Pesanggrahan Ambarrukmo
Pesanggrahan Ambarrukmo (bahasa Jawa: ꦥꦱꦁꦒꦿꦃꦲꦤ꧀ꦔꦩ꧀ꦧꦂꦫꦸꦏ꧀ꦩ, translit. Pasanggrahan Ngambarrukma) adalah sebuah pesanggrahan yang dimiliki oleh Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan kini dikelola oleh Ambarrukmo Group sebagai bagian dari hotel Royal Ambarrukmo Yogyakarta. Awalnya bernama Pesanggrahan Harjapurna, tetapi pada tahun 1897 pada masa pemerintahan Sultan Hamengkubuwana VII, pesanggrahan ini direnovasi oleh Pangeran Mangkubumi atas perintah dari Sultan Hamengkubuwana VII dan kemudian namanya diganti menjadi Pesanggrahan Ambarrukmo. Bangunan ini sekarang diapit dua bangunan besar yaitu pusat perbelanjaan Plaza Ambarrukmo dan hotel Royal Ambarrukmo Yogyakarta. SejarahPesanggrahan Ambarrukmo dibangun atas perintah Hamengkubuwana VI, bersamaan dengan pembangunan Pesanggrahan Ambarbinangun. Pembangunannya dilaksanakan pada 1859–1860 dengan nama sebelumnya Pesanggrahan Harjapurna. Pesanggrahan ini dibangun di sebelah timur laut Kota Yogyakarta, tepatnya di sebelah timur aliran Sungai Gajahwong. Kata harjapurna berarti "keselamatan dan kesejahteraan yang sempurna". Pada tahun 1895, bangunan ini disempurnakan oleh Hamengkubuwana VII dan namanya diganti menjadi Ambarrukma (Ambarrukmo) hingga sekarang. Kata tersebut bermakna "emas (keagungan) yang harum".[1] Pesanggrahan ini awalnya berfungsi sebagai tempat untuk menjamu tamu pejabat Belanda dari Kesunanan Surakarta Hadiningrat. Pada masa awal Hamengkubuwana VIII, pesanggrahan ini dijadikan sebagai rumah tinggal bagi Hamengkubuwana VII yang telah lengser keprabon (turun takhta menjadi raja). Pada tanggal 27 Januari 1921 ketika kepala Kori Keraton, Pangeran Hangabehi diberi penugasan oleh Hamengkubuwana VII untuk mempersiapkan pesanggrahan tersebut sebagai rumah tinggalnya pascalengser. Ia tinggal bersama permaisurinya, G.K.R. Kencana, hingga Hamengkubuwana VII meninggal pada 30 Desember 1921.[2][3] Pesanggrahan ini masih dipakai oleh G.K.R. Kencana hingga ia wafat tahun 1931.[4] Setelah lama tidak terurus, pesanggrahan Ambarrukmo sempat dijadikan sebagai pusat pendidikan Inspektur Polisi antara Juni 1949 hingga Maret 1950.[4] Selain itu, pesanggrahan ini juga dijadikan sebagai kantor Bupati Sleman. Kantor tersebut dibuka tahun 1947 oleh Bupati Sleman waktu itu, K.R.T. Pringgodiningrat (menjabat 1945–1947). Ambarrukmo saat itu difokusikan sebagai pusat pemerintahan dan bukan ibu kota kabupaten.[5] Pada tahun 1964, pusat pemerintahan Kabupaten Sleman dipindahkan dari Ambarrukmo ke Beran. Kepindahan ini ditandai dengan sengkalan yang tertulis pada lambang (coat of arms) Kabupaten Sleman, catur rasa trus manunggal.[6] Pada tahun 1957, pendirian sebuah hotel di sebelah timur bangunan pesanggrahan mengubah banyak lanskap bangunan ini. Bangunan gedhong gandhok yang terletak di sisi timur pesanggrahan dibongkar karena terkena dampak pembangunan hotel. Hotel itu bernama Ambarrukmo Palace Hotel, dibiayai mengguna dana dari harta rampasan perang pada masa pendudukan Jepang di Hindia Belanda. Bangunan hotel ini terbagi menjadi dua bagian: sayap timur yang selesai 1966 dan sayap barat yang membujur ke utara pada 1972.[7] Hotel tersebut sempat mangkrak hingga pada tahun 2011 beroperasi kembali dengan nama Royal Ambarrukmo Yogyakarta.[8] Pada tahun 2004–2006, Plaza Ambarrukmo dibangun di sebelah barat pesanggrahan. Akibatnya, gedhong gandhok sisi barat pesanggrahan dibongkar karena terdampak pembangunan mal tersebut.[7] BangunanBaik Pesanggrahan Ambarrukmo dan Ambarbinangun menggunakan material kayu dan dinding dari batu bata. Kompleks pesanggrahan ini awalnya memiliki pendopo, pringgitan, gadri, dalem ageng, gedhong gandhok, dan balekambang.[9] Ciri khas pesanggrahan ini memiliki balekambang berdenah segi delapan berbentuk mirip rumah panggung, yang didirikan di sisi kolam.[10] Referensi
Daftar pustaka
|