Pondok Pesantren Sidogiri
Pondok Pesantren Sidogiri adalah pondok pesantren yang terletak di Sidogiri, Pasuruan. Pondok Pesantren Sidogiri didirikan pada awal abad ke-18, menjadikan Sidogiri sebagai salah satu pondok pesantren tertua di Indonesia.[2] SejarahMasa awalDesa Sidogiri didirikan oleh Sayyid Sulaiman, seorang Sayyid Hadrami bermarga Basyaiban yang berkerabat dengan Sultan Cirebon dari pihak ibu.[3] Sayyid Sulaiman mendirikan pondok pesantren di Sidogiri dengan bantuan Kiai Aminullah, santri dan menantu Sayyid Sulaiman dari Bawean.[4] Ada dua versi mengenai tahun pendirian Pondok Pesantren Sidogiri. Pertama, dalam catatan yang ditulis Panca Warga pada 1963, pondok pesantren didirikan pada 1718. Kedua, dalam surat bertahun 1971 yang ditandatangani oleh K.A. Sa'doellah Nawawie, tertulis Pondok Pesantren Sidogiri memperingati milad ke-226 pada tahun tersebut, menyiratkan bahwa pondok pesantren didirikan pada 1745. Versi kedua ini kemudian menjadi patokan hari ulang tahun dan ikhtibar Pondok Pesantren Sidogiri.[5] PerkembanganPada 14 Safar 1357 (15 April 1938), K.H. Abdoel Djalil bin Fadlil menerapkan pengajaran dengan dua sistem, yakni ma'hadiyah dan madrasiyah. Ma'hadiyah adalah sistem pesantren salaf yang sudah lama diterapkan di Sidogiri, sedangkan madrasiyah adalah sistem madrasah dengan kelas, dikenal dengan nama Madrasah Miftahul Ulum (MMU).[6] Sejak 1961, murid tingkat akhir MMU Tsanawiyah diwajibkan menjadi guru agama di berbagai daerah di Indonesia selama setahun untuk memperoleh ijazah kelulusan. Pada 1982, MMU Aliyah dibuka sebagai lanjutan MMU Tsanawiyah. MMU kini terdiri dari empat jenjang: istidadiyah, ibtidaiyah, tsanawiyah, dan aliyah.[7] Selain pembentukan MMU, Pondok Pesantren Sidogiri juga membuka beberapa madrasah ranting. Gagasan ini dicetuskan oleh K.H. Sa'doellah Nawawie pada 1961, dengan madrasah ranting pertama dibuka di Jeruk, Pasuruan. Madrasah-madrasah ranting kemudian juga dibuka di luar Pasuruan, sehingga dibuat pengelompokan menjadi MMU A di wilayah Kabupaten Pasuruan dan MMU B di luar Kabupaten Pasuruan.[8] Pada masa kepengasuhan K.H. Cholil Nawawie, K.H. Hasani Nawawie mengusulkan agar dibentuk wadah musyawarah keluarga yang dapat membantu pengasuh selama bertugas. Setelah usul itu disepakati, dibentuklah satu wadah yang diberi nama Panca Warga. Anggotanya adalah lima putra laki-laki KH. Nawawie bin Noerhasan, yakni, K.H. Noerhasan Nawawie, K.H. Cholil Nawawie, K.H. Siradj Nawawie, K.A. Sa'doellah Nawawie, dan K.H. Hasani Nawawie. Setelah tiga anggota Panca Warga wafat, K.H. Siradj Nawawie membentuk wadah baru, Majelis Keluarga, dengan anggota terdiri dari cucu-cucu laki-laki K.H. Nawawie bin Noerhasan. Rais Majelis Keluarga pertama sekaligus pengasuh adalah K.H. Abdul Alim Abdul Djalil, sedangkan K.H. Siradj Nawawie dan K.H. Hasani Nawawie sebagai penasehat.[9] PimpinanUrutan pengasuh Sidogiri sampai sekarang adalah sebagai berikut.[3]
