PT Petrosea Tbk adalah perusahaan multi-disiplin yang bergerak di bidang kontrak Pertambangan, EPC serta jasa Minyak & gas bumi yang berkantor pusat di Tangerang Selatan. Untuk mendukung kegiatan bisnisnya, perusahaan ini juga memiliki kantor perwakilan di Balikpapan dan pusat pasokan lepas pantai di Sorong.[1][2]
Profil
Dengan jejak langkah lebih dari 50 tahun, Petrosea memiliki keunggulan yang terdapat pada kemampuannya untuk menyediakan jasa pertambangan terpadu pit-to-port, kemampuan rekayasa, pengadaan & konstruksi yang terintegrasi serta jasa logistik, dengan komitmen penuh terhadap penerapan keselamatan, kesehatan kerja & lingkungan, manajemen mutu dan integritas bisnis.
Petrosea mencapai sebuah jejak langkah bersejarah dengan menjadi perusahaan rekayasa & konstruksi pertama di Indonesia yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (IDX:PTRO) sejak tahun 1990. Saat ini Petrosea didukung penuh oleh pemegang saham utamanya, PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk, perusahaan Indonesia yang menjalankan kegiatan usaha di bidang aktivitas keuangan dan asuransi, serta aktivitas professional, ilmiah dan teknis.
Pada tahun 2019, Petrosea diseleksi oleh World Economic Forum dan dinobatkan sebagai satu-satunya perusahaan tambang dan satu satunya perusahaan milik Indonesia yang masuk ke dalam Global Lighthouse Network berkat kesuksesannya dalam mengimplementasikan teknologi Industri 4.0.
Perubahan Nama
21 Februari 1972 – PT Petro-Sea International Indonesia
15 Maret 1990 – PT Petrosea
26 Januari 1998 – PT Petrosea Tbk
Sejarah
Tahun
Deskripsi
1972
Perusahaan ini memulai sejarahnya di Jakarta pada tahun 1972 dengan nama "PT Petro-Sea International Indonesia".
Saham perusahaan dicatatkan di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya (kini Bursa Efek Indonesia) dengan kode perdagangan PTRO dan nama perusahaan diganti menjadi PT Petrosea Tbk.
2009
Pada akhir tahun 2009, Indika Energy resmi mengakuisisi 98,55% saham perusahaan.
2012
Untuk mematuhi peraturan Bapepam-LK mengenai pengambilalihan perusahaan publik, Indika Energy menjual kembali 28,75% saham perusahaan ke masyarakat.
Perusahaan meresmikan "Petrosea Offshore Supply Base" (POSB) di Sorong untuk memberikan dukungan dan layanan kepada sektor minyak & gas bumi di Indonesia bagian timur.
Petrosea menjadi satu-satunya perusahaan tambang dan satu-satunya perusahaan milik Indonesia yang terpilih oleh World Economic Forum untuk masuk ke dalam Global Lighthouse Network berkat kesuksesannya mengimplementasi teknologi Industri 4.0 untuk memacu kinerja finansial dan operasional di proyek Tabang yang berlokasi di Kalimantan Timur.
Petrosea melakukan pembelian kembali saham (share buyback) dengan jumlah sebanyak-banyaknya US$2.000.000 atau Rp30.000.000.000 merujuk kepada SEOJK No. 3/SEOJK04/2020 tanggal 9 Maret 2020 tentang Kondisi Lain sebagai Kondisi Pasar yang Berfluktuatif secara Signifikan dalam Pelaksanaan Pembelian Kembali Saham yang Dikeluarkan oleh Emiten atau Perusahaan Publik.
Perusahaan diakuisisi oleh PT Caraka Reksa Optima (CARA), perusahaan Indonesia yang menjalankan kegiatan usaha di bidang aktivitas keuangan dan asuransi, serta aktivitas professional, ilmiah dan teknis. Pemilik sesungguhnya dari CARA adalah Romo Nitiyudo Wachjo yang juga merupakan pemilik mayoritas saham salah satu tambang emas terbesar di Indonesia, PT Nusa Halmahera Minerals. Transaksi tersebut selesai dilakukan pada 28 Juli 2022 yang membuat Indika Group tidak lagi memegang saham di PTRO.[3]
2023
Masuknya pebisnis Hapsoro Sukmohadi (Happy, suami Puan Maharani) menjadi pemegang saham utama kedua lewat PT Sentosa Bersama Mitra yang memegang 20,51%.[4]
2024
Konglomerat Prayogo Pangestu melalui PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk mengakuisisi 34% saham milik keluarga Romo Nitiyudo Wachjo (PT Caraka Reksa Optima), yang menempatkannya sebagai pemegang saham pengendali baru PTRO di awal 2024.[5] Namun keluarga Wachjo tetap menjadi penerima manfaat (pemilik) perusahaan ini bersama Happy, Prayogo dan 8 orang lainnya.[6]