Pondok Pesantren Lirboyo
Pondok Pesantren Lirboyo didirikan pada tahun 1910 M oleh K.H. Abdul Karim yang saat ini berada di bawah pimpinan salah satu cucunya, K.H. M. Anwar Manshur. Pondok pesantren yang berlokasi di Kelurahan Lirboyo, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri ini berafiliasi kuat kepada organisasi Nahdlatul Ulama dan berdiri sebagai pesantren berbasis salaf, yakni pesantren yang menekankan pada kemampuan membaca dan mengkaji kitab salaf (kitab kuning). Pesantren ini menjadi salah satu pesantren terbesar di Indonesia dan menjadi salah satu pusat studi Islam sejak puluhan tahun sebelum kemerdekaan Indonesia. Bahkan di peristiwa-peristiwa kemerdekaan, Pesantren Lirboyo selalu terlibat dalam pergerakan perjuangan dengan mengirimkan santri-santrinya ke medan perang, seperti Pertempuran 10 November di Surabaya.[1][2] SejarahPondok Pesantren Lirboyo didirikan oleh K.H. Abdul Karim yang pada mulanya bertempat tinggal di Desa Lirboyo (sekarang Kelurahan Lirboyo) pada tahun 1910 M. Sebelum menetap di Desa Lirboyo, ia mengajar di Pondok Pesantren Tebuireng asuhan K.H. M. Hasyim Asy'ari yang juga menjadi teman sebaya ketika berguru di Syaikhona Kholil Bangkalan, lalu K.H. Abdul Karim menikah dengan Nyai Khodijah binti K.H. Sholeh dari Banjarmlati, Kediri. Sejak pernikahan itulah K.H. Abdul Karim menetap di Desa Lirboyo. Berpindahnya K.H. Abdul Karim dari Tebuireng ke Desa Lirboyo disebabkan oleh adanya dorongan dari mertuanya (K.H. Sholeh) dengan harapan agar syi'ar dan dakwah Islam menjadi lebih luas.[3] Kemudian atas keinginan dan inisiatif dari K.H. Abdul Karim, dengan didukung oleh mertuanya, maka K.H. Abdul Karim mendirikan sebuah pondok untuk mengajarkan dan menyebarkan ajaran Islam kepada siapapun yang ingin mencari ilmu. Santri pertamanya bernama Umar dari Madiun, lalu Yusuf, Sahil, dan Somad dari Magelang, dan Syamsudin dari Gurah, Kediri. Hari demi hari hingga bertahun-tahun, Pondok Pesantren Lirboyo semakin banyak memiliki santri dan mulai dikenal oleh warga baik di Kediri maupun dari luar Kediri.[4] Pada tahun 1913, K.H. Abdul karim membangun sebuah masjid di dalam wilayah pondok dengan tujuan sebagai sarana beribadah. Hingga saat ini, masjid tersebut masih ada dengan tetap bernama Masjid Lawang Songo, sebab jumlah pintu (lawang) masjid itu berjumlah sembilan.[3] Hingga saat ini, keberadaan Pondok Pesantren Lirboyo sangat berkembang pesat menjadi pusat studi Islam klasik ala pesantren yang usianya sudah menginjak lebih dari satu abad. Dalam peristiwa-peristiwa sejarah Indonesia, Pondok Pesantren Lirboyo selalu terlibat dan ikut andil dalam pergerakan perjuangan dengan mengirimkan santri-santrinya ke medan perang seperti peristiwa Pertempuran 10 November di Surabaya.[3] Sebagai salah satu pusat pendidikan agama Islam, Pesantren Lirboyo selalu mencetak kader-kader generasi agama dan bangsa yang mumpuni dalam berbagai bidang di dalam disiplin ilmu agama. Selain itu Pondok Pesantren Lirboyo juga tetap berpegang teguh pada pendidikan salaf (tradisional) dengan mengharmonisasikan antara budaya yang mampu mengisi modernisasi, serta telah terbukti bahwa Pondok Pesantren Lirboyo sudah melahirkan banyak tokoh-tokoh yang salih dalam bidang keagamaan, sekaligus salih dalam bidang intelektual. pengasuh
Daftar unitPondok unit =
Arti lambang
Universitas Islam Tribakti Lirboyo KediriPranala luarSitus resmi Pondok Pesantren Lirboyo Situs resmi Institut Agama Islam Tribakti Referensi
|