PendidikanKegiatanKegiatan di Pondok Pesantren Sidogiri dibagi menjadi dua macam, yaitu kegiatan ma’hadiyah yang diikuti oleh santri mukim[10] dan kegiatan madrasiyah yang diikuti oleh seluruh santri baik mukim atau tidak.[11] Kegiatan madrasiyah mencakup pengajian al-Qur'an dan kitab kuning, sedangkan kegiatan ma'hadiyah melingkupi salat berjamaah, hafalan nazam dan al-Qur'an, serta pembacaan wirid, selawat, dan burdah maulid.[12] Media dan penerbitanPerkembangan media di PPS dimulai dari terbitnya Majalah Ijtihad pada 1414 H (1994 M) yang dikelola oleh murid-murid MMU Aliyah. Jumlah media di PPS semakin bertambah sehingga untuk mengatur seluruh media tersebut, dibentuklah Badan Pers Pesantren (BPP) pada 2007.[13] Situs web resmi PPS pertama kali diluncurkan pada 1999.[3] Kitab pertama yang diketahui terbit di Sidogiri adalah Murajaat at-Thalabah yang berisi hasil bahtsul masail di Sidogiri pada 1986. Seiring banyaknya kitab di Sidogiri yang diterbitkan secara pribadi, pihak pesantren pada 2006 memutuskan untuk membentuk badan penerbitan dengan nama Pustaka Sidogiri Assalafi, kini berkembang menjadi Sidogiri Penerbit.[14] Annajah Center SidogiriSalah satu ekstrakurikuler yang menjadi unggulan di Pondok Pesantren Sidogiri adalah Annajah yang sudah berjalan sejak 1964. Annajah bertujuan untuk mengkaji paham dan amalan Aswaja serta meneliti aliran-aliran yang dipandang menyimpang seperti Syiah, Wahhabiyah, dan Liberalisme Islam.[12] Pada 1433-1434 H (2012 M), kaderisasi Annajah bertransformasi menjadi Annajah Center Sidogiri atas prakarsa Mas D. Nawawie Sa'doellah dan menyebarkan hasil kajian mereka ke media cetak dan elektronik.[15][16] Ekonomi dan sosialPondok Pesantren Sidogiri dikenal mandiri dalam hal finansial sehingga bantuan dari pemerintah beberapa kali ditolak oleh pihak pesantren.[17] Sebagian besar pemasukan PPS berasal dari Koperasi Pesantren (Kopontren) Sidogiri yang sudah eksis sejak 1961.[18] Kopontren Sidogiri memiliki beberapa unit usaha dengan jaringan yang luas di Jawa Timur, antara lain Toko Basmalah (bisnis ritel), Santri (air minum dalam kemasan), dan Sidogiri Excellent Center (konsultasi bisnis syariah).[19][20] Selain Kopontren Sidogiri, PPS juga disokong oleh koperasi-koperasi yang dibentuk oleh alumni Sidogiri, yakni Koperasi BMT UGT Nusantara dan Koperasi BMT Maslahah.[21] PPS memiliki lembaga yang mengatur zakat, infak, dan sedekah, yakni Lembaga Amil Zakat (LAZ) Sidogiri. LAZ dibentuk pada 2005, awalnya dengan nama Lembaga Amil Zakat, Infak, Sedekah, dan Wakaf (LAZISWA) Sidogiri.[22] Pada 2015, pengurusan wakaf diserahkan kepada lembaga tersendiri, yakni Lembaga Wakaf (L-KAF) Sidogiri.[23] AlumniAlumni PPS terhimpun dalam Ikatan Alumni Santri Sidogiri (IASS) yang dibentuk pada 2001.[24] Berikut adalah beberapa lulusan Sidogiri yang terkenal.
Catatan kakiRujukan
Daftar pustaka
Pranala luar |