Pertempuran Tanjung Utara

Pertempuran Tanjung Utara (26 Desember 1943) adalah pertempuran laut yang terjadi di Tanjung Utara, Norwegia. Pertempuran ini meyakinkan kemenangan Inggris atas Jerman di Front Atlantik sekaligus pertempuran Front Atlantik terakhir dalam Perang Dunia ke-2.

Latar belakang

Setelah kehilangan Bismarck, Prinz Eugen dan Gneisenau, Adolf Hitler tidak ingin lagi salah satu dari kapal perangnya tenggelam. Hitler pun menyarankan agar kapal-kapal yang tersisa tersebut digunakan sebagai besi tua dan meriamnya digunakan untuk pertahanan pantai. Namun, Laksamana Karl Dönitz membujuk Hitler untuk memberi izin kapal tempur Scharnhorst dan Tirpitz untuk menyerang sebuah konvoi yang berlayar antara Inggris dan Rusia. Naas, Tirpitz terkena serangan kapal selam Inggris sehingga rusak. Dengan terpaksa, Scharnhorst harus sendirian menjalani operasi tersebut

Operasi itu dinamakan Operasi Ostfront. Operasi ini bertujuan untuk menyerang konvoi JW 55B. Konvoi tersebut sebelumnya sudah terdeteksi oleh pesawat Luftwaffe milik Jerman yang berlayar diantara Inggris dan Rusia. Konvoi ini terdiri dari 19 kapal barang yang diiringi oleh 8 kapal perusak dan sebuah kapal penyapu ranjau.

Pertempuran

Peta kontemporery dari Pertempuran Tanjung Utara.

Pada tanggal 25 Desember 1943, Scharnhorst yang diiringi oleh 5 kapal perusak kelas Narvik meninggalkan Altafjord, Norwegia. Pasukan ini dikomandoi oleh Laksamana Muda Erich Bey. Mereka tidak menyadari bahwa sedang berlayar menuju suatu perangkap yang telah disiapkan oleh Inggris dengan 2 buah konvoi sebagai umpan perangkap tersebut.

Laksamana Muda Erich Bey tidak menyadari kehadiran dua pasukan Angkatan Laut Inggris. Pasukan pertama yang dikomandoi Laksamana Murray Robert Burnett terdiri dari kapal penjelajah HMS Norfolk, HMS Belfast dan HMS Sheffield. Pasukan kedua yang dikomandoi Laksamana Bruce Fraser terdiri dari HMS Duke of York, kapal penjelajah HMS Jamaica, HMS Savage, HMS Scorpion, HMS Saumarez, HMS Sword dan sebuah kapal Norwegia HNomS Stord. Kedua pasukan ini mengikuti konvoi dari jarak jauh.

Pada 26 Desember 1943, cuaca yang sangat tidak mendukung pada waktu itu. Laksamana Muda Bey pun tidak dapat memastikan letak 2 konvoi yang sedang diburu. Laksamana Muda Bey pun menyatakan bahwa ia telah kehilangan konvoi Inggris tersebut dan memutuskan untuk berlayar ke arah selatan untuk memperluas daerah pencarian. Sedangkan Laksamana Fraser mengarahkan konvoi inggris tersebut ke arah utara untuk mengantisipasi serangan Jerman.

Kapal Scharnhorst kini berlayar tanpa kelima kapal perusak yang mengawalnya. Pukul 09:00, Scharnhorst bertemu dengan kapal penjelajah Burnett. Kapal penjelajah Inggris mulai menembak dari jarak 13.000 meter dan segera dibalas oleh Scharnhorst. Tidak ada peluru dari Scharnhorst yang mengenai kapal tersebut, tapi Scharnhorst sendiri menerima serangan dua peluru meriam, dengan salah satu peluru terkena radar kapal. Scharnhorst sekarang dalam kondisi "buta" dalam cuaca yang semakin buruk.

Tanpa bantuan radar, Scharnhorst terpaksa menembak senjata mereka saat kapal penjelajah Inggris menembakkan meriamnya. Cara Ini sangat sulit karena HMS Belfast dan HMS Sheffield menggunakan bahan peledak yang tidak mengeluarkan cahaya, dan anya Norfolk HMS yang menggunakan bahan peledak biasa, dan akibatnya kapal ini dijadikan sasaran oleh Scharnhorst. Laksamana Bey sekarang percaya bahwa dia melawan sebuah kapal perang besar dan memerintahkan Scharnhorst untuk berlayar ke selatan untuk menjauh dari kapal-kapal Inggris

Setelah beberapa saat, Laksamana Bey percaya bahwa dia berhasil menjauh dari pasukan Inggris Burnett. Bey menginstruksikan Scharnhorst untuk berbelok ke utara untuk menyerang pasukan Inggris. Di tengah hari Scharnhorst bertemu dengan 3 kapal penjelajah Inggris yang masih mengejarnya. Scharnhorst menembakan pelurunya ke kapal HMS Norfolk, dan berhasil melumpuhkan salah satu menara dan juga menghancurkan radar di atas kapal. Laksamana Bey memutuskan untuk membawa Scharnhorst ke pelabuhan, sambil menginstruksikan kapal-kapal perusak untuk menyerang konvoi Inggris yang terdeteksi oleh sebuah kapal selam Jerman.

Scharnhorst berlayar ke selatan selama beberapa jam namun masih dikejar oleh Burnett. Sayangnya HMS Suffolk dan HMS Norfolk mengalami kerusakan mesin dan terpaksa memperlambat kapal dan tertinggal jauh. Kini hanya HMS Belfast yang masih mengejar. Namun tanpa radarnya, Scharnhorst tidak mengetahui hanya sebuah kapal penjelajah yang masih mengejarnya

Sementara itu, HMS Duke of York, dan empat kapal perusak berusaha mencari posisi untuk dapat meluncurkan serangan torpedo mereka ke Scharnhorst. Pukul 16.15, mereka mendeteksi Scharnhorst dan mempersiapkan semua meriam mereka untuk menyerang Scharnhorst.

Pukul 16.48, HMS Belfast meluncurkan sebuah tembakan suar untuk menerangi Scharnhorst. Kini Scharnhorst bisa dilihat dengan jelas oleh HMS Duke of York yang memulai tembakan dari jarak 11.920 yd (10.900 m). Tembakan tersebut merusak menara turet "A" dan "B" di atas Scharnhorst[1] sementara salvo kedua menghancurkan hangar pesawat.[2] Laksamana Bey pun memerintahkan untuk berbelok ke arah utara, dan bertemu dengan HMS Norfolk dan HMS Belfast. Bey tidak memiliki pilihan selain berlayar ke arah timur.

Kapal-kapal Inggris tersebut masih tetap mengejar. Peluru Scharnhorst berhasil mengenai HMS Duke of York. Malam harinya, sebuah peluru salvo mengenai ruang pendidih no. 1 milik Scharnhorst. Kecepatannya sekarang hanya 22 kn (25 mph; 41 km/h)[3] dan menjadi sasaran kapal-kapal perusak Inggris. Lima menit kemudian, Bey mengirim sebuah pesan kepada markas Angkatan Laut Jerman, yang berisi "Kami akan berjuang hingga peluru terakhir".

Setelah mendapat serangan torpedo dari HMS Scorpion dan HNomS Stord, Scharnhorst masih berupaya untuk berlayar dengan kecepatan maksimum 20 knot. Scharnhorst pun mendapat serangan bertubi-tubi dari kapal-kapal Inggris. 3 kapal perusak milik Inggris lalu meluncurkan 19 torpedo ke arah Scharnhorst yang membuatnya tenggelam pada jam 19:45. Diantara 1968 orang, hanya 36 orang yang ditolong oleh kapal-kapal Inggris.

Buntut kejadian

Kru selamat dari Scharnhorst yang ditutup matanya dan tiba di Scapa Flow pada 2 Januari 1944

Pada tanggal 26 Desember, Admiral Fraser memberi pidato diatas Duke of York: "Tuan-tuan, pertempuran melawan Scharnhorst berujung pada kemenangan kita. Saya harap bila ada dari kalian yang diperintahkan untuk memimpin sebuah kapal melawan musuh yang jauh lebih kuat, kalian akan mengomandoi kapal kalian dengan berani seperti halnya mereka mengomandoi Scharnhorst" .[4]

Kekalahan Scharnhorst menunjukkan betapa pentingnya radar dalam peperangan laut modern. Walaupun Scharnhorst jauh lebih kuat dibanding lawannya, kehilangan pentujuk radar dan cuaca yang buruk membuatnya dalam keadaan merugikan secara signifikan.

Catatan kaki

  1. ^ D. MacIntyre, hlm. 79.
  2. ^ Watts, hlm. 48Turret "Bruno" was later brought back into action.
  3. ^ Watts, hlm. 50.
  4. ^ Garzke & Dulin, hlm. 176.

Referensi

Pranala luar

Kembali kehalaman sebelumnya