Pikul

Pikul

Penjual tahu gejrot yang menjual tahu dengan pikulan di Masjid Agung Sumber, Cirebon
Nama Tionghoa
Hanzi tradisional:
Hanzi sederhana:
Nama Indonesia
Indonesia: pikul
Nama Jepang
Kanji:
Hiragana: たん
Nama Korea
Hangul:
Hanja:
Nama Melayu
Melayu: pikul
Nama Vietnam
Vietnam: đảm

Pikul adalah satuan berat tradisional sekitar 62.5 kilogram, dipakai di Asia, ukuran berat pikul tidaklah tetap, pada umumnya beban 1 pikul ialah beban terberat di mana seorang manusia sanggup membawanya dengan cara memikul.[1] Satuan pikul biasanya dipakai pada kalangan buruh atau petani yang ada di Indonesia. Dalam tradisi masyarakat Tiongkok, pikul dikenal dengan sebutan tam (担)atau dalam bahasa Jepang disebut tan (担, たん). Satuan pikul sampai sekarang masih dipakai di Indonesia dan di negara-negara asia timur secara informal.[2]

Penggunaan

Secara informal, pikul juga dipakai untuk mengukur beban dalam perdagangan lokal dan internasional, pikul dianggap sebagai satuan berat yang mudah dan tidak perlu repot-repot untuk mengukur atau menimbangnya, dalam perdagangan satuan pikul harus digunakan dengan kesepakatan antara penjual dan pembeli.

Pikul juga digunakan sebagai unit rujukan yang mudah bagi banyak jurnal perdagangan komersial pada abad ke-19. Salah satu dari banyak contoh adalah yang dikutip pada Hunts Merchant Magazine 1859 memberikan tabel rinci harga yang diharapkan dari berbagai komoditas dan barang seperti kopi, misalkan satu pikul kopi Jawa dijual dengan harga sekitar 8 sampai 8,50 dolar Spanyol di Batavia (Jakarta) dan Singapura.[3]

Pikulan

Pikulan adalah alat ukur berupa kayu untuk membawa (menimbang) beban yang akan dipikul.[1][4]

Definisi

Pikul diperkirakan mulai dipakai di pulau Jawa sekitar pertengahan abad ke-9,[5] dengan definisi bahwa sepikul adalah suatu beban terberat yang bisa dibawa oleh manusia dengan cara memikul, yakni menggendongnya dengan bahu menggunakan pikulan atau tongkat pikul, sesuai dengan makna katanya secara harfiah pikul yakni menggendong beban di atas bahu.[1]

Dikarenakan tidak adanya aturan baku yang mengatur tentang satuan tradisional pikul, maka timbul berbagai permasalahan tentang penetapan berapa beban berat dalam satu pikul.

Di Indonesia umumnya sepikul disepadankan dengan berat beban sebesar 62,5 kg.[1] Namun pada zaman Hindia Belanda sampai akhir tahun 1831, sepikul diakui sebagai berat beban sebesar 60 kg.[6]

Pada zaman kekaisaran Cina, sepikul setara dengan berat 100 kati. Di Hong Kong satu pikul didefinisikan sebagai 60,478982 kilogram,[7] dan pada Ordinance 22: 1884, sepikul didefinisikan sebagai 133 ⅓ avoirdupois pound. Di Taiwan pikul diadopsi dengan definisi bahwa sepikul adalah setara dengan beban 60 kg.[8]

Sebelum mengadopsi sistem metrik, negara-negara di Asia Tenggara seperti Malaysia, Singapura, dan Brunei juga menggunakan satuan pikul.

Lihat pula

  • Kati: beban 100 kati sepadan dengan sepikul
  • Tahil: beban 1/16 kati
  • Pikulan: alat pikul

Referensi

  1. ^ a b c d "pikulan". Kamus KBBI Online, Makna Kata dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam bahasa Inggris). 2014-07-02. Diakses tanggal 2019-08-13. 
  2. ^ "Carian Umum". prpm.dbp.gov.my. Diakses tanggal 2019-08-29. 
  3. ^ Hunt's Merchants' Magazine and Commercial Review (PDF). 
  4. ^ "pikulan (indonesia) - Kamus SABDA". kamus.sabda.org. Diakses tanggal 2019-08-13. 
  5. ^ "Help". Oxford English Dictionary (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-08-13. 
  6. ^ Abdul Rasyid Asba. Kopra Makassar: perebutan pusat dan daerah: kajian sejarah ekonomi politik regional di Indonesia. Yayasan Obor Indonesia, 2007. 9789794616345. 318 pages quoting Algemen Verslag Resdientie Banoemas 1831: ANRIJ and ANRIJ Makassar 291/18: Chinne Verslag van de Havenmeester
  7. ^ "Hong Kong e-Legislation". www.elegislation.gov.hk. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-08-07. Diakses tanggal 2019-08-13. 
  8. ^ Weights and Measures in Use in Taiwan Diarsipkan 2010-12-29 di Wayback Machine. from the Republic of China Yearbook--Taiwan 2001.
Kembali kehalaman sebelumnya