayan kecil sebagai tujuan wisata sejarah bagi kapal pesiar. Warisannya yang unik, dengan temuan arkeologis dari tahun-tahun pra-kolonial dan privateering menjadi dasar wisata.[1] Masa kolonialOrang TainoPenduduk asli Amerika, Taíno, menduduki daerah ini selama berabad-abad sebelum kedatangan pemukiman Eropa. Mereka menggunakan daerah tersebut, yang mereka sebut Caguay atau Caguaya,[2] sebagai daerah memancing. Meskipun tidak diketahui apakah mereka pernah menetap di tempat itu, namun mereka memang menghuni bagian lain Jamaika.[3] Kedatangan SpanyolOrang Spanyol pertama kali mendarat di Jamaika pada tahun 1494 di bawah kepemimpinan Christopher Columbus, yang menyebabkan kehancuran penduduk Taino. Pemukiman permanen dibangun ketika Juan de Esquivel membawa sekelompok pemukim pada tahun 1509. Mereka datang untuk mencari tanah baru dan sumber daya berharga, seperti emas dan perak. Sebaliknya mereka mulai membudidayakan dan mengolah tebu. Sama seperti Taino sebelum mereka, Spanyol tampaknya tidak banyak menggunakan area Port Royal. Namun, mereka tetap mempertahankan nama Taino-nya.[2] Spanyol menguasai sebagian besar Jamaika sehingga dapat mencegah negara-negara lain mendapatkan akses ke pulau itu, yang terletak secara strategis di dalam jalur perdagangan Karibia. Spanyol mempertahankan kendali atas pulau itu selama 146 tahun, sampai Inggris mengambil kendali setelah invasi mereka pada 1655. Kedatangan InggrisKota ini direbut oleh Inggris pada tahun 1655 selama invasi Jamaika.[3][4] Pada tahun 1659 dua ratus rumah, toko dan gudang telah dibangun di sekitar benteng; pada 1692 lima benteng mempertahankan pelabuhan.[5] Orang Inggris awalnya menyebut tempat itu Cagway tetapi segera menamainya Port Royal.[2] Untuk sebagian besar periode antara penaklukan Inggris dan gempa bumi 1692, Port Royal menjabat sebagai ibu kota tidak resmi Jamaika, sementara Spanish Town tetap menjadi ibu kota resmi. Pada tahun 1872 pemerintah menunjuk Kingston, kota terbesar, sebagai ibu kota.[6] Referensi
Pranala luar
